Pages

Tuesday, August 3, 2010

KOPASSUS (KOMANDO PASUKAN KHUSUS)



Dibawah ini saya mencoba untuk sedikit menyampaikan beberapa hal mengenai tentara kebanggaan TNI AD / ABRI yang bernama kopassus. Saya berusaha menjauhi informasi formal yang sudah sering kita baca di koran-koran, apa yang ada ini lebih berupa “inside Kopassus”

Motto : BERANI — BENAR — BERHASIL

Kilasan Sejarah Kopassus dibentuk oleh Kolonel E Kawilarang yang waktu menjabat Sebagai Panglima TT III / Tentara Teritorium siliwangi. Ia memanggil seorang bekas tentara KNIL yang memilih menjadi WNI, ketika terjadi perang DI/TII,namanya Mayor Ijon Jambi (orang Belanda, Nama aslinya RB Visser).

Kopassus diresmikan oleh AH Nasution pada waktu itu dan hanya 6 bulan berada dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil alih oleh AD. Baretnyapun berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep pasukan Belanda “roode baret”. Mengenai warna baret ini perlu kita ketahui bersama bahwa seluruh pasukan khusus di dunia menggunakan warna hijau, sedangkan pasukan “airborne/ lintas udara” nya berwarna merah. Tapi di Indonesia terbalik, justru pasukan
khususnya yang menggunakan baret warna merah.

Struktur Organisasi saat ini Kopassus terdiri atas 5 Grup (istilah grup hanya dipakai oleh Special Forces dibeberapa negara didunia, sedangkan tentara pada umumnya menggunakan istilah Batalyon, Detasemen, Brigade dan Divisi). Setiap Grup dipimpin oleh seorang Pamen berpangkat Kolonel. Dari prajurit sampai dengan Kolonel adalah tentara yang profesional dan terlatih terus, baik secara fisik maupun mental. Jadi jangan dibayangkan bahwa semakin tinggi
pangkat atau tua usia seorang prajurit Kopassus itu akan jadi lamban seperti tentara pada umumnya. Sangat sulit menemukan anggota ABRI yang pensiun di Kopassus, karena begitu fisiknya tidak memadai, Ia akan langsung mutasi ke Satuan lainnya.

Grup ini baru dimekarkan oleh Letjen Prabowo beberapa bulan lalu, sehubungan dengan AGHT (Ancaman, Gangguan, Hamabatan dan Tantangan) yang ada di depan kita di masa mendatang. Diperkirakan tidak akan ada perang dalam skala besar tapi justru skala kecil intensitas tinggi (terorisme, penculikan dll). Sebagai mana
layaknya Pasukan Khusus didunia, maka Kopassus dibentuk untuk menghadapi perang dalam skala kecil tapi berintensitas tinggi, seperti terorisme.

Grup 3 berlokasi di Batujajar, Jabar (dekat Cimahi) dan merupakan
Pusdikpasus (pusat Pendidikan Kopassus). Tempat latihannya berada disekitar Bandung sampai dengan Cilacap. Group 1 – 3 bekualifikasi PARA KOMANDO (semua anggotanya harus Mengikuti latihan terjun payung dasar/tempur )

Grup 4 disebut Sandhy Yudha dan berlokasi di Cijantung Jakarta, merupakan orang pilihan dari 3 grup pertama yang dilatih kembali menjadi berkualifikasi Intelejen Tempur, dengan tugas menghancurkan lawan digaris belakang pertahanan lawan (penyusupan).

Mereka adalah tentara profesional yang dalam pergerakannya dalam bentuk Unit (istilah dalam Special Forces, dalam tentara biasa disebut Regu, Peleton atau Kompi) berjumlah sekitar 5 orang. Dalam masa damai seperti saat ini, mereka mendapat tugas Intelejen Teritorial, misalnya mengetahui karakteristik demografi suatu daerah, pendukung dana yang bisa dimanfaatkan, tokoh-tokoh masyarakat, preman-preman dll.

(Sebagai informasi saja, bahwa sejak bulan Juni 1997, Kopassus mengirimkan team kecilnya keseluruh kota-kota besar di Indonesia dengan tugas RAHASIA, karena ABRI yang lainpun tidak mengetahui dengan pasti apa tugas mereka. Di beberapa lokasi / Kodam, tentara lokalnya bahkan tersinggung karena seolah-olah dianggap tidak mampu me manage daerahnya. Mereka ditarik kembali ke Jakarta pada bulan Januari 1998).

Kehebatan lain Grup ini adalah pola perilaku dan penampilannya yang sama sekali tidak mirip tentara . Misalnya cara bicara tidak patah-patah, rambut panjang, tidak pernah menghormat atasan atau yang pangkatnya lebih tinggi bila bertemu di luar Ksatrian mereka. Jadi sangat jauh dengan gaya Serse Polisi atau Intel Kodim dll. yang kadangkala justru menunjukkan kalau dirinya Intel. Mereka tidak ngantor setiap hari dan sangat jarang pakai seragam, hanya pada saat tertentu saja mereka kembali ke kantor (misalnya 2 minggu sekali untuk laporan atau mendapat tugas baru). Jadi pada prinsipnya
mereka sangat aktif berkecimpung dalam kehidupan masyarakat biasa misalnya di RT/RW, Perkumpulan Terjun Payung, Jeep Club dll. (terutama bagi mereka yang tidak tinggal di Ksatrian). Group ini
sangat profesional dalam penyamarannya dan juga sudah mendapatkan pendidikan
Perang Kota dari Green Beret US Army. Di Timor Timur, Aceh dan Irian (3 hot spot di Indonesia yang sering digunakan sebagai ajang latihan juga) mereka menyusup sampai ke kampung -kampung dan membentuk basis perlawanan terhadap GPK dari masyarakat lokal sendiri. Oleh karenanya kemampuan menggalang massa nya sangat terlatih.

Grup 5 (atau yang dikenal sebagai Detasemen 81, karena keberhasilannya dalam peristiwa pembajakan pesawat di Don Muang, Muangthai tahun 1981) adalah orang pilihan dari Group 4 dan merupakan yang terbaik yang dimiliki Kopassus. Mereka memiliki Ksatrian tersendiri di Cijantung dan terisolir. Klasifikasinya adalah ANTI TERORIS dan akan selalu mengikuti perjalanan kenegaraan Presiden. Pengetahuan orang bahkan ABRI sendiri tentang Grup ini
sangat minim, karena mereka sangat terisolir dan rahasia. Sebuah sumber mengatakan bahwa mereka mengikuti pola GSG 9 Jerman (Pasukan elite polisi Jerman, yang berhasil dalam pembebasan sandera di Kedutaan besar Jerman di Iran). Mengingat Prabowo adalah satu-satunya Perwira Indonesia yang pernah lulus dalam pendidikan anti teroris di GSG 9.

Namun demikian saat ini mereka sudah mulai mencampurkan pola latihannya sehubungan dengan banyaknya perwira yang dilatih oleh Green Berets US Army (misalnya Mayjen Syafrie Syamsudin). Peralatan yang mereka miliki sangat canggih dan tidak ada bedanya dengan satuan elite tentara lainnya di dunia.

LATIHAN

Jadi pendidikan awal seorang Kopassus adalah mengambil kualifikasi KOMANDO yang harus dijalani sekitar 6 bulan. Materi latihan meliputi Perang Hutan, Buru Senyap, Survival (dilakukan di daerah Situ Lembang dilanjutkan dengan long march ke Cilacap untuk latihan rawa laut, survival laut, pendaratan pantai dll.

Selain itu juga mereka harus mengambil pendidikan PARA DASAR Tempur dengan materi yang meliputi terjun malam, terjun tempur bersenjata dan diterjunkan di Hutan (membawa senjata, ransel, payung utama dan payung cadangan).

Dalam semua latihannya mereka akan menggunakan peluru tajam, oleh karenanya tidaklah heran bila hampir dalam setiap latihan selalu ada siswa yang meninggal dunia karena berbagai sebab (kelelahan, kecelakaan dll).

Standard yang dipakai di Kopassus sangat amat ketat, bagi yang fisiknya kurang mampu atau mentalnya lemah, jangan harap bisa bertahan didalam latihan ini, atau di Satuan ini. Kesalahan sekecil apapun tidak akan ditolerir, karena memang tugas mereka sangat berbahaya. Setiap anggota Kopassus harus memiliki keahlian khusus seperti menjadi penerjun payung handal (Combat Free Fall), penyelam, penembak mahir (sniper), Daki Serbu, Komputer/perang elektrokika, perang psikologi, menguasai sedikitnya 2 bahasa
daerah bagi para tamtama dan bintara dan bahasa asing untuk para perwiranya.

Mereka diseleksi secara ketat, baik oleh Team Kes AD (Kesehatan), PSIAD (Dinas Psikologi AD) dan Team Jas AD (Jasmani/Kesemaptaan). Proses seleksi ini pada dasarnya berjalan terus menerus sampai dengan selesainya latihan, seorang Pasis (Perwira Siswa) yang melakukan kesalahan pada hari terakhir latihan, akan langsung dipecat, artinya tidak ada kompromi. Oleh karenanyalah, LOYALITAS terhadap perintah atasan sangat penting dalam organisasi ini.

PERLENGKAPAN

Kopassus merupakan tentara pilihan dan mereka tidak mentolerir kesalahan dalam operasi sekecil apapun (Safety First), oleh karenanya perlengkapan yang mereka pakai sangat jauh berbeda dengan tentara lainnya. Perlengakapan mereka sangat canggih dan modern, misalnya saja untuk membaca peta, sudah tidak menggunakan lagi Kompas Prisma, tapi GPS (Global Positioning System) yang langsung berhubungan dengan Satelit; dengan hanya menekan satu tombol
saja, mereka akan mengetahui dengan tepat posisinya , jarak yang akan ditempuh bila akan menuju ke koordinat tertentu.

Grup antiterornya menggunakan senapan H&K MP5 , yang merupakan standar pasukan khusus terbaik di dunia seperti Green Berets, Delta Force, Navy Seal, GSG 9 Jerman, SAS dll. Pistol yang dipakai Beretta 9 mm (.45), selain itu juga berbagai macam kaliber lainnya seperti kaliber .22 (pistol kecil). Apabila peralatan yang mereka pakai sudah saatnya diganti (menurut manual) maka akan segera diganti. Hal ini sangat jauh berbeda dengan tentara lainnya yang cenderung konvensional dan melakukan tambal sulam terhadap peralatannya.

Mereka punya peralatan terjun payung tercanggih untuk melakukan HALO (High Altitude Low Opening) dan HAHO (High Altitude High Opening) yang memakai masker oksigen dll. Penerjunan ini dilakukan setinggi mungkin, sekitar 10.000 feet dan kemudian dia akan melayang dan membuka payungnya serendah mungkin guna menghindari radar lawan (agar tetap tampak seperti burung yang
melayang diudara di radar lawan).

Peralatan pendaratan pantai (memiliki LCR/Landing Craft Rubber/Perahu karet dengan mesin yang hampir tanpa bunyi, yang digunakan untuk operasi penyusupan dimalam hari), menyelam (dilatih seperti UDT, Underwater Demolition Team US Navy,), team Daki Serbu ( yang baru saja menaklukkan Himalaya dan dikenal di luar sebagai PPGAD/Persatuan Pendaki Gunung TNI AD).

Kehebatan Kopassus adalah mereka tidak segan-segan untuk meminta bantuan pihak lain yang dianggap ekspert dibidangnya seperti PADI untuk menyelam, AVES untuk terjun payung, Wanadri untuk naik gunung dll. yang dalam perjalanannya kemudian akan mereka modifikasi sendiri untuk keperluan tempur dan malahan menjadi lebih hebat.

Sebagai sebuah Satuan mereka memiliki Dinas Hub (Perhubungan) sendiri yang sangat canggih dan memiliki sistem perhubungan portable yang mandiri dan Satelite Mobile Phonet, Kes (Kesehatan) sendiri, Pal (Peralatan) sendiri dengan persenjataan yang canggih, Bek (Perbekalan) sendiri, Ang (Angkutan) sendiri, dengan mobil-mobil Hummer, mobil dipantai dll.

Bahkan mereka merencanakan untuk membeli helikopter sendiri dari Rusia (namun gagal karena Krismon). Jadi pada prinsipnya mereka sangat mandiri, termasuk memiliki sejumlah panser.

Kesimpulan & Keunggulan

1. 1 orang Kopassus dapat disetarakan dengan minimal 3 orang tentara biasa, karena ybs dilatih dengan berbagai ketrampilan (komunikasi radio, menembak, P3K dll). Di tentara biasa hal ini tidak dijumpai;
2. Kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi terhadap tugas;
3. Biaya pelatihan bagi seorang Kopasssus sangatlah mahal;
4. Peralatan yang canggih dan tepat guna;
5. Secara umum kesejahteraan anggota Kopassus lebih baik dibandingkan tentara pada umumnya, terutama ketika dibawah Prabowo, karena ia sangat memperhatikan hal ini. (misalnya bila ada lelangan mobil di Bimantara dll., maka mobil bekas tersebut akan segera di beli oleh Kopassus untuk dijual murah kepada anggotanya /perwira);
6. Sangat jarang bagi mereka tinggal dirumah, selalu latihan dan operasi;
7. Mereka adalah tentara profesional yang tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan dalam membela negaranya dari bahaya
8. Sangat amat jarang ditemukan anggota Kopassus yang bekerja menjadi SATPAM di industri-industri, sebagaimana sering ditemui terjadi pada tentara lainnya. Karena relatif taraf ekonomi mereka lebih terjamin sehubungan dengan adanya YAYASAN KOBAME (Korps Baret Merah)
9. Cara-cara mereka beroperasi sangat profesional (dalam pengertian tentara misalnya tehnik membunuh, kontra intelejen, agitasi, propaganda, perang psikologi, penggalangan massa, menguasai berbagai macam type senjata).

Saya tidak mengartikannya dalam konteks HAM dan hukum positif.

Info Tambahan:

Sebenarnya Indonesia juga mempunyai pasukan khusus lainnya milik TNI AL, namanya DEN JAKA yang bermarkas di Jakarta dan dipimpin oleh seorang mayor (dikenal dekat dengan Prabowo). Pasukan ini memiliki kemampuan UDT (Underwater Demolition Team) dan dilatih secara intensif oleh US Navy Seal. Mereka aktif terlibat dalam menangkal masuknya kapal Louisiana Expresso beberapa tahun yang lalu di perairan Timtim. Detasemen ini juga mengadopsi SBS , team pendarat pantai yang handal dari US Navy dan AL Inggris. Mereka biasa melakukan penerjunan malam hari di rig-rig minyak lepas pantai, dengan menggunakan skenario terorisme. Jadi sabotase dibawah laut , penghancuran dan penyerangan dari laut merupakan keunggulan satuan ini. Perlu diketahui bahwa selain tingkat fisik dan mental yang kuat, intelegensi para perwiranya juga sangat dominan.

sumber

http://asramfkguh02.wordpress.com/2007/09/05/kopassus-komando-pasukan-khusus/

CASPIR, Ranpur Angkut Personel Gultor Kopassus





Tongkrongan dan desainnya rada seram, desain body pun cenderung bersudut tegak dengan lambung berbentuk huruf V. Inilah Caspir, kendaraan angkut pasukan penanggulangan teror (Gultor) satuan anti teror Kopassus.

Inilah salah satu kendaraan angkut pasukan milik Kopassus yang khusus didatangkan untuk memberikan perlindungan maksimum hantaman ranjau. Konstruksi kendaraan ini dibuat agar mampu menahan kekuatan ledakan bom/ ranjau setara 14 Kg TNT dibagian samping, dan 21 Kg dibagian bawah (lambung).

Untuk mendukung mobilitasnya, kendaraan ini menggunakan axle yang sama seperti Unimog. Konstruksinya berupa single reduction hypoid drive axle dengan diff lock AL 3/2,5 yang sudah teruji kehandalannya merambah medan berat off-road.

Untuk engine powernya, kendaraan ini menggunakan Diesel 6 silinder 4 valve type OM352A buatan Mercedes-Benz yang juga sama persis seperti yang digunakan Unimog. Guna menambah performa engine juga dilengkapi dengan turbo charger.

Caspir pertama kali dikembangkan oleh Afrika Selatan saat pecah perang saudara, kendaraan ini dibuat guna mencegah personelnya terkena hantaman ranjau yang banyak tersebar di wilayah konflik bersenjata.

Hingga saat ini sudah ada 2000 unit Casspire yang operasional dibeberapa negara, termasuk Indonesia.



Ruang kabin dirancang untuk mampu mengangkut 12 personel bersenjata lengkap. Selain mampu menahan ledakan ranjau, kendaraan ini juga mampu menahan hantaman peluru kaliber 5,56mm dan 7,62.

Untuk mempermudah mobilitas personil keluar masuk kendaraan, pintu dioperasikan secara pneumatic (bantuan tenaga angin). Selain itu persenjataan yang mampu diangkutnya juga sangat fleksibel, jenisnya mampu disesuaikan dengan keinginan penggunanya.

Saat ini hanya TNI AD dari satuan khusus anti teror Kopassus yang menggunakan kendaraan anti ranjau buatan Afrika Selatan ini, diharapkan kedepannya bakal ada tambahan untuk satuan-satuan TNI lainnya. ©alutsista

Monday, August 2, 2010

Pindad Siap Produksi Amunisi Kaliber Besar dan Rudal




Amunisi 105mm (photo : Diomil)

RX520 Siap Terbang Akhir 2010

Teknologi roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengalami kemajuan pesat. Setelah sebelumnya meluncurkan RX320 pada 2008,kini berhasil meluncurkan RX420.

Sukses mengembangkan RX420, bukan lantas Lapan berpuas diri. Akhir tahun ini, Lapan kembali mendesain RX520. Roket yang lebih besar dan memiliki daya jangkau lebih jauh dibanding RX420.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Soewarto Hardhienata mengatakan, RX520 siap terbang akhir 2010. RX520 ini memiliki spesifikasi yang lebih hebat ketimbang RX420.

Sesuai desain awal, RX520 memiliki kecepatan maksimal 1,7 km/detik. RX520 ini memiliki panjang hingga 8,8 meter dengan bahan bakar propelan padat seperti jenis roket lain.

“Daya jangkau roket RX520 mencapai 200 km. Ini lebih jauh dua kali lipat dibanding RX420,” ujar Soewarto kepada Seputar Indonesia. Hanya saja, teknologi roket yang dikembangkan Lapan tidak untuk kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Roket buatan Lapan hanya untuk keperluan sipil yang akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit.

Untuk diketahui, Kamis (2/7), Lapan berhasil meluncurkan RX420,roket terbesar yang dibuat lembaga antariksa Indonesia. Roket RX-420 adalah roket dengan diameter 420 mm,panjang 6 m dan berbobot 1 ton.Roket ini menggunakan bahan bakar solid-komposit yang ketika diluncurkan ke angkasa memiliki jangkauan 100 km dengan kecepatan hingga 4,5 mach atau 4,5 kali kecepatan suara.

Saat peluncuran,roket eksperimen RX420 berdiri dengan sudut elevansi 70 derajat di lapangan desa Cilautereun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Tak beberapa lama,suara roket menderu, diiringi kepulan asap putih membumbung. Hanya dalam hitungan detik,roket melesat ke angkasa. Lapan sendiri konsentrasi dalam pembuatan roket untuk keperluan sipil. Nantinya roket-roket buatan Lapan tersebut akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit milik Indonesia.

“Kapasitas roket buatan Lapan memang untuk keperluan sipil. Jadi kami fokus dalam membuat roket untuk mengorbitkan satelit,”tandasnya. Meski demikian, teknologi roket yang dibuat Lapan ini sudah bisa dikembangkan untuk membuat senjata pelindung alutsista. Jika Departemen Pertahanan (Dephan) mau mengadopsi teknologi yang dimiliki Lapan sebagai roket berhulu ledak, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi satu kekuatan yang ditakuti oleh bangsa-bangsa lain.

Soewarto sendiri secara terbuka menerima jika Dephan ingin bekerja sama mengembangkan dalam pembuatan rudal balistik dengan jangkauan yang lebih jauh. Untuk saat ini, sesuai dengan tugasnya, Lapan hanya membuat roket untuk keperluan sipil.Teknologi roket yang dikembangkan Lapan, pada dasarnya merupakan dual use, di mana bisa dipakai untuk keperluan sipil maupun militer.

Namun, Lapan sendiri hanya mengembangkan roket untuk keperluan sipil karena sesuai dengan kewenangannya. Sementara itu, jika untuk keperluan militer diserahkan kepada Dephan. “Kami memang pernah bekerja sama membuat roket kaliber 122 untuk TNI AL, tapi kewenangan dari Lapan sejatinya bukan itu. Kami hanya mengembangkan roket pendorong untuk satelit. Untuk keperluan militer, biar Dephan yang bicara,”paparnya.

Jika saja Lapan dan Dephan bersinergi membuat rudal balistik memakai RX520, bukan tidak mustahil rudal tersebut mampu menjadi senjata yang takuti. Dengan daya jelajah mencapai 200 km,senjata balistik ini akan mampu melindungi pulau-pulau di Indonesia. Bahkan jika peluncuran di lakukan di Batam, bukan tidak mustahil bisa menembus hingga Malaysia dan Singapura. Ketua Pokja Pertahanan Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan Indonesia memang sudah saatnya memiliki rudal berhulu ledak buatan sendiri.

Teknologi yang dimiliki Lapan, sudah bisa dipakai untuk membuat rudal balistik jarak menengah.“Indonesia harus mandiri. Dephan harus bekerja sama dengan Lapan membuat rudal berhulu ledak,”tuturnya. Tubagus mengatakan, keberhasilan Lapan menguji coba roket roketnya membuat Indonesia semakin ditakuti. Roket buatan Lapan tinggal dibekali hulu ledak di ujungnya dan menciptakan direksi untuk mengarahkan koordinat sasaran. “Sebagai negara kepulauan, tentu dibutuhkan rudal yang mampu melindungi pulau-pulau tersebut dari serangan musuh,” lanjutnya. Roket buatan Lapan merupakan teknologi hasil ciptaan ilmuwan Indonesia. Lapan bahkan menciptakan bahan bakar racikan ilmuwan Indonesia yang tak kalah dibanding buatan ilmuwan luar negeri. Bahan bakar racikan ilmuwan Lapan tersebut bahkan telah diuji coba di rudal Exocet TNI yang tak terpakai. Hasilnya, kecepatan rudal menjadi 2 kali lipat dibanding kecepatan dengan menggunakan bahan bakar rudal asal Prancis.

Amunisi Kaliber Besar

Sementara itu, PT Pindad sudah menguasai teknologi untuk amunisi kaliber kecil. Tahun tahun mendatang, PT Pindad akan mengembangkan amunisi kaliber besar. Menurut juru bicara PT Pindad Timbul Sitompul, amunisi kaliber 20 mm dan kaliber 120 mm telah dilakukan pengembangannya pada tahun 2009 ini. Kemudian pada 2010, PT Pindad merencanakan akan memproduksi amunisi kaliber 105 mm.

Selanjutnya pada 2011, akan dikembangkan warhead dan rudal dengan mode proximity fuse. Proximity fuse menyebabkan kepala rudal akan meledak pada jarak yang telah ditentukan dari target. Teknologi proximity fuse ini menggunakan kombinasi dari satu atau beberapa sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah, magnet, foto elektrik. Tidak hanya itu,PT Pindad juga merencanakan akan memproduksi rudal darat pada tahun 2012 mendatang.


ROKET LAPAN


Tentu saja proyek pembuatan Roket di Indonesia telah dirintis bertahun-tahun yang lalu tepatnya pada era Soekarno th 1967-an via LAPAN. Entah mungkin pada saat itu didirikan sebagai proyek tandingan menghadapi NASA-nya AS. Kenyata'annya pasca era Soekarno proyek ini terbelengkalai dan baru dihidupkan kembali pada era SBY tetapi bukan sbg roket ruang angkasa tetapi sebagai RUDAL (Peluru Kendali). Langkah antisipasi produk dalam negeri terhadap embargo alat-alat militer oleh negara-negara barat (khususnya AS) terhadap Indonesia.




Insinyur-insiyur LAPAN menyanggupi permintaan pemerintah tersebut dan akhirnya dimulailah proyek roket nasional ini. Lumayanlah ditengah-tengah minimnya alat pertahanan Indonesia, cercaan dari negara2 tetangga atau dikadalin oleh orang2 bule jika membeli senjata dari mereka, proyek ini seperti setetes embun ditengah padang pasir.

Beberapa percobaan peluncuran dilakukan di Garut beberapa waktu yang lalu.
Selengkapnya berita dibawah dikutip dari LAPAN dan Patriot.

RX 250 Roket Varian Terbaru Produk LapanRoket jenis RX-250 produksi dalam negeri dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) berhasil di luncurkan pada uji coba di Garut Jawa Barat Senin 19 Juni 2007. Dari hasil uji coba peluncuran roket jenis RX-250 ini mampu mengangkasa dengan ketinggian 21,3 km, dan menempuh jangkauan sejauh 51,3 km dengan tabung motor pendorong generasi pertama.



Tepatnya di pantai Cilauteureun Pameungpeuk, kabupaten Garut Jawa Barat dengan stasiun peluncuran roket (Staspro) yang dibangun sejak tahun 1963, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) sampai saat ini telah mampu memproduksi beberapa jenis roket antara lain RoKet jenis RX-70, RX-100, RX-150 dan Roket jenis RX-250. Roket-roket produksi LAPAN ini termasuk jenis roket ringan, yang masih berfungsi untuk kepentingan non militer seperti untuk mendukung kepentingan penelitihan ilmiah (pengamatan cuaca, pemetaan, mengukur kecepatan angin dan tekanan udara). Roket-roket produksi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) ini tepatnya di produksi oleh Pusat Teknologi Wahana Dirgantara LAPAN di Rumpin Bogor Jawa Barat, dengan bahan badan roket produksi China.



Roket jenis RX-250 dengan panjang 4,2 m, berat 243,2 kg, dengan daya luncur ke udara dengan ketinggian 21,3 km, dan jarak jangkauan sejauh 51,3 km. Roket RX-250 ini peluncurannya menggunakan tenaga elektronik dengan bahan bakar Hydroxy Terminated Poly Butadiene (HTPB) dengan grain propelan bintang-7 serta grain ganda, konfigurasi ganda (Wagon Wheel & Silinder). Roket ini dilengkapi Sensor Dinamik dan Sensor Navigasi yang berbasis pada Geogle Position Systim (GPS) guna mendapatkan Variabel-variabel Airodinamik yang berfungsi sebagai bahan Analisis untuk bekerjanya Roket. Roket RX-250 terdapat bagian-bagian yang saling bertautan seperti bagian paling ujung yang disebut Nose Cone atau hulu roket , tabung motor roket, serta Nozzic yang bersirip, sedangkan propelan sebagai bahan bakar padat komposit dengan komposisi Hydroxy Terminated Poly Butadiene (HTPB)sebagai fuel, amonium perklorat sebagai oksidator dan isophorone diisocyonate (IPDI) sebagai curing agent dengan bahan aditif alumunium powder.Proses pembuatan propelan ini dilakukan dengan pencampuran, pencetakan, dan pemasakan.



Bapak Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Slamet Subiyanto pada saat selesai menyaksikan peluncuran Roket, mengungkapkan roket hasil produksi dalam negeri yang di ciptakan oleh putra-putra terbaik bangsa sendiri ini tentunya dapat menjadi kebanggaan tersendiri, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga diperlukan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) khususnya jenis roket yang nantinya untuk dapat di luncurkan atau ditempatkan pada pulau-pulau kecil maupun pada kapal-kapal perang TNI angkatan Laut (KRI) guna memperkuat sistem pertahanan maupun penyerangan kita.





Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional Bapak Adi Sadewo mengatakan dari roket-roket ringan seperti jenis RX-250 ini natinya akan dikembangkan terus sehingga dapat sebagai cikal bakal untuk menjadi roket jelajah berjarak menengah sampai dengan roket jelajah jarak jauh, antara 300 sampai dengan 3000 km dengan menggunakan peluru kendali, sehingga Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) kedepan nanti dapat memenuhi kebutuhan Alutsista TNI khususnya senjata jenis roket yang tidak kalah dengan negara-negara maju. Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menerima peserta Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2007 di Istana Negara , berpesan agar pemenuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI dimaksimalkan dari hasil produksi industri pertahanan dalam negeri. Langkah ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan industri Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI produksi industri di tanah air, disamping itu agar kita tidak selalu bersandar kepada produksi negara-negara luar, khususnya seperti negara adidaya sehingga merugikan negara Indonesia, apalagi dengan memberikan sanksi seperti embargo yang selalu di hubung-hubungkan dengan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).


Mudah-mudahan artikel ini dibaca sehingga dapat menambah wawasan kita semua. Maklum generasi muda sekarang lebih suka melihat segala sesuatunya dari sisi negatifnya saja, senang mengkritik tapi buta solusi dan terbuai dalam euphoria demokrasi.

http://suatubayangan.multiply.com/journal/item/26?&item_id=26&view:replies=reverse

Lapan Siap Kembangkan Rudal

Beberapa varian rudal yang dikembangkan LAPAN (photo : Karbol-Militaryphotos)

Embargo yang dilancarkan AS kepada Indonesia selama bertahun-tahun toh membuat Washington pusing sendiri. Terakhir, AS lewat MTCR menyorot tajam manuver SBY yang berhasil meminta Cina untuk membantu membangun industri rudal taktis jarak dekat dan menengah. Bagaimana peluangnya? Berikut hasil penelusuran Angkasa.

Harus diakui, sepanjang 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan berbagai langkah yang akan menumbuhkan kembali wibawa Indonesia di kawasan Asia. Setelah berhasil menggulung gembong teroris Dr Azahari dan mendesak AS mencabut embargo peralatan militer, dibawah arahannya, Pemerintah RI juga telah berhasil merangkul Cina untuk mau mendukung pendirian industri roket dan rudal untuk keperluan pertahanan.

Keinginan tersebut dikemukakan secara langsung oleh Kepala Negara saat menemui Presiden Cina Hu Jintao, Juli 2005 di Beijing. Transfer teknologi roket dan peluru kendali merupakan salah satu yang dijajaki dalam rangkaian kerjasama kemitraan dengan Cina. Hu Jintao sendiri menyambut baik dan bersedia memenuhi permintaan ini sebagai salah satu persyaratan di balik kontrak pembelian rudal untuk Indonesia.

Hu Jintao menyatakan, kesediaan mendukung industri Indonesia sebagai “new era” dalam hubungan kedua negara. Sementara bagi SBY, dukungan Cina bagi program jangka panjang ini merupakan “strategic partnership”. Kerjasama dan transfer teknologi ini ditargetkan selesai dalam waktu 10 tahun.

Langkah SBY kontan menuai sorotan tajam negara-negara Barat. Pasalnya, dalam jajaran pembuat roket dan rudal yang jumlahnya tak banyak, Cina tergolong yang paling disegani di dunia. Mereka telah menguasai penuh teknologi motor roket, sistem kendali, dan gyrscope — teknologi inti dari industri roket balistik dan rudal. Lebih dari iru Cina bahkan telah membuat sendiri rudal balistik antar benua. Transfer teknologi rudal ini dikuatirkan bisa disalahgunakan TNI untuk mengulang kembali kasus pelanggaran Hak Azasi Manusia.

Begitu pun, sejauh ini, belum diketahui persis roket balistik atau rudal jenis apa yang ditaksir Indonesia. Namun, Menhan Juwono Sudarsono dan Dirjen Strategi Pertahanan Dephan Mayjen Dadi Susanto sempat menyebut komponen dan spesifikasi yang diminati RI.

Mengutip situs www.danwei.org, Menhan Juwono Sudarsono (1/8) mengungkap, Indonesia memerlukan teknologi propulsi dam sistem kendali untuk pembuatan rudal berjarak jangkau hingga 150 km yang akan dipasang di kapal perang maupun di basis-basis darat. Kemandirian dalam industri roket dan rudal, diharapkan, akan mendongkrak kembali deteren Indonesia setelah merosot tajam akibat embargo AS.

Masih menurut sumber yang sama, Dadi Susanto mengungkap, Indonesia berminat membeli dan mentransfer teknologi rudal permukaan ke permukaan. Di samping rudal, Indonesia juga berminat membeli pesawat, kapal, dan amunisi.

Selain di bidang persenjataan, Indonesia-Cina sepakat pula melakukan kerjasama di bidang industri baja, pesawat terbang, dan perkapalan. “Dalam kerjasama teknologi di bidang pertahanan, bila kita bisa memproduksinya, kita akan produksi di dalam negeri,” tegasnya seraya meminta kepada sejumlah menteri, bahwa kemitraan strategis dengan berbagai negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan kerja sama.

Sejauh ini, dalam inventori rudal permukaan ke permukaan, Indonesia pernah memiliki SA-2 Guideline (dasawarsa 1960-an), Rapier Mk-1 (habis masa pakainya menjelang tahun 2000), MM38 Exocet, dan Harpoon. Rudal-rudal ini dioperasikan oleh TNI AD dan TNI AL.

Tekanan MTCR

Seperti dialami banyak negara berkembang, Indonesia selalu ragu membuat sendiri roket atau rudal untuk kepentingan pertahanan karena takut menghadapi tekanan MTCR atau Missile Technology Control Regime. Di bawah kendali negara-negara G-7, mereka kerap melancarkan sanksi ekonomi dan politik kepada negara-negara yang ketahuan mengimpor dan mengekspor rudal termasuk komponen dan sub-sistemnya.

Kini SBY tampaknya sepakat memberanikan diri maju karena keadaan dan kondisi peralatan militer di dalam negeri sudah begitu mengkhawatirkan. Lagipula, roket atau rudal yang akan dikembangkan toh masih berada dalam batas yang diizinkan MTCR. Badan Pengendali Teknologi Rudal ini melarang pembuatan rudal, pesawat tanpa awak, dan segala teknologi sejenis yang bisa melontarkan muatan seberat 500 kg sejauh minimal 300 km. Hal ini dinyatakan karena dikuatirkan bisa disalahgunakan untuk penggelaran senjata pemusnah massal.

Harus diakui, semakin panjangnya daftar upaya pelanggaran wilayah kedaulatan oleh kekuatan asing layak menjadi dasar dari keinginan RI untuk mandiri di bidang industri persenjataan.
SBY sendiri tak asal ucap. Sepulang dari Cina, ia segera memanggil sejumlah menteri. Ia juga langsung membentuk Tim Nasional Roket Indonesia yang harus aktif memacu seluruh potensi di dalam negeri. Di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, tim ini bahkan segera membuat masterplan pengembangan roket.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sebagai satu-satunya aset nasional yang telah melakukan riset di bidang peroketan sejak dasawarsa 1960-an dilibatkan secara penuh. Menristek Dr Kusmayanto Kadiman berandai-andai, jika anggaran pertahanan 2005 sekitar Rp 24 triliun, mengambil satu triliun rupiah saja untuk riset peroketan dinilai sudah cukup. Selain Lapan, tim ini kabarnya juga akan melibatkan PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, LIPI, dan Lembaga Elektronika Nasional.

Lapan pun langsung digenjot melakukan uji peluncuran dan penembakan roket, lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Antara Juni hingga Desember lalu saja mereka melakukan sampai lima kali. Dua kali dilakukan di Pusat Peluncuran Roket Pamengpeuk, Jawa Barat, dan tiga kali di lokasi uji penembakan roket Pandan Wangi, Lumajang, Jawa Timur.

“Ini sudah termasuk luar biasa,” ungkap Deputi Ketua Lapan bidang Teknologi Dirgantara, Dr Ing. Agus Nuryanto kepada Angkasa di Pemengpeuk, Desember silam. Maklum, setahun paling banter hanya satu kali uji coba. Matanya berbinar, namun ia enggan menjelaskan soal detail roket kemiliteran yang diminati TNI.

“Itu urusan TNI sebagai user. Lapan hanya mengurusi desain roket,” timpalnya.
Nuryanto hanya mau mendiskripsikan bahwa Lapan sejauh ini telah mampu membuat roket dengan tingkat keunggulan yang bisa disimak dari diameter dan jarak jelajah. Pertama adalah roket berdiameter 70 mm (biasa disebut RX-70) berjarak jangkau 7,9 km. Selanjutnya, roket 80 mm (RX-80) berjarak jangkau 8 km; 100 mm (RX-100) berjarak jangkau 5 km; 150 mm (RX-150) berjarak jangkau 15,5 km; serta 250 mm (RX-250) berjarak jangkau 27,9 km.

Lebih lanjut, tahun ini Lapan akan segera membuat roket berdiameter 420 m (RX-420). Roket berjarak jangkau 300 km ini diharapkan sudah meluncur pada 2007.

Dua jenis pertama layak digunakan untuk basis roket berhulu ledak yang cocok dipasang di kapal perang dan pesawat tempur. Sedang empat jenis terakhir cocok digunakan sebagai basis roket balistik jarak pendek dan menengah darat ke darat.

“Dalam program uji terdahulu kami begitu mementingkan faktor ketinggian, karena memang hanya diproyeksikan untuk melontarkan satelit. Tetapi, kini, kami fokus dengan jarak-jangkau, karena militer memang cenderung menilik dari faktor ini,” ujar seorang ilmuwan yang tak ingin disebut namanya.
Lapan telah memiliki SDM yang mumpuni dan cukup menguasai teknologi. Hanya sayangnya mereka belum bisa membuat sendiri seluruh bagian roket. Mereka, di antaranya, masih mendatangkan tabung roket dan propelan dari negara-negara yang kerap diburu MTCR. “Kucing-kucingan” ini, kabarnya, telah mengakibatkan pesanan terbaru tabung roket senilai Rp 1,6 miliar tertahan dua tahun dan belum terkirim hingga sekarang.

Kehormatan bangsa

Apa pun itu, Lapan kini tengah memusatkan perhatian pada desain roket untuk keperluan pertahanan. Baik yang diuji di Pamengpeuk maupun Pandan Wangi sepanjang 2005, fisiknya telah dirancang berbeda dengan roket-roket terdahulu yang lebih ditujukan untuk kepentingan melontarkan muatan ilmiah.

Sepintas, kedua jenis memiliki sosok hampir sama. Masing-masing berangkat dari roket berdiameter sama. Namun, khusus untuk keperluan pertahanan, segi performance jauh lebih diperhatikan. Dalam kaitan ini, agar tingkat perkenaan (keakuratan) dan jarak jangkau meningkat, ketebalan selonsong roket dan ekor nozzle dibuat lebih tipis dan ringan.

“Selain itu, propelan dan desain propulsi juga lebih disempurnakan. Dengan demikian beban yang harus ditopang menjadi lebih ringan, dan roket akan melesat lebih stabil, lebih cepat, dan lebih jauh,” tambah Agus Nuryanto.

Roket Kendali LAPAN (photo : Karbol-Militaryphotos)

Hasilnya, roket-roket tersebut memang menunjukkan perubahan performance. Dalam uji coba peluncuran Kamis, 8 Desember 2005, hampir semua roket melesat lebih cepat dan lebih stabil. Tingkat kecepatan bisa disimak dari makin pendeknya jarak waktu menembus batas kecepatan suara. RX-250, misalnya, mampu menembus kecepatan suara hanya dalam sepersekian detik. Sementara, soal stabilitas bisa dilihat dari lurusnya jejak asap yang ditinggalkan.

Dalam uji keempat di tahun 2005 tersebut, Lapan meluncurkan roket satu tingkat berbahan bakar padat RX-100, RX-70, RX-80, dan RX-250. Untuk menjadi rudal, roket-roket ini paling tidak masih memerlukan sirip yang lebih canggih, sistem kendali elektronik, dan hulu ledak. Ketiga bagian utama inilah yang akan didatangkan dari Cina.

Selain soal performance, acara uji peluncuran roket tersebut menjadi lebih menarik setelah muncul tanggapan impresif dari sejumlah petinggi TNI. Mereka tegas menginginkan agar roket-roket tersebut bisa segera diproduksi untuk memperkuat TNI. Kemandirian di bidang industri persenjataan, kata mereka, bersifat strategis dan bisa menjadikan Indonesia lebih disegani di pentas politik internasional.

“Namun, langkah yang harus ditempuh memang tak ringan. Untuk itu, pertama, harus ada pihak ketiga yang bersedia memproduksi sesuai kebutuhan TNI sebagai user. Ini tak ringan karena pada tahap pertama secara ekonomis pasti tak mendatangkan keuntungan. Namun, beban ini bisa diperingan jika Pemerintah mau ikut menanggung pendanaan,” ujar Kepala Staf Komando Operasi TNI AU, Marsekal Pertama TNI Ganjar.

Di lain pihak Asisten KSAL bidang Pengamanan, Laksamana Muda TNI Deradjatun mengungkap, jika memang Pemerintah belum siap menanggung beban kerugian, membeli persenjataan dari luar negeri bisa menjadi alternatif pilihan. Namun, pilihan seperti ini akan selalu membuat negara lain bisa membaca batas kemampuan TNI. Nilai deteren-nya menjadi kurang.

Lalu, senjata berbasis roket seperti apakah yang diinginkan TNI? Sebenarnya juga tidak muluk-muluk amat. TNI AU, misalnya, hanya tertarik pada RX-70 dan RX-80 yang bisa dikembangkan menjadi roket udara ke permukaan yang biasa di pesawat terbang. Sementara TNI AL cenderung lebih tertarik pada RX-100 dan RX-150 yang dikatakan bisa dikembangkan menjadi rudal taktis permukaan ke permukaan.

Seraya memahami kesulitan ekonomi yang masih dialami negeri ini, langkah SBY untuk membangun industri peralatan pertahanan secara mandiri bagaimana pun perlu mendapat apresiasi yang tinggi. Terobosan dan keberaniannya menjalin kerjasama dengan Cina dan sejumlah negara Timur tak lain adalah untuk menumbuhkan kembali kehormatan Indonesia di pentas internasional.

Kita belum juga tahu apakah proyek industri roket dan rudal pertahanan ini akan benar-benar terlaksana. Tetapi goodwill yang dilayangkan Pemerintah SBY sudah merupakan awal yang baik. (adr)

LAPAN Kembangkan Roket Kendali 1.000 Km dan Balistik 400 Km



Satellite Launch Vehicle Lapan (photo : Kaskus Militer)

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Adi Sadewo Salatun, mengatakan pada 2010 LAPAN sudah akan mengembangkan roket balistik bernama RX-420 dengan daya jangkau 400 km dan roket kendali berdaya jelajah 1.000 km.

“Tapi LAPAN lebih pada untuk mengindera atau surveilance, jadi bukan untuk rudal. LAPAN hanya berkonsentrasi pada roket-roket ilmiah, tetapi soal kaitan dengan pertahanan kita serahkan ke industri pertahanan dan pelaku pertahanan,” kata Adi di sela peluncuran roket-roket LAPAN di Pamengpeuk, Garut, Jabar, Selasa.

Ditanya soal komponennya, roket-roket balistik dan kendali yang diujikan ini, ujarnya, merupakan buatan LAPAN sendiri hingga softwarenya kecuali hal-hal seperti subsistemnya misalnya mikroprosesornya.

Sementara bahan bakar roket yakni oksidator dan “fuel” yang selalu diblokade oleh negara-negara maju yaitu Ammonium Perchlorate (AP) dan HTPB (Hydroxy Terminated Poly Butadiene) juga sudah mampu dikuasai ahli LAPAN.

“Kalau kita lihat performanya lebih bagus daripada yang kita impor, gradenya lebih halus. Terbukti ketika launching tadi, lebih agresif,” katanya.

Roket Kendali Lapan (photo : Karbol-Militaryphotos)

Roket-roket buatan LAPAN yang diuji terbang tersebut yakni tipe RX-250 satu unit, RX150 sebanyak tiga unit, tipe RX100 tiga unit, RX-70 tiga unit dan RX-70 FFAR empat unit.

Perancangan Roket RX-250 difokuskan pada upaya pengurangan berat struktur menggunakan tabung motor yang lebih tipis sehingga diperoleh ketinggian dan jarak jangkau yang maksimal.

Dimensi roket ini berdiameter 240mm dengan panjang total 4.242mm dirancang mencapai misi ilmiah dengan tinggi terbang 27,9km dan jarak jangkau 51,3km pada sudut peluncuran 70 derajat.

(Antara)

PTDI Kembangkan CN-235 Anti-Kapal Selam




PTDI Kembangkan CN-235 Anti-Kapal Selam
Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan mengembangkan pesawat terbang CN-235 Anti-Submarine atau antikapal selam yang menjadi varian terbaru dari produk pesawat terbang berbaling-baling itu.

"Teknologinya sudah siap, SDM sudah kita miliki. Mereka punya pengalaman merakit dan memodifikasi pesawat jenis itu," kata Direktur Aircraft Integration PTDI, Budi Wuraskito di Bandung, Sabtu.

Menurut dia, PTDI memiliki SDM yang cukup untuk membuat pesawat terbang antikapal selam. Selama ini sekitar 40 SDM PTDI terlibat dalam pembuatan dan modifikasi pesawat terbang anti kapal selam di Turki.

Pesawat terbang jenis itu dimodifikasi versi militer yang dilengkapi teknologi, persenjataan dan rudal untuk melumpuhkan kapal selam.

"Mereka baru kembali empat bulan lalu setelah menuntaskan pengerjaan pesawat antikapal selam di Turki, teknologinya sudah kita kuasai," kata Budi.

PTDI sendiri saat ini telah mampu mengembangkan dan memproduksi CN-235 MPA atau patroli maritim yang menjadi andalan produk perusahaan dirgantara Indonesia itu.

Sedangkan pesawat anti-submarine, katanya segera akan dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi dan keunggulan CN-235.

"Beberapa negara tertarik dan berminat membeli CN-235 antikapal selam ini, salah satunya Malaysia yang memanfaatkan kunjungan Menteri Pertahanannya untuk melakukan pembicaraan dengan pihak PTDI," ungkapnya.

Malaysia merupakan salah satu negara pengguna CN-235 di samping Korea Selatan dan beberapa maskapai penerbangan lokal di beberapa negara lainnya.

PTDI hingga saat ini telah memproduksi pesawat CN-235-220 sebanyak 250 unit, NC 212-200 sebanyak 102 unit, helikopter Super Puma NAS 332 sebanyak 19 unit, Helikopter NBELL 412 sebanyak 31 unit dan Helikopter NBO 105 sebanyak 122 unit.

Sedangkan produk pesawat terbang yang sedang dikerjakan dan akan selesai adalah satu unit CN-235 MPA pesanan Korsel (2010), satu NC 212-400 lisensi EADS-CASA pesanan PT Airfast (2010), satu N19 prototype hasil rancang bangun PTDI (2013) dan satu unit pesawat ampibi lisensi Donier Seawings (2013).-S033/Foto: Rezza Estily

BERITA POLULER