Ia menambahkan, Rusia yang optimis dapat mencapai kesepakatan baru pengurangan senjata strategis dengan AS berusaha membujuk Washiongton dengan menolak menyerahkan S-300 kepada Iran. Namun Moskow tidak akan mendapat hasil apapun karena penandatanganan kesepakatan ini mendapat penentangan.
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev pada September lalu menurunkan amaran pelarangan penjualan S-300 kepada Iran. Safarov lebih lanjut menulis, kerugian lain yang diderita Rusia adalah pembatalan kontrak penjualan S-300 kepada Arab Saudi dan menyebutnya penipuan lain Barat terhadap Rusia.
Barat sebelumnya berulangkali mengatakan kepada Rusia jika Moskow bersedia membatalkan penjualan S-300 kepada Iran maka negara ini akan memiliki kesempatan untuk menjual sistem anti rudal ini kepada Arab Saudi. Namun ternyata Arab Saudi bukannya membeli S-300 dari Rusia, malah negara kaya minyak di Timur Tengah ini menandatangani kontrak pembelian senjata senilai lebih dari 60 miliar dolar dengan Amerika Serikat, tandas Safarov.
Ia menambahkan, Barat sejatinya pihak yang mengusulkan penjualan senjata kepada Arab Saudi untuk membujuk Rusia agar membatalkan kontraknya dengan Iran. "Hal ini tak lebih sebuah makar," ungkap Safarov.
Kerugian lain yang diderita Rusia gara-gara pembatalan kontrak S-300 dengan Iran menurut Safarov tercorengnya citra Moskow sebagai penjual senjata yang dapat dipercaya. "Sikap Rusia yang enggan menyerahkan S-300 kepada Iran telah membuat citra Moskow sebagai penjual senjata di tingkat internasional khususnya Dunia Islam tercoreng," tegas Safarov. (IRIB/IRNA/MF/SL)
IRIB
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK