Pages

Sunday, August 1, 2010

F22 RAPTOR

F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
F-22 Raptor
A-22 Raptors at Langley.jpg
F-22 mendarat di pangkalan udara Langley.
Tipe Pesawat tempur siluman
Produsen Lockheed Martin Aeronautics
Boeing Integrated Defense Systems
Terbang perdana 19 November 1990
Diperkenalkan 15 Desember 2005
Status Aktif
Pengguna Amerika Serikat
Harga satuan US$120 juta (2006)[1]
Varian X-44 MANTA
FB-22

Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.

Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.

Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.

Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.

Bagian-bagian pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.

[sunting] YF-22 'Lightning II'

YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.[3] Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier.[4] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.[5]

YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.[6]

[sunting] Produksi

Proses produksi F-22.

F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[7]

[sunting] Pergantian nama

Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.

Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat merubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[8]

Dua F-22 Raptor. F-22 atas merupakan versi pengembangan, Raptor 01.

[sunting] Pembelian

Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review merubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 merubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 milyar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.

Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 milyar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.

F-22 (atas) dengan pendahulunya, F-15.

Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 milyar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.[9]

F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 milyar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 milyar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.

[sunting] Karakteristik

[sunting] Pergerakan

Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).

F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrim seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian terbang juga mempengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]

[sunting] Avionik

Radar APG-77-1A yang dipakai oleh F-22.

F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.

Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]

F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[10][12]

Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]

Ruang senjata internal F-22.

[sunting] Persenjataan

F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidrolik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.[10]

[sunting] Kemampuan siluman

F-22 menjatuhkan bom JDAM GBU-32.

Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detil lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".

Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[16]

Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.

[sunting] Spesifikasi (F-22 Raptor)

Gambar teknis F-22.
Persenjataan F-22.

Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12]

Karakteristik umum

  • Kru: 1
  • Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
  • Lebar sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
  • Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
  • Area sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
  • Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
  • Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
  • Berat terisi: 55.352 lb (25.107 kg)
  • Berat maksimum lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
  • Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing

Performa

Persenjataan

  • Udara ke darat:

Avionik

  • Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)[12]

[sunting] Referensi

  1. ^ a b "FY 2007 Budget Estimates." Angkatan Udara Amerika Serikat. Februari 2006.
  2. ^ "Air Force Campaigns to Save Jet Fighter." Wayne, L. The New York Times. 13 Januari 2005.
  3. ^ "YF-22/F-22A comparison diagram". GlobalSecurity.org.
  4. ^ Military Aircraft Names
  5. ^ "Lockheed Martin Joint Strike Fighter Officially Named 'Lightning II.'" Rilis pers pengelola resmi program Joint Strike Fighter. 7 Juli 2006.
  6. ^ F-22 Timeline
  7. ^ "F-22 Raptor Flight Test." Pike, J. GlobalSecurity.org.
  8. ^ "U.S. To Declare F-22 Fighter Operational." Agence France-Presse. 15 Desember 2005.
  9. ^ "F-22 excels at establishing air dominance." Lopez, C. T. Air Force Print News. 23 June 2006.
  10. ^ a b c d "Turn and Burn." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
  11. ^ "F-22 Initial High Angle-of-Attack Flight Results." Peron, L. R. Air Force Flight Test Center. (Abstract)
  12. ^ a b c d e f "F-22: Unseen and Lethal." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007. Note: Titled "Raptor Scores in Alaskan Exercise" in online edition.
  13. ^ "F-22 Avionics." Pike, J. GlobalSecurity.org.
  14. ^ a b "The Electric Jet." Philips, E. H. Aviation Week & Space Technology. 5 Februari 2007.
  15. ^ a b F-22 stealth. globalsecurity.org. Diakses pada 21 Februari
  16. ^ a b c "Away Game." Fulghum, D. A. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
  17. ^ (2005). Factsheets: F-22A Raptor. Air Force Link. United States Air Force. Diakses pada 18 April 2010
  18. ^ a b (2006). Flight Test Data. F-22 Raptor Team Website. Diakses pada 18 April 2010
  19. ^ Angka Mach 2,42 disebutkan oleh pilot Paul Metz. Angkatan Udara AS hanya menyebut "kelas Mach 2"—yang berarti suatu jumlah yang melebihi Mach 2.

[sunting] Daftar pustaka

  • Crosby, Francis. Fighter Aircraft. London: Lorenz Books, 2002. ISBN 0-7548-0990-0.
  • Miller, Jay. Lockheed Martin's Skunk Works: The Official History... (updated edition). Leicester, UK: Midland Publishing Ltd., 1995. ISBN 1-85780-037-0.
  • Pace, Steve. F-22 Raptor. New York: McGraw-Hill, 1999. ISBN 0-07-134271-0.
  • Pace, Steve. X-Fighters: USAF Experimental and Prototype Fighters, XP-59 to YF-23. Oscela, Wisconsin: Motorbooks International, 1991. ISBN 0-87938-540-5.
  • Sweetman, Bill. "Fighter EW: The Next Generation." Journal of Electronic Defense, Volume 23, issue 7, July 2000.
  • Williams, Mel, ed. Superfighters: The Next Generation of Combat Aircraft. London: AIRtime Publishing Inc., 2002. ISBN 1-880588-53-6.

[sunting] Lihat pula

Pengembangan yang berhubungan

Pesawat sebanding

Urutan penamaan

Lain-lain

WIKIPEDIA

SUKHOI PAKFA

The Sukhoi PAK FA (Russian: Перспективный авиационный комплекс фронтовой авиации, Perspektivny aviatsionny kompleks frontovoy aviatsii, literally "Future Frontline Aircraft System"), is a fifth-generation jet fighter being developed by Sukhoi OKB for the Russian Air Force.

The current prototype is Sukhoi's T-50.[12] The PAK FA when fully developed is intended to replace the MiG-29 Fulcrum and Su-27 Flanker in the Russian inventory and serve as the basis of the Sukhoi/HAL FGFA project being developed with India.[13][14] A fifth generation jet fighter, it is designed to directly compete with Lockheed Martin's F-22 Raptor and F-35 Lightning II. The T-50 performed its first flight January 29, 2010.[3][15] Its second flight was on February 6 and its third on February 12. As of June 17th, it has made 16 flights in total.[16]

Sukhoi director Mikhail Pogosyan has projected a market for 1,000 aircraft over the next four decades, which will be produced in a joint venture with India, two hundred each for Russia and India and six hundred for other countries.[17]. He has also said that the Indian contribution would be in the form of joint work under the current agreement rather than as a joint venture.[18]

The Indian Air Force will "acquire 50 single-seater fighters of the Russian version" before the two seat FGFA is developed.[19]

The Russian Defense Ministry will purchase the first ten aircraft after 2012 and then 60 after 2016.[20][21] The first batch of fighters will be delivered without the "Fifth generation" engines.[22]

PAK FA
PAK FA T-50 prototype on the day of its first flight
Role Stealth multirole fighter
National origin Russia
Manufacturer Sukhoi
First flight January 29, 2010 [1][2][3]
Introduction 2015 (planned)[4][5][6]
Status Test flight / Pre-production
Primary user Russian Air Force
Number built 3 [7]
Program cost US$8-10 billion (est.)[8][9][10]
Unit cost US$100 million (est.)[11]
Variants Sukhoi/HAL FGFA

Development

Radar with APAA for the PAK FA is provided by NIIP. MAKS-2009
APAA in slat. MAKS-2009

In the late 1980s, the Soviet Union outlined a need for a next-generation aircraft to replace its MiG-29 and Su-27 in frontline service. Two projects were proposed to meet this need, the Sukhoi Su-47 and the Mikoyan Project 1.44. In 2002, Sukhoi was chosen to lead the design for the new combat aircraft, and in the summer of 2009 the design was approved.[23] The PAK FA will incorporate technology from both the Su-47 and the MiG 1.44.[citation needed]

The Tekhnokompleks Scientific and Production Center, Ramenskoye Instrument Building Design Bureau, the Tikhomirov Scientific Research Institute of Instrument Design, the Ural Optical and Mechanical Plant (Yekaterinburg), the Polet firm (Nizhniy Novgorod) and the Central Scientific Research Radio Engineering Institute (Moscow) were pronounced winners in the competition held in the beginning of 2003 for the development of the avionics suite for the fifth-generation airplane. NPO Saturn has been determined the lead executor for work on the engines for this airplane.

The Novosibirsk Chkalov Aviation Production Association (NAPO Chkalov) has begun construction of the fifth-generation multirole fighter. This work is being performed at Komsomol'sk-on-Amur together with Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association; the enterprise's general director, Fedor Zhdanov reported during a visit to NAPO by Novosibirsk Oblast's governor Viktor Tolokonskiy on 6 March 2007. "Final assembly will take place at Komsomol'sk-on-Amur, and we will be carrying out assembly of the fore body of this airplane," Zhdanov specified.

On 8 August 2007, Russian Air Force Commander Alexander Zelin was quoted by Russian news agencies that the development stage of the PAK FA program is now complete and construction of the first aircraft for flight testing will now begin.[24] Alexander Zelin also said that by 2009 there will be three fifth-generation aircraft ready. "All of them are currently undergoing tests and are more or less ready", he said.[25]

[edit] Maiden flight

The T-50 taxiing on the day of its maiden flight.
Optical detection pod for the Su PAK FA. MAKS-2009

On 28 of February 2009 Mikhail Pogosyan announced that the airframe for the aircraft was almost finished and that the first prototype should be ready by August 2009.[26] On 20 August 2009, Sukhoi General Director Mikhail Pogosyan said that the first flight would be by year end. Konstantin Makiyenko, deputy head of the Moscow-based Centre for Analysis of Strategies and Technologies said that "even with delays", the plane would likely make its first flight by January or February, adding that there it would take 5 to 10 years for commercial production.[27]

The maiden flight had been repeatedly postponed since early 2007 as the T-50 encountered unspecified technical problems. Air Force chief Alexander Zelin admitted as recently as August 2009 that problems with the engine and in technical research remained unsolved.[28]

The Weekly Standard reported that Russian sources had indicated that the T-50 prototype would fly in 2010 or early 2011 with current technology radar and avionics as the advanced systems for the completed PAK FA will require help from a foreign partner.[29]

On December 8, 2009, Deputy Prime Minister Sergei Ivanov announced that the first trials with the fifth-generation aircraft would begin in 2010.[30] The testing, however, has commenced earlier than stated, with the first successful taxiing test taking place on December 24, 2009.[31][32][33]

The aircraft's maiden flight took place on 29 January 2010 at KnAAPO's Komsomolsk-on-Amur Dzemgi Airport; the aircraft was piloted by Sergey Bogdan (Сергей Богдан) and the flight lasted for 47 minutes.[3][34][35] [36]

A second airframe is planned to join the flight testing later in fourth quarter of 2010. These first two aircraft will lack radar and weapon control systems, while the third and fourth aircraft, to be added in 2011, will be fully functional test aircraft.[37]

[edit] Naval Version

Navalized Sukhoi T-50 PAK FAs will be deployed on the Russian aircraft carrier Admiral Kuznetsov and future Russian aircraft carriers.[38]

[edit] Design

Although most of information about the PAK FA is classified, it is believed from interviews with people in the Russian Air Force and Defense Ministry that it will be stealthy,[9] have the ability to supercruise, be outfitted with the next generation of air-to-air, air-to-surface, and air-to-ship missiles, incorporate a fix-mounted AESA radar with a 1,500-element array[39] and have an "artificial intellect".[40]

Sukhoi says that the new radar will reduce pilot load and that the aircraft will have a new data link to share information between aircraft.[41]

Composites are used extensively on the T-50 and comprise 25% of its weight and almost 70% of the outer surface.[42] It is estimated that titanium alloy content of the fuselage is 75%. Further reductions in structural weight, drag and radar signature are achieved by the use of three-dimensional thrust vectoring engines. Sukhoi's concern for minimizing RCS (and drag) is also shown by the provision of two tandem main weapons bays in the centre fuselage, between the engine nacelles. Each is estimated to be between 4.9-5.1m long. The main bays are augmented by bulged, triangular-section bays at the wing root.[43]

The Moskovsky Komsomolets reported that the T-50 has been designed to be more maneuverable than the F-22 Raptor at the cost of making it less stealthy than the F-22.[44]

[edit] Avionics

The PAK-FA SH121 radar complex includes three X-Band AESA radars located on the front and sides of the aircraft. These will be accompanied by L-Band radars on the wing leading edges.[45][46] L-Band radars are proven to have increased effectiveness against VLO targets which are optimized only against X-Band frequencies, but their longer wavelengths reduce their resolution.

The PAK-FA will feature an IRST optical/IR search and tracking system.

Sukhoi recently demonstrated cockpit mock-ups, which may relate to both Su-35 or PAK-FA, suggest two very large MFDs and a very wide HUD[citation needed].

Hindustan Aeronautics Limited will reportedly provide the navigation system and the mission computer.[44]

[edit] Engines

The PAK FA was expected to use a pair of Saturn 117S engines on its first flights. The 117S (AL-41F1A) is a major upgrade of the AL-31F based on the AL-41F intended to power the Su-35BM, producing 142 kN (32,000 lb) of thrust in afterburner and 86.3 kN (19,400 lb) dry. In fact, PAK FA already used a completely new engine in its first flight, as stated by NPO Saturn.[47] The engine is not based on the Saturn 117S. The engine generates a larger thrust and has a complex automation system, to facilitate flight modes such as maneuverability. Exact specifications of the new engine are still secret. Each engine can independently vector its thrust upwards, downward or side to side. Vectoring one engine up with the other one down can produce a twisting force. Therefore the PAK FA will be the first fifth generation fighter with full 3-D thrust vectoring along all three aircraft axes: pitch, yaw and roll.

[48]

[edit] Operational history

[edit] Testing

The first flight video shows that PAK-FA has no conventional rudders, its vertical tails are fully movable.[49] This special tail fin design is mechanically similar to V-tails used by the Northrop YF-23 in 1990s,[50] but is supplemented by dedicated horizontal stabilators (as on the F-22). The T-50 has wing leading-edge devices above the jet engine intakes that have been called a challenge for signature control.[51]

[edit] Specifications

Diagram

Because the aircraft is in development, these specifications are preliminary and are taken as estimates from the available images.

Data from [52][53]

General characteristics

  • Crew: 1
  • Length: 19.8 m (65.9 ft)
  • Wingspan: 14 m (46.6 ft)
  • Height: 6.05 m (19.8 ft)
  • Wing area: 78.8 m2 (848.1 ft2)
  • Empty weight: 18,500 kg (40,785 lb)
  • Loaded weight: 26,000 kg (57,320 lb)
  • Useful load: 7,500 kg (combat load) (16,534 lb)
  • Max takeoff weight: 37,000 kg (81,570 lb)
  • Powerplant: 2× New unnamed engine by NPO Saturn and FNPTS MMPP Salyut of 175 kN each. Prototype with AL-41F1 of 147 kN each,[54] definitive version with new engine >157 kN[54]
  • Maximum Fuel weight: 10,300 kg (22,711 lb)[52]

Performance

Armament

  • Guns: None on prototype. Apparent provision for a cannon (most likely GSh-301).Possible two 30mm cannons[56]
  • Hardpoints: Two internal bays estimated at 4.6-4.7 metres by 1-1.1 metres.[57] . Other sources suggest two auxiliary internal bays for short range AAMS and 6 external hardpoints

Avionics
N050(?)BRLS AFAR/AESA built by Tikhomirov NIIP and based on Tikhomirov NIIP N035 Irbis-E . It will be the second aircraft based AESA Radar to be built by Russia, the first being the Phazotron NIIR ZHUK-A Radar in the MIG-35.[58]

[edit] Designed armament

Two Izdeliye 810 Extended beyond visual range missiles per weapons bay. Multiple Izdeliye 180 / K77M beyond visual range missiles. K74 and K30 within visual range missiles can also be carried.[57]
Two KH38M or KH58 USHK air-to-ground missiles per weapons bay. Multiple 250–500 kg precision guided bombs per weapons bay[57], with a maximum of ten bombs in internal bays[59]
Other possible loads include one 1500 kg bomb per weapons bay or two 400 km+ range anti-AWACS weapons on external hard-points.[55] A maximum weapons load of 7500 kg is reported.[59]

[edit] See also

Related development

Comparable aircraft

Related lists

[edit] References

  1. ^ "Russia to start flight tests of fifth-generation in 2009" (April 3, 2008). RIA Novosti.
  2. ^ ""Русский Raptor" впервые взлетит через три дня". LIFE NEWS. http://www.lifenews.ru/news/10424. Retrieved 2010-01-25.
  3. ^ a b c ""Российский истребитель пятого поколения поднялся в воздух". Lenta.ru. http://www.lenta.ru/news/2010/01/29/fighter/. Retrieved 2010-01-29.
  4. ^ "Russia draws back veil of secrecy with peek at future fighter". RIA Novosti. http://en.rian.ru/russia/20100129/157715872.html. Retrieved 29 January 2010.
  5. ^ The 'Raptorski' creates its ripples of envy
  6. ^ PAK-FA Will Be Operational In 2015: Executive
  7. ^ As of February 2010, although a total of 3 or 4 PAK FA prototypes have been constructed, only one of them (known as T-50-1) has flown; the others are designated for static and ground tests. See:
  8. ^ Pandit, Rajat (October 10, 2009). "India, Russia to ink new military pact". Times of India.
  9. ^ a b Shukla, Ajai (January 5, 2010). "India, Russia close to PACT on next generation fighter". Business Standard.
  10. ^ Shukla, Ajai (January 6, 2010). "India to develop 25% of fifth generation fighter ". Business Standard.
  11. ^ The T-50 fifth-generation fighter
  12. ^ Daly, Kieran (August 11, 2009). "Russia's United Aircraft reaches maturity". Flight International.
  13. ^ Unnithan, Sandeep (September 29, 2008). "India, Russia to have different versions of same fighter plane". India Today.
  14. ^ Cohen, Ariel (January 16, 2009). "Russia bets on new Sukhoi fighter to match F-35". United Press International (UPI).
  15. ^ "Russia to test fifth-generation fighter in 2009". (December 6, 2007). RIA Novosti.
  16. ^ http://www.sukhoi.org/news/company/?id=3165
  17. ^ Russia to make 1,000 stealth jets, eyes India deal
  18. ^ Russian-Indian work on 5G fighter to go ahead without extra deal
  19. ^ No JV with India on fifth-gen fighter: Sukhoi chief
  20. ^ Russian military to buy 60 fifth-generation fighters after 2016
  21. ^ Russia to almost double arms spending
  22. ^ Russian Air Force to buy over 60 fifth-generation fighters
  23. ^ Premier Putin satisfied with Russian fifth-generation fighter tests
  24. ^ "Russia to build fifth-generation fighter prototype soon". (August 8, 2007). RIA Novosti.
  25. ^ "Russia's next-generation warplane to make maiden flight in 2009". (January 21, 2009). RIA Novosti.
  26. ^ "Sukhoi PAK FA Updates: First Prototype by August 2009, Special Software for Indian Versions". (February 28, 2009). India Defence.
  27. ^ Solovyov, Dmitry (August 20, 2009). "INTERVIEW - Russia's new fighter to fly by yr-end - Sukhoi". Reuters.
  28. ^ Halpin, Tony (January 30, 2010). "Russia unveils its first stealth fighter jet - the Sukhoi T-50". The Times (London). http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/europe/article7007913.ece. Retrieved 2010-02-07.
  29. ^ Johnson, Reuben F. (January 8, 2009). "Just Like US(AF)? Russia's fifth generation fighter". The Weekly Standard.
  30. ^ "Russia to start 5th generation fighter tests in 2010 - deputy PM". (December 8, 2009). RIA Novosti.
  31. ^ "Начались испытания российского истребителя пятого поколения" ["Russian fifth-generation fighter tests have begun"] (in Russian) (December 24, 2009). Lenta.ru.
  32. ^ "Сухой" пятого поколения совершил пробежку ["Sukhoi fifth-generation fighter taxiing"] (in Russian) (December 24, 2009). BBC Russian Service.
  33. ^ Vogelaar, Rob (December 29, 2009). "Sukhoi's PAK-FA or T-50 started taxi trials, first flight early in January". Aviation-News.
  34. ^ [1]
  35. ^ Sukhoi Company launches flight tests of PAK FA advanced tactical frontline fighter Sukhoi Company (JSC), 2010-01-29
  36. ^ 1st test of 5-Gen fighter in Russia
  37. ^ More Sukhoi T-50s To Fly In Next 12 Months>
  38. ^ Moscow set to upgrade Admiral Kuznetsov aircraft carrier
  39. ^ Barrie, Douglas & Komarov, Alexey (August 26, 2009). "Fighter Order Rekindles Russian Air Force". Aviation Week & Space Technology.
  40. ^ "Russia to commence flight tests of FGFA". (December 23, 2009.) Zeenews.com.
  41. ^ Sukhoi Company launches flight tests of PAK FA advanced tactical frontline fighter
  42. ^ More Sukhoi T-50s To Fly In Next 12 Months
  43. ^ Jon Lake. April 2010. "Sukhoi T-50 - Russia's Raptor?". Combat Aircraft. Vol.11, No.4, p.26-33.
  44. ^ a b Russia's T-50 PAK FA Not Fifth-Generation Fighter Jet Yet
  45. ^ [http://www.youtube.com/watch?v=KW0x2EDghbE PAK FA: T-50 - Technologies of take off (English and Greek subs)
  46. ^ T-50 completes early flight and bench tests
  47. ^ NPO Saturn Press Release 29/01/2010
  48. ^ RIA Novosti
  49. ^ Maiden Flight of T-50 (PAK-FA) Youtube, 2010-01-29
  50. ^ YF-23 Black Widow II GlobalSecurity.org
  51. ^ Major Work Ahead On T-50 Stealth Fighter
  52. ^ a b c PAK-FA Sukhoi T-50 warfare.ru
  53. ^ Russia's Fifth Generation Jet Tested Successfully pravda.ru, 2010-01-29
  54. ^ a b Butowski 2010, p.35.
  55. ^ a b T-50 / Project 701 / PAK FA GlobalSecurity.org
  56. ^ http://en.rian.ru/mlitary_news/20100713/159797767.html
  57. ^ a b c Butowski 2010, p.34.
  58. ^ T-50 Radar FlightGlobal.com
  59. ^ a b (Accessed April 2010)
  60. ^ The new fighter's control systems, avionics and cockpit will be designed on the basis of the Su-35BM's systems
  • Butowski, Piotr. "Raptorski's Maiden Flight". Air International, March 2010, Vol 78 No 3. Stamford, UK:Key Publishing. pp. 30–37.
WIKI PEDIA

LIPI Pamerkan Radar Buatan Indonesia




26 Juli 2010, Jakarta -- Balai Konservasi Biota Laut LIPI Ambon akan memamerkan radar buatan Indonesia dalam acara Maluku Expo, 31 Juli-5 Agustus, di Lapangan Merdeka, yang diadakan sebagai bagian pelayaran internasional Sail Banda.

“Karena Maluku adalah daerah kepulauan, maka kebutuhan akan sarana komunikasi sangatlah penting. Untuk itu, kami akan memamerkan contoh radar yang dibuat LIPI dan bisa digunakan untuk sistem navigasi maupun komunikasi,” kata Kepala LIPI Ambon, Augy Syahailatua, Senin (26/7/2010).

Menurut dia, selama ini radar yang digunakan di Indonesia merupakan barang impor. Untuk itu, LIPI mencoba membuat satu terobosan yang akan diperkenalkan di Maluku. “Radar buatan LIPI merupakan yang pertama dibuat Indonesia dan dapat dibeli dengan harga yang lebih terjangkau,” katanya.

Selain memamerkan radar buatannya, LIPI juga akan menampilkan hasil penelitiannya dan berbagai mesin teknologi tepat guna untuk mengolah bahan makanan menjadi produk bernilai ekonomis.

“Kami akan menampilkan berbagai cara pengolahan makanan, seperti abon, kerupuk ikan, dendeng, dan lain-lain, dengan metode yang lebih baik dan hemat yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI,” kata Syahailatua.

Ia menjelaskan, pihaknya juga akan menyiapkan KM Riset Baruna Jaya VII untuk diikutsertakan dalam Parade Kapal Riset pada pameran yang akan berlangsung pada 31 Juli-5 Agustus mendatang.

“Kapal itu juga akan digunakan untuk mengakomodasikan 30 pelajar SMA dan mahasiswa se-Kota Ambon untuk mengikuti pelayaran Remaja Bahari Lintas Nusantara pada awal Agustus mendatang,” ujarnya.

Pelayaran pendek selama lima hari melintasi Kepulauan Lease dan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, itu akan diisi dengan sosialisasi pelestarian daerah pesisir dan laut, serta pertandingan voli dan sepak bola antarpeserta dengan penduduk setempat untuk menjalin kebersamaan.

“Selain informasi bagaimana caranya menjaga terumbu karang, padang lamun, ekosistem mangrove, dan sebagainya di daerah masing-masing, kami juga akan memberikan metode dan cara pengolahan makanan bernilai ekonomis dengan lebih hemat kepada masyarakat yang disinggahi,” katanya.

SURYA Online

Presiden Sulit Cari Menhan dari Sipil



30 Juli 2010, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sempat mengalami kesulitan mencari calon-calon menteri pertahanan dan perjabat teras di kementerian pertahanan yang berlatar belakang non militer. Kesulitan itu juga ditemui ketika hendak mengirim orang untuk menghadiri berbagai konferensi, seminar dan simposium di luar negeri tentang pertahanan, keamanan dan hubungan internasional.

Kesulitan itu yang menjadikan alasan Presiden mengelar lokakarya yang mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin di bidang pertahanan. Ide Presiden itu yang kemudian ditangkap Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang diimplementasikan melalui penyelenggaraan The Future Defense Leaders Workshop 2010.

"Kenapa kita tidak persiapkan dari sekarang anak-anak muda kita, baik berlatar belakang militer atau non militer sehingga bangsa ini kaya akan anak-anak bangsa yang mengerti betul tentang hubungan internasional, keamanan, pertahanan," ujar Presiden dihadapan peserta The Future Defense Leaders Workshop 2010 di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (30/7).

Pelatihan yang berlangsung 26-30 Juli diikuti 88 peserta, terdiri atas 53 perwira TNI dan 35 warga sipil dari berbagai institusi yang dilaksanakan di Kementerian Pertahanan, kampus Universitas Indonesia, dan Markas Besar TNI. Kegiatan ini menghadirkan empat panelis pada bidang-bidang yang berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis, pembangunan karakter dan kapasitas kepemimpinan, ekonomi pertahanan, pertahanan militer dan pertahanan menghadapi ancaman non militer.

Presiden juga mengungkapkan saat ini sudah tidak ada dikotomi militer dan sipil. Sudah tidak ada lagi jarak dan perbedan antara militer dan masyarakat sipil.

"Dulu pernah ada jarak militer dan non militer, mahasiswa di perguruan tinggi dan taruna di akademi. Tapi dengan negara demokrasi, perubahan doktrin di TNI tidak lagi menjalankan politik praktis maka sudah tidak ada lagi jarak perbedaan. Semua menghormati demokrasi dalam menjalankan misi yang ditugaskan," ungkap Presiden.

MI.com

Lockheed Martin Manufactures and Delivers 1,000th Decoy Payload for Ship Self-Defense System


30 July 2010, MARION, Mass. -- Lockheed Martin [NYSE: LMT] has manufactured and delivered the 1,000th payload for the Nulka decoy program, a joint effort between the U.S. and Royal Australian navies that uses a hovering decoy to lead an incoming missile away from a ship.

Nulka is an integral part of a ship’s layered defense system against incoming missile threats. It is installed on several classes of U.S. Navy and Canadian navy ships, as well as on every Australian surface combatant.

“This joint effort has yielded extraordinary benefit and has fostered an exceptional spirit of cooperation between the U.S. and Australian navies,” says Ed Settle, the U.S. Navy’s program manager for the Joint U.S. / Australia MK 53 (Nulka) decoy program.

Lockheed Martin has worked with BAE Systems Australia, the Nulka decoy prime contractor, since 1994. The payloads are manufactured by Lockheed Martin in Marion, Mass., and the decoys are assembled by BAE Systems in Australia.

“Our commitment to Nulka goes beyond the investments we’ve made in this program over the years,” says Donna Edwards, Lockheed Martin’s Nulka program manager. “We know that every payload we manufacture must perform flawlessly to help keep our sailors safe.”

Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation’s 2009 sales from continuing operations were $44.5 billion.

Lockheed Marti

Kopaska TNI AL “Serbu” Teroris di Kapal Ferry


Sunday, August 1, 2010


30 Juli 2010, Surabaya -- Pagi itu, Jumat (30/7), dua Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dengan menggunakan kendaraan tempur air “Sea Reader” berhasil menyerbu masuk (ship boarding) ke kapal Ferry Wicitra yang dikuasai “teroris”.

Kapal yang sarat dengan penumpang tersebut seketika itu terasa mencekam, dan semua penumpang merasa was-was bakal terjadi ensiden berdarah. Tidak lama kemudian, penyerangan ke kapal ini menjadi semakin tegang dan berdebar, ketika satu Tim prajurit Kopaska TNI AL ini melakukan fastroping (meluncur) dari Helikopter kemudian menyerbu ke kapal.

Dalam sekejap, prajurit elit TNI AL ini dapat menguasai ruangan-ruangan vital di kapal yang dikuasai musuh, yaitu di ruang mesin, ruang kemudi dan anjungan. Dalam “serbuan” tersebut, prajurit Kopaska TNI AL dapat meringkus kawanan teroris dan dalam ensiden ini tidak ada korban jiwa dari penumpang kapal.

Skenario serbuan ke kapal Ferry yang dilakukan oleh prajurit Kopaska TNI AL tersebut, adalah serangkaian dari materi latihan yang digelar antara TNI AL dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal dengan sandi “Latma Flash Iron 10-2/JCET, dan latihannya itu sendiri digelar mulai 12 Juli silam. Pasukan yang terlibat dalam latihan itu dari Kopaska TNI AL 92 personel sedangkan dari pihak US Navy Seal 19 personel.

Latihan yang digelar hingga 5 Agustus tersebut akan melaksanakan beberapa materi latihan diantaranya pengamanan VVIP, materi lain yang juga dilatihkan diantaranya MIO (Martime Interdiction Operation), Markmanship and Skills, CQC (Closed Quarter Combat), Urban Warfare dan TCCE (Tactical Combat Casualiv Care).

Dispenarmatim

Teknologi dan Industri Kapal Cepat Berkelas Dunia Produksi Banyuwangi


X2K. (Foto: northseaboats)

30 Juli 2010 -- Quality Assurance adalah pokok utama dalam menjaga dan meningkatkan kualitas inovasi pengembangan dan produksi berkelas dunia, demikian catatan penting yang diperoleh dari Eman Mansur, salah satu tenaga ahli di bidang composite, pada saat mendampingi tim bersama berbagai lembaga yaitu Hari Purwanto,Staf Ahli Menristek Bidang Hankam, Kementerian Riset dan Teknologi, Mayjen Mar Baharuddin, Staf Ahli Panglima TNI Bidang Industri Teknologi Militer, Markas Besar TNI, serta Edy Siradj, Staf Ahli Menhan Bidang Industri Teknologi Pertahanan dan Brigjen TNI Agus Suyarso, Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan dalam kunjungan kerja lapangan pada Kamis, 29 Juli 2010 di galangan kapal cepat PT Lundin Industry Invest Banyuwangi.

Dalam kunjungan kerja tersebut, membuktikan bahwa kualitas dan daya saing industri memerlukan dukungan keterlibatan lembaga litbang dan pengujian serta perguruan tinggi, dalam hal ini diantaranya tercatat Balai Pengkajian dan Penelitian Hydrodinamika, BPPT dan ITS Surabaya serta universitas New Zealand terlibat dalam mendukung pengujian model berbagai inovasi produk kapal cepat yang saat ini telah mendapat kepercayaan pangsa pasar kapal cepat dari Brunei, Malaysia, Thailand, Italy serta tentu saja dalam negeri guna kepentingan sipil (sport, diving, fishing, turisme) maupun militer (patroli keamanan pantai dan perairan laut) diantaranya jenis X2K Special Ops RIB dan X2K Interceptor RIB yang sangat dikenal.


X2K. (Foto: northseaboats)

“Indonesia adalah negara maritim maka sudah seharusnya pertumbuhan industri swasta kecil menengah serta besar berbasis kelautan harus menjadi industri andalan nasional, termasuk diantaranya tumbuhnya kebutuhan industri dan teknologi kapal cepat tangguh berdaya saing kelas dunia”, ujar Lizza Lundin, Direktur PT Lundin Industry Invest.

Salah satu kesimpulan yang dapat ditarik adalah pentingnya kebijakan terpadu guna akselerasi “support” keberhasilan proyek-proyek R&D swasta yang didukung kuat lembaga litbang dan perguruan tinggi yang berkelanjutan guna membangun kemampuan teknologi kelautan dan perkapalan nasional berkelas dunia. Sehingga kedepan terbangun simpul-simpul rantai sistim inovasi nasional yang kuat dan terintegrasi guna diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan investasi dan peningkatan kemampuan inovasi nasional berpangsa internasional.

Ristek

BERITA POLULER