Pages

Monday, August 2, 2010

Indonesia Setuju Menukar Panser dengan Sedan Proton Malaysia

Proton Neo salah satu produk Proton yang dipasarkan di Indonesia melalui PT. Proton Edar. (Foto: paultan.org)

15 Juni 2010, Jakarta -- Rencana pembelian panser produksi Pindad oleh Malaysia yang akan menggunakan pola trade off (barter) dengan mobil sedan Proton nampaknya akan terealisasi. Indonesia sudah setuju untuk menukar sebagian nilai jual panser dengan produk mobil buatan produsen asal Malaysia itu.

Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian Perindustrian Budi Dharmadi mengatakan nantinya mobil sedan keluaran Proton akan digunakan sebagai armada taksi oleh pihak swasta. "Sudah ada beberapa operator taksi yang berminat untuk memanfaatkannya," kata Budi akhir pekan lalu.

Sayangnya, Budi belum bersedia untuk membeberkan secara rinci siapa saja operator taksi yang sudah menyatakan minatnya itu. Budi hanya mengatakan pihak kementerian hanya memfasilitasi industri untuk bisa meningkatkan kompetisinya. "Nantinya masalah tukar menukar ini murni dilakukan secara bussiness to bussiness antara kedua belah pihak," jelas Budi.

Seperti diketahui, Malaysia melakukan order panser kepada PT Pindad (Persero) senilai US$ 80 juta. Sebelumnya Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan Malaysia telah berminat memesan panser dari Indonesia dengan syarat sebagian dari nilai pembelian itu ditukar (trade off) dengan produk asal Malaysia.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan order panser ini membuktikan bahwa industri pertahanan Indonesia sudah diakui keberadaannya oleh negara lain.

Budi menambahkan, dengan adanya trade off ini akan menguntungkan bagi kedua belah pihak. "Produk panser Indonesia lebih dikenal oleh negara lain sehingga kompetensinya meningkat. begitu juga sebaliknya," tambah Budi.

Pembicaraan Barter Panser-Sedan Masih Menggelinding

Presiden Direktur PT Proton Edar Indonesia Ricky Poo ketika dikonfirmasi oleh KONTAN mengatakan pihak Proton Indonesia belum mengetahui secara rinci mengenai rencana barter Proton dengan panser buatan PT Pindad (Persero) ini.

"Sampai saat ini saya masih kurang tahu mengenai hal ini. Karena ini masih diskusi antara menteri dengan menteri," ujarnya kepada KONTAN Senin (14/6).

Sementara itu, General Manager Marketing PT Proton Edar Indonesia Mazlan Mohamad Zain menambahkan saat ini pembicaraan mengenai rencana trade off Proton dengan panser buatan Pindad memang masih menjadi pembicaraan di tingkat pemerintah. "Ini masih menjadi pembahasan antara goverment to goverment, masih di tingkat atas. Jadi kami belum mengetahui mekanismenya akan seperti apa," jelasnya.

Mazlan hanya mengatakan, Rabu (16/6) besok direksi Proton Indonesia akan mengadakan rapat dengan manajemen Proton pusat di Kuala Lumpur. Mazlan bilang, kemungkinan dalam pertemuan ini nantinya baru akan diadakan pembahasan mengenai hasil negosiasi dan mekanisme trade off antara Proton dengan Pindad.

Seperti diketahui, Malaysia melakukan order panser kepada Pindad senilai US$ 80 juta. Sebelumnya Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan Malaysia telah berminat memesan panser dari Indonesia dengan syarat sebagian dari nilai pembelian itu ditukar (trade off) dengan produk asal Malaysia.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan order panser ini membuktikan bahwa industri pertahanan Indonesia sudah diakui keberadaannya oleh negara lain.

KONTAN

Indonesia-Turki Bangun Industri Pertahanan



Konsep jet tempur siluman AU Turkey TXF-2012.

21 June 2010, Jakarta -- Pemerintah Indonesia dan Turki berencana membangun industri pertahanan bersama. Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan I Wayan Midhio mengatakan, rancangan akhir dokumen kerja sama antara Indonesia dan Turki sedang disiapkan.

“Kerja sama berupa kesepakatan di bidang industri pesawat tempur antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan Turkey Aerospace Industry (TAI),” ungkap Wayan kemarin. Selain itu, kedua negara juga sepakat bekerja sama di bidang industri matra darat antara PT Pindad dengan FNSS Defence System Inc. Dokumen kerja sama antara Indonesia dan Turki tersebut akan ditandatangani menteri pertahanan kedua negara saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki akhir Juni ini.

SINDO

Tahun 2010 PT PAL Bikin 14 Kapal

10 Juli 2010, Surabaya -- Seiring program restrukturisasi untuk penyelamatan industri strategis, PT PAL tetap melayani pemesanan kapal. Bahkan, pada 2010 sedikitnya ada 14 pesanan kapal yang diharapkan bisa menjaga aktivitas produksi.


Kepala Bidang Restrukturisasi PT PAL Bambang Hardianto mengatakan, 14 unit kapal tersebut di antaranya lima unit jenis bulk carrier. “Sekitar enam di antaranya merupakan pesanan luar negeri. Nanti kita cek lagi. Tapi, intinya dengan penggarapan tersebut kita ingin kinerja produksi perusahaan tetap aktif dan bisa dipertahankan,” katanya kemarin.

SINDO

Menhan Siap Bangun Industri Alutsista di Surabaya

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengunjungi CV Sari Bahari industri rekanan PT Pindad Malang yang memproduksi cashing Bomb P 100 dan Roket P 100 Live, Selasa (13/7/2010). (Foto: Muhammad Aminudin/detikSurabaya)

14 Juli 2010, Malang -- Menteri Pertahanan RI (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, siap membangun industri alutsista (alat utama sistem persenjataan) dalam skala besar di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Hal tersebut dikatakan Purnomo, Selasa, saat berkunjung ke pabrik pembuatan casing Bomb P 100 dan Roket P 100 Live di PT Sari Bahari, Jalan Bendungan Sempor 12, Kota Malang.

Mantan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) ini tidak menjelaskan, kapan pembangunannya akan dimulai, namun tujuan pembangunan yakni mendorong agar industri alutsista dalam negeri dapat berkembang pesat, sebab dapat meningkatkan pertahanan dan ekonomi dalam negeri.

Ia menjelaskan dengan benyaknya perusahaan yang bergerak di bidang alutsista, maka selain bisa memenuhi kebutuhan latihan militer di Indonesia, juga dapat meningkatkan ekonomi yang kemudian dapat membuka peluang tenaga kerja, khususnya di sejumlah daerah.

"Konkret dorongan pemerintah agar perusahaan alutsista semakin pesat, yakni mempermudah sertifikasi pembuatan senjata dan mendukung munculnya sejumlah perusahaan swasta," katanya.

Dengan banyaknya perusahaan yang memproduksi alutsista, maka Indonesia tidak akan ketergantungan dengan luar negeri dalam hal permasalahan alutsista.

"Dengan tumbuhnya perusahaan yang bergerak di bidang persenjataan dalam negeri, maka kita tidak lagi tergantung dengan luar negeri," tegasnya.

Ia menjelaskan, setiap tahunnya kebutuhan alutsista di lingkungan TNI AU semakin meningkat, oleh karena itu harus didukung oleh produksi yang cukup. "Kebutuhan semakin meningkat maka sektor industri pertahanan juga harus ditingkatkan," katanya.

Sementara pemilik pabrik PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam mengatakan, permasalahan yang sering menimpah perusahaan swasta bidang alutsista, yakni mengenai setifikasi.

Ia menjelaskan, industri yang digelutinya sejak tahun 1993 ini, masih merasa kesulitan dalam kepengurusan sertifikasi jenis rudal dan roket. "Ini mungkin permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan alutsista swasta," katanya.

Oleh karena itu, diharapkan dorongan pemerintah dengan mempermudah sertifikasi, dapat membuka perkembangan perusahaan alutsista di Indonesia.

Sementara itu, PT Sari Bahari merupakan rekanan dari PT Pindad, dan setiap bulannya mampu memproduksi hingga 100 unit Bomb P 100 dengan ukuran casing diameter 273 milimeter dengan total berat 125 kilogram.

Bom hasil PT Sari Bahari ini, pernah digunakan oleh pesawat Sukoi SO-27 SK dan pesawat tempur F5 Tiger milik Amerika.

ANTARA

RI MAMPU PRDUKSI JET TEMPUR KFX 201

Model jet tempur KF-X. (Foto: aviationweek)

17 Juli 2010, Bandung -- PT Dirgantara Indonesia (DI) menyatakan siap membuat pesawat tempur KF-X guna mendukung kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel).

Perusahaan dirgantara nasional tersebut memiliki kompetensi untuk membuat pesawat tempur dengan kemampuan di atas rata-rata. “Desain, sumber daya manusia, teknologi, dan quality control kami menyatakan siap,” ujar Kepala Humas PT DI Rakhendi Triyatna kepada wartawan di Bandung kemarin. KesiapanPTDIbukanlahisapan jempol. Rakhendi menyebutkan, antara tahun 1986-1990 saat masih bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN),pihaknya pernah memproduksi tujuh komponen untuk 40 pesawat tempur F-16. Hasilnya excellent,”tandasnya.

Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan,RI akan berusaha agar pembuatan KFX dapat dilakukan di Tanah Air, khususnya di PT DI.Dengan demikian, diharapkan Indonesia bisa mendapat transfer teknologi. Namun di mana kepastian pesawat tempur KF-X akan diproduksi, menurut dia,sejauh ini belum dibicarakan. “Kami berharap pesawatnya dapat dibuat di sini (Indonesia). Ini akan dibahas dalam kesepakatan selanjutnya.Kalau yang ditandatangani Pak Erris Herryanto (Sekjen Kemhan) kemarin itu baru perjanjian awal,”ujar I Wayan.

I Wayan menuturkan, nota kesepahaman dengan Korsel berkaitan dengan rencana produksi bersama (joint production), riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur. Prototipe tersebut dapat diproduksi di Indonesia tahun 2020 oleh PT DI. Lebih jauh dia menjelaskan, Indonesia tidak akan mendapat lisensi dari pesawat KF-X karena rancangan awal dari jet tempur tersebut adalah milik Korsel sepenuhnya. Indonesia dalam hal ini hanya menjadi mitra kerja sama, terutama dalam hal pemasaran. Kendati demikian, dia menjamin Indonesia akan mendapat keuntungan dari kerja sama ini karena dapat menyerap teknologi, sedangkan pihak Korsel dapat memangkas biaya produksi dan terbantu di urusan penjualan produk pesawat tempur.

Dia menambahkan, selain sudah mempunyai kemampuan membuat pesawat, Indonesia dipilih Korsel karena memiliki kedekatan dengan banyak negara berkembang.“ Pasar dari KF-X yang utama adalah negara berkembang dan Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak kolega dengan negara-negara lain,”katanya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kemhan RI meneken kesepakatan dengan Korsel untuk memproduksi dan memasarkan jet tempurKF- Xyang tertunda beberapa tahun karena terbentur masalah teknis dan pendanaan. Kesepakatan bukan hanya menjadi kebanggaan bangsa karena tidak banyak negara yang bisa memproduksi pesawat tempur,tapi juga untuk melepaskan ketergantungan alat utama sistem senjata (alutsista) dari negara lain.


Dalam kesepakatan yang diteken Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekjen Kemhan RI Marsekal Madya TNI Erris Herryanto, Indonesia akan menanggung 20% biaya dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16 ini. Sekjen Kemhan Erris Herryanto sebelumnya pernah mengungkapkan, anggaran yang dibutuhkan untuk proyek strategis tersebut sebesar USD8 miliar dengan jangka waktu kerja sama hingga 2020. Selama waktu itu diharapkan sudah bisa disiapkan lima prototipe. Berdasar informasi yang berkembang, KF-X tergolong pesawat tempur generasi baru.

Pesawat single seat bermesin ganda ini adalah jenis pesawat siluman (stealth) yang kemampuannya di atas pesawat Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon, tapi masih di bawah Lokheed Martin F-35.Kemampuan tempurnya juga tidak usah diragukan karena lebih unggul dibandingkan pesawat F-16 Block 60. Untuk mendukung ketersediaan peranti canggih,produksi KF-X akan merangkul sejumlah perusahaan internasional untuk menyediakan sistem radar, data link, desain, mesin jet, teknologi stealth, persenjataan,dan lainnya. Pengamat militer MT Arifin berharap dalam kerja sama pembuatan pesawat KF-X tersebut Indonesia bisa memastikan adanya alih teknologi. Proses alih teknologi dapat terjadi dengan melibatkan PT DI dalam pembuatan KF-X.

Menurutnya, tanpa adanya transfer teknologi, kerja sama yang memakan banyak biaya tersebut akan sia-sia,bahkan mendatangkan kerugian.“Kita harus melihat dulu perjanjiannya seperti apa? Yang terpenting,Indonesia harus mendapatkan transfer ilmu dari adanya kerja sama pembangunan pesawat ini,”ujarnya. Dia pun menilai Indonesia sudah saatnya memproduksi sendiri materi keperluan pertahanan dan keamanan.Jika ilmuwan Tanah Air mampu dengan optimal menyerap teknologi dari Korsel, hal itu dinilainya sebagai perkembangan yang luar biasa.Selama ini Indonesia masih banyak membeli senjata, pesawat,dan kapal dari luar. “PT DI memang begitu bagus di era Habibie. Namun setelah itu banyak ilmuwan terbaik kita yang lebih memilih bekerja di Singapura dan negara-negara lain.

Ini bisa menjadi momentum yang bagus untuk PT DI,”imbuhnya. Selain harus terdapat alih teknologi, menurut Arifin,ada satu lagi syarat yang mesti diperhatikan Indonesia dalam perjanjian ini,yakni harus tetap menjaga netralitasnya di dunia internasional. Dia berharap Indonesia jangan sampai terpicu untuk mengikuti paham atau blok yang tengah berkonflik. Sementara itu,anggota Komisi I DPR RI Sidarta Danusubroto mengaku pihaknya sama sekali belum mendengar rencana kerja sama Indonesia dengan Korsel untuk membuat pesawat tempur. Karena itu, Komisi I DPR akan meminta keterangan pemerintah,terutama Kemhan, tentang tujuan dan latar belakang kerja sama tersebut. “Saya baru mendengar ini.

Apakah ini berupa MoU atau malah baru sekadar wacana? Seharusnya kami diajak rembuk dulu dong.Kalau tidak diajak rembuk,mana kita tahu apakah ini bisa bermanfaat atau tidak? Sebab prinsipnya, setiap kerja sama yang akan dilakukan harus memberi manfaat bagi kita.Termasuk dalam pengadaan pesawat maupun dalam penguatan kemampuan personel,”katanya. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu mengingatkan agar pemerintah lebih berhatihati dalam membuat kebijakan kerja sama dengan luar negeri.

Selain itu,pemerintah harus menjelaskan sumber dana yang akan dipakai untuk membiayai program kerja sama tersebut.Sebab,lanjut dia,masalah biaya menjadi pertanyaan mendasar karena bisa menjadi pemborosan anggaran jika sasaran yang dicari tidak bernilai signifikan. “Kalau ada kerja sama begini, harus jelas juga anggarannya dari mana? Siapa yang membiayai? Jangan seperti sebelum-sebelumnya yang tahu-tahu sudah terjadi baru DPR diberi tahu,”pungkasnya.

Dukungan Blogger

Kerja sama Indonesia-Korsel ini ternyata sudah sampai ke telinga para blogger sista (sistem pertahanan), Facebookerdan menjadi perbincangan hangat di Kaskus. Berdasarkan penelusuran harian Seputar Indonesia hingga sore kemarin,sudah ada akun Facebook dengan nama Dukung RI Produksi Pesawat Tempur Ini.Tampilan depan akun menunjukkan dua buah pesawat kuno yang mengudara dengan tiga foto pahlawan di atasnya.Adapun tagline yang ditampilkan adalah “Indonesia harus mampu produksi pesawat tempur”.

Salah seorang anggota bernama Anggih Romadhon menulis statusnya dalam laman tersebut terkait kerja sama ini: “Alhamdulillah akhirnya kerja sama Indonesia-Korsel buat produksi pesawat tempur jadi juga. Bukan sekadar wacana-wacana kosong belaka. Hidup Indonesia!”.

SINDO

RI-KORSEL BUAT JET TEMPUR KFX 201 STEALTH

Komisioner DAPA Byun berjabat tangan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsuddin setelah penandatanganan LoI (Letter of Intent) pengembangan bersama jet tempur, disaksikan kedua kepala pemerintahan Indonesia – Korea Selatan, Maret 2010 di Seoul. (Foto: DAPA)

16 Juli 2010, Seoul -- Indonesia sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X,Korea Selatan (Korsel), yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.

Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut. “Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20% biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dolar AS itu,” ungkap Kementerian Pertahanan Korsel dalam rilisnya. Kesepakatan itu ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia Marsekal Madya TNI Erris Herryanto kemarin.Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel,proyek ini akan kembali dimulai awal tahun depan. Adapun produksi jet-jet tempur baru dilakukan setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012.

Model jet tempur siluman KF-X. (Foto: emile)

“Kami juga memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut,” ujarnya tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan. Proyek jet tempur KF-X sebenarnya sudah diluncurkan tahun 2000,tapi ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi.Presiden Lee Myung-bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut. Kementerian Pertahanan RI membenarkan kerja sama dengan Korsel dalam memproduksi pesawat tempur KF-X.Pemerintah Indonesia bisa menggunakan fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia.

“Kami tidak hanya membeli pesawat tempur, tetapi juga ingin bekerja sama dalam produksinya.Kami berharap fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia bisa digunakan untuk hal itu,”kata Juru Bicara Kemhan BrigjenTNI I Wayan Midhio. I Wayan mengatakan KF-X adalah pesawat tempur jenis baru yang memiliki kemampuan tempur andal. Bahkan.Wayan berani mengklaim kemampuan KF-X ini di atas F-16, tapi masih di bawah F-35.Wayan mengakui pemerintah berencana membeli 50 buah KF-X begitu pesawat selesai diproduksi.Tidak hanya membeli, pemerintah juga membantu memasarkan pesawat itu ke negara-negara lain.

“Saya kira, prinsip yang paling utama adalah sekarang negara kita bisa ikut terlibat dalam proses produksinya,jadi ada transfer teknologi,”tuturnya. Juru Bicara TNI Angkatan Udara Laksamana Pertama Bambang Samudro menyatakan kerja sama produksi pesawat tempur dengan Korsel ini adalah bagian dari rencana kedua pihak untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi pesawat tempur.“Ini adalah kerja sama jangka panjang kedua negara.Kesepakatan ini dicapai setelah melalui pembicaraan panjang,”tuturnya.

Kerja sama produksi pesawat tempur ini, lanjut Bambang,dimulai tahun ini sementara segala persiapan seperti survei dan membuat prototipe akan dilakukan hingga 10 tahun ke depan.Bambang menambahkan, TNI AU akan memakai semua pesawat itu jika pemerintah membelinya.“Yang paling utama, kita tidak hanya membeli, tetapi kita bisa membuat sendiri peralatan tempur kita sebagaimana yang pemerintah inginkan,”katanya. Sekjen Kemhan Marsekal Madya Erris Herryanto sebelumnya mengatakan Indonesia layak untuk berpartner membuat pesawat tempur.Menurut dia,langkah kerja sama dengan Korsel merupakan suatu kemajuan karena tidak banyak negara yang bisa membuat pesawat tempur.


Apabila memiliki pabrik pesawat tempur, Indonesia tidak akan bergantung lagi kepada negara lain. Namun Erris saat itu belum bisa merinci beberapa hal yang tertuang dalam perjanjian itu,termasuk apa saja yang akan diperoleh Indonesia dan apa saja yang harus disediakan. ”Yang jelas, kita punya PT Dirgantara Indonesia dan tenaga ahli,”kata Erris. Dia juga mengungkapkan, spesifikasi pesawat tempur KF-X ini kira-kira berada di atas F-16,tetapi di bawah spesifikasi F-35.Adapun kebutuhan biaya yang diajukan sekitar USD8 miliar dengan jangka waktu kerja hingga tahun 2020.Pada 2020 diharapkan sudah bisa disiapkan lima prototipe.Dari keseluruhan anggaran itu,Indonesia diharapkan menanggung sebesar 20%.

Berdasar informasi yang berkembang, pesawat tempur ini rencananya akan rilis pada 2020 .Rencananya KF-X akan disokong mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A- 18E/F Boeing dan Dassault Rafale. SNECMA menggambarkan M88 sebagai landasan dari keluarga mesin generasi baru. Mitra yang akan dirangkul untuk pengembangan mesin adalah Lockheed Martin yang sebelumnya terlibat dalam desain dan pengembangan pelatih Korea Aerospace T-50 jet supersonik. Proyek KF-X juga akan merangkul sejumlah perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan asing akan membayar hingga 30% dari program.

Kepala Tim Pengembangan Sistem Udara Korsel Kolonel AU Dae Yeol-lee sebelumnya mengungkapkan, BAE Systems telah menyatakan minatnya dalam mengembangkan radar, sedangkan Alenia Aeronautica dipercaya untuk memasok senjata utama dari KF-X dan bertanggung jawab pada program neuron kolaboratif untuk mengembangkan teknologi European combat-drone.

SINDO

PT. DI sedang mengembangkan Hovercraft pesanan TNI AD

PT. Dirgantara Indonesia (DI) yang awalnya hanya menelurkan teknologi di bidang kedirgantaraan perlahan-lahan akan melebarkan sayapnya untuk memproduksi kendaraan multi guna Landing Hovercraft Utility (LHU) IHOV-20 TM. Kendaraan ini mampu diajak melesat di atas air maupun di darat dan mampu membawa beban diatasnya seberat 20 ton.

Saat ini untuk mencakup wilayah indonesia yang berkarakteristik kepulauan membutuhkan kendaraan jenis ini untuk wilayah-wilayah yang sulit dilalui oleh kendaraan biasa. PT. DI sudah menciptakan satu unit prototype untuk di uji coba dan juga sekaligus menyelesaikan dua unit lagi pesanan TNI AD. Hovercraft ini sangat sesuai apabila dioperasikan untuk menanggulangi bencana alam seperti tsunami yang pernah terjadi di aceh lima tahun lalu maupun bencana alam lainnya diwilayah indonesia. (LHU) IHOV-20 TM menggunakan mesin 2 X Marine Diesel Engine 1.550 HP dan mampu melaju 40 knots dengan beban maksimal 20 ton.

Bila difungsikan sebagai bagian dari alutsista (LHU) IHOV-20 mampu mengangkut 2 unit kendaraan taktis dan bisa juga mengangkut 1000 pasukan untuk melaksanakan operasi pendaratan.

Di bidang peroketan LAPAN sedang mengembangkan roket RKN 200 double stage dan RX 1020 single stage yang akan menjadi cikal bakal peluru kendali milik indonesia. Lapan akan selalu berusaha untuk mengembangkan teknologi ini karena sifatnya yang strategis dan tidak ada satupun negara yang sudah menguasai teknologi ini untuk berbagi.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal George Toisutta menegaskan TNI-AD akan meremajakan secara bertahap semua alat utama sistem senjata (alutsista) tidak layak pakai untuk diperbarui atau diganti dengan yang baru buatan dalam negeri agar nyawa prajurit tidak menjadi taruhan. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri kasad mengharapkan agar setiap pembelian yang dilakukan dengan pihak luar harus ada transfer teknologi dengan begitu suatu saat industri pertahanan indonesia akan menjadi lebih mandiri dan mampu menyokong kebutuhan TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI. (Ars)

Sbr : Suara merdeka, Media Indonesia

BERITA POLULER