6 Februari 2012, Biak: Pangkalan
Udara Manuhua STAB di
Kabupaten Biak Numfor, Papua
dipersiapkan untuk skadron
pesawat tempur dalam rangka
menunjang tugas operasional
Komando Sektor Pertahanan
Udara Nasional IV di kawasan
Timur Indonesia.
Panglima Komando Sektor
Pertahanan Udara Nasional IV
Biak Marsekal Pertama TNI Dedy
Nita Komara di Biak Kamis
mengatakan, untuk
pengembangan pengamanan
wilayah udara NKRI di kawasan
Papua, keberadaan pangkalan
udara Manuhua Biak masuk
dalam rencana pengembangan
sebagai pangkalan skadron
pesawat tempur TNI AU.
"Keberadaan bandara Lanud
Manuhua Biak sangat strategis
dan memenuhi syarat bisa
dikembangkan menjadi pangkalan
skadron pesawat tempur, ya
pada tahun 2014 diharapkan
program ini dapat terwujud,"
ungkap Pangkosek Hanudnas IV
Marsma TNI Dedy.
Ia mengakui, untuk idealnya
pengembangan pangkalan
skadron pesawat tempur di
Lanud Manuhua empat flight
dengan 12 pesawat tempur.
Dengan kondisi pangkalan udara
Manuhua Biak saat ini, lanjut
Marsma Dedy, yang sangat luas
dan memenuhi syarat paling tidak
dapat menampung delapan
pesawat tempur TNI AU.
"Jika rencana skadron pesawat
tempur TNI AU dibuka di Biak
maka akan menunjang operasi
Komando Sektor Pertahanan
Udara Nasional IV Biak menjaga
pengamanan wilayah udara NKRI
khususnya di wilayah Papua
sekitarnya," ungkap Pangkosek
Hanudnas IV Marsma TNI Dedy
Nita Komara.
Hingga Kamis siang, tiga pesawat
tempur F16 skadron Iswahyudi
Madiun, dua Hercules, serta satu
helikopter Puma berada di
bandara Lanud Manuhua Biak
untuk mendukung latihan cakra
dan operasi "Tangkis Petir" yang
diselenggarakan Kosek Hanudnas
IV Biak mulai 16-21 Februari 2012.
Sumber: ANTARA News
Thursday, February 16, 2012
LOCKMART UNVEILS THE “NEW” F-16V, STRATEGICALLY TAILORED NOT TO COMPETE WITH THE F-35
Posted on February 15, 2012 by
aviationintel.com
Lockheed gave birth in public to their highly
conservative F-16V concept today at the
Singapore Air Show. Although it is not fully
clear exactly what the “new” F-16 will
feature, what we do know is that it will be
fitted with a SABR or RACR Active
Electronically Scanned Array radar, new
brains and crew interface. Along with these
evolutions we can probably assume it will
be toting a digital self-protection and
Electronic Service Measures (ESM) suite,
along with the latest commercially available
Helmet Mounted Sight (HMS) and other
cool gadgets. The aircraft will most likely
leverage the redesigned structural elements
of the F-16E/F as well and possibly feature
the GE-F110-132 motor as an option. In fact
I would venture to guess that this aircraft is
really a base model configuration from
which customers can customize to fit their
needs. Something like an “open
architecture” F-16. Of important note is that
it sounds like Lockheed will offer an
upgrade based on the V for older F-16s as
well. It will be good for the DoD if other
nations do sign on as it will diffuse costs of
such a program, one that is looming large
for the USAF due to continued F-35 delays.
Further, by funnel a ton of separate
upgrade programs into a single common
one, Lockheed can lower unit costs across
the board.
This aircraft cannot be compared to the
Boeing F-15SE concept as it appears there
is no attempt by Lockheed to make the
F-16V stealthy. This makes all too much
sense as the survivability offered by stealth,
even from only certain hemispheres, is
something that their marquee fighter, the
F-35, will continue to monopolize within
their product stable. Interestingly, the
F-16V would be the perfect cost-effective
and low risk workhorse for the USAF if we
had bought enough F-22, which at $150M
per copy now seems like a steal, and
continue to develop America’s Next
Generation Bomber. To bad the DoD’s one-
size-fits-all-at-all-costs obsession makes
this winning and affordable “high-low”
procurement strategy dead on arrival.
http://www.lockheedmartin.com/us/news/
press-releases/2012/february/0215aero-
F-16V.html
*Thanks so much to valued Aviationintel
aviationintel.com
Lockheed gave birth in public to their highly
conservative F-16V concept today at the
Singapore Air Show. Although it is not fully
clear exactly what the “new” F-16 will
feature, what we do know is that it will be
fitted with a SABR or RACR Active
Electronically Scanned Array radar, new
brains and crew interface. Along with these
evolutions we can probably assume it will
be toting a digital self-protection and
Electronic Service Measures (ESM) suite,
along with the latest commercially available
Helmet Mounted Sight (HMS) and other
cool gadgets. The aircraft will most likely
leverage the redesigned structural elements
of the F-16E/F as well and possibly feature
the GE-F110-132 motor as an option. In fact
I would venture to guess that this aircraft is
really a base model configuration from
which customers can customize to fit their
needs. Something like an “open
architecture” F-16. Of important note is that
it sounds like Lockheed will offer an
upgrade based on the V for older F-16s as
well. It will be good for the DoD if other
nations do sign on as it will diffuse costs of
such a program, one that is looming large
for the USAF due to continued F-35 delays.
Further, by funnel a ton of separate
upgrade programs into a single common
one, Lockheed can lower unit costs across
the board.
This aircraft cannot be compared to the
Boeing F-15SE concept as it appears there
is no attempt by Lockheed to make the
F-16V stealthy. This makes all too much
sense as the survivability offered by stealth,
even from only certain hemispheres, is
something that their marquee fighter, the
F-35, will continue to monopolize within
their product stable. Interestingly, the
F-16V would be the perfect cost-effective
and low risk workhorse for the USAF if we
had bought enough F-22, which at $150M
per copy now seems like a steal, and
continue to develop America’s Next
Generation Bomber. To bad the DoD’s one-
size-fits-all-at-all-costs obsession makes
this winning and affordable “high-low”
procurement strategy dead on arrival.
http://www.lockheedmartin.com/us/news/
press-releases/2012/february/0215aero-
F-16V.html
*Thanks so much to valued Aviationintel
Wednesday, February 15, 2012
Busi Vespa Jadi Penggerak Utama Tank
16 Februari 2012, Semarang: Keterbatasan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki TNI tidak menyurutkan langkah para prajurit itu untuk tetap semangat berjuang.Salah satu jajaran TNI yang berhasil berinovasi adalah Batalion Kavaleri 2/Tank.
Batalion yang selalu berurusan dengan alat tempur berat tank ini cukup direpotkan dengan puluhan tank yang sudah berusia tua. Onderdil mesin tank yang dimiliki batalion ini sudah tidak dijual di pasaran umum. Alhasil jika mesin tank rusak, akan susah untuk memperbaikinya. Namun,para prajurit Yon Kav 2/Tank tidak kehilangan akal.Mereka pun mencoba berinovasi dengan onderdil lain untuk menggantikan fungsi onderdil tank yang sudah rusak dan uzur atau istilahnya “dikanibal”. Hasilnya sungguh di luar dugaan.
Busi tank jenis AMX 13 pun mampu digantikan hanya dengan busi vespa. Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) IV/Diponegoro Brigjen TNI Dedi Kusnadi Thamim mengaku bangga atas kreasi dan inovasi prajurit Yon Kav 2/Tank tersebut.“Kita akan melakukan penelitian lebih mendalam dan akan mengikutkan inovasi tersebut dalam lomba cipta karya teknologi militer,yang kemudian akan dipatenkan,” ungkap Dedi seusai mencoba Tank AMX 13 yang sudah dikanibal dengan busi vespa di Lapangan Parade Makodam IV/Diponegoro,Semarang, kemarin.
Kasdam mengaku,setelah melakukan uji coba,tidak bisa merasakan mana tank yang kanibal dengan tank asli.Dari segi manuver kemampuan dan kecepatan,tidak berbeda. “Sepuluh tahun yang lalu saya pernah mengendarai tank jenis yang sama dan masih asli, rasanya tidak ada yang beda,” ungkapnya. Dengan inovasi yang dilakukan,“kuda besi”jenis AMX 13 buatan Prancis yang sudah berusia setengah abad itu masih tetap bisa difungsikan secara maksimal. Kasdam mengatakan,inovasi yang dilakukan Yon Kav 2/Tank ini perlu ditiru kesatuan lain dalam rangka kemajuan satuan dan efisiensi peralatan di tengah minimnya anggaran belanja alusista.
KomandanYon Kav 2/Tank Letkol Kav Dicky Armunanto Mulkan mengaku, inovasi tersebut berupa kanibalisme suku cadang itu terpaksa dilakukan karena suku cadang untuk tank jenis AMX 13 sudah tidak diproduksi lagi. ”Seperti businya,sekarang ini sudah tidak ada.Karena itu, kita ganti dengan busi vespa yang modifikasi dengan cara dibuatkan konventer (sambungan),maka jadilah busi motor menjadi busi tank,” ungkapnya.
Dicky mengaku,Yon Kav 2/Tank memiliki 2 jenis AMX 13,yakni AMX 13 tipe tempur yang mengusung persenjataan berat Cannon 105 mm, senapan mesin berat (SMR) Browning 50 atau kaliber 12,7 mm,senapan mesin ringan (SMR) kaliber 7,62 mm,dan AMX 13 tipe Angkut Personel Carrier (APC). Selain busi,inovasi lain yang dilakukan prajurit Yon Kav 2/Tank adalah memodifikasi senjata SMB. Modifikasi ini mengadopsi senjata air soft gun.“Pada senjata yang asli,rangkaian penggeraknya diganti dengan peranti kuningan yang berfungsi sebagai pelontar amunisi dengan memanfaatkan tekanan gas sehingga tidak merusak yang asli,”paparnya.
Rangkaian yang dibuat dalam waktu hanya satu bulan oleh Koptu Hadi Mulyono itu merupakan rakitan dari bahan kuningan blok diameter 3,88 mm,pipa kuningan diameter 16mm, serta as kuningan diameter 16 dan 28 mm. Inovasi lainnya adalah pengembangan sistem CCTV pada tank.Kamera tersembunyi yang dipasang dalam tank itu dapat langsung online sehingga bisa langsung diakses pimpinan.
“Dengan kamera yang dipasang di ranpur,akan memudahkan pemberian instruksi kepada pengemudi tank karena komando atas bisa langsung memantau,”ungkapnya.
Sumber: SINDO
Pembelian tank Leopard sebelum 2014
Kamis, 16 Februari 2012 06:54 WIB
"Sampai sekarang masih tahap penjajakan dan belum berhenti. Tim yang kami bentuk masih membahasnya dan diharapkan sebelum 2014 sudah selesai," ujar Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo kepada wartawan di Surabaya, Rabu malam.
"Sekali lagi saya tegaskan, kalau Belanda menjual kami beli, tapi kalau tidak kami pergi. Tunggu saja perkembangan berikutnya," kata mantan Pangkostrad tersebut.
Pihaknya juga mengatakan saat ini Jerman menjajaki dan menawari Indonesia. Menurut Pramono, tank buatan Jerman menjadi alternatif jika target awal tidak kesampaian.
"Memang ada tawaran dari Jerman. Hanya saja kami belum bersikap, tapi itu bisa dijadikan alternatif. Yang pasti sebelum 2014 sudah harus selesai," tutur mantan Danjen Kopassus tersebut.
Jika pembelian Tank Leopard yang alokasi anggarannya mencapai 280 Juta US Dollar berjalan mulus, diharapkan bisa menjadi prestasi serta menaikkan wibawa bangsa.
Anggaran dari pemerintah untuk modernisasi peralatan TNI AD sebesar Rp14 triliun.
"Di antaranya pengadaan tambahan helikopter, PT Pindad yang menyiapkan anoa atau panser, serta alutsista lainnya. Bahkan Leopard ini hanya bagian kecil saja kok," tukas jenderal yang juga pernah menjabat Pangdam Siliwangi tersebut.
Tahun ini direncanakan pembelian meriam, rudal anti pesawat, peluncur roket multiras dan lainnya.
sumber : Antara
Russia Repeats Offer To RI To Become A ‘Space Nation’
Jakarta - Russia has again urged the Indonesian
government to conclude a much-delayed agreement on a
milestone satellite station project, offering the idea of
Indonesia becoming a “prestigious space nation”.
Russian Ambassador to Indonesia Alexander A. Ivanov
reiterated on Tuesday his country’s keen interest in the
project to develop a satellite launch station on the
Indonesian island of Biak, which is situated off the
northern coast of Papua and 3,200 kilometers northeast
of Jakarta.
The plan was first made public in 2006, but no agreement
has so far been concluded to pave the way for its
implementation.
“To tell you frankly, the draft agreement is almost ready
with the exception of one article. It is on missile
technology immunity,” Ivanov told a media briefing in
Jakarta, adding that the Biak project would utilize
technology possessed only by Russia that had not been
used anywhere else in the world.
He said Indonesia was still troubled by the article, but
Russia kept pushing for it given that Indonesia was not a
member of the Missile Technology Control Regime; an
informal and voluntary partnership between 34 countries
to prevent the proliferation of missile and unmanned
aerial vehicle technology capable of carrying a 500-kg
payload at least 300 km.
Ivanov said Russia, as a member of the regime, had
“international obligations” on the safeguards.
Contacted separately, Indonesian Foreign Ministry
spokesman Michael Tene refused to discuss why the
Indonesian government still objected to the contentious
clause, citing only “technical issues” behind the prolonged
negotiations over the Biak project.
“As the negotiations are still ongoing, I cannot add
anything more,” Michael told The Jakarta Post.
Ivanov explained that the Biak station would be an air-
launch station, meaning satellites would be launched from
a “mothership” aircraft instead of from the ground.
He said this was more “ecologically friendly”, adding that
ground-based launches usually caused pollution on the
ground and in the air.
“If this project is implemented, Indonesia will become a
space nation. Indonesia will have the opportunity to
launch commercial satellites from all over the world,
especially countries situated in the Asia-Pacific region.”
Ivanov refused to share what was in the project for
Russia, but added that it would be very “beneficial” and
“prestigious” to Indonesia.
He added Biak was chosen due to its proximity to the
equator, reducing the cost of satellite launches.
“The cost of launching is eight times cheaper in
comparison to launching satellites, for example, from
territories in Kazakhstan or Russia.”
Ivanov also reiterated on Tuesday Russia’s interest in
boosting its trade and investment partnerships with
Indonesia.
He said a delegation of about 40 representatives from
major Russian private companies would visit Indonesia at
the end of the month to seek business opportunities in
Southeast Asia’s largest economy.
They include representatives from the space technology,
oil and gas, railway and agriculture sectors, Ivanov said.
Source : TJP
government to conclude a much-delayed agreement on a
milestone satellite station project, offering the idea of
Indonesia becoming a “prestigious space nation”.
Russian Ambassador to Indonesia Alexander A. Ivanov
reiterated on Tuesday his country’s keen interest in the
project to develop a satellite launch station on the
Indonesian island of Biak, which is situated off the
northern coast of Papua and 3,200 kilometers northeast
of Jakarta.
The plan was first made public in 2006, but no agreement
has so far been concluded to pave the way for its
implementation.
“To tell you frankly, the draft agreement is almost ready
with the exception of one article. It is on missile
technology immunity,” Ivanov told a media briefing in
Jakarta, adding that the Biak project would utilize
technology possessed only by Russia that had not been
used anywhere else in the world.
He said Indonesia was still troubled by the article, but
Russia kept pushing for it given that Indonesia was not a
member of the Missile Technology Control Regime; an
informal and voluntary partnership between 34 countries
to prevent the proliferation of missile and unmanned
aerial vehicle technology capable of carrying a 500-kg
payload at least 300 km.
Ivanov said Russia, as a member of the regime, had
“international obligations” on the safeguards.
Contacted separately, Indonesian Foreign Ministry
spokesman Michael Tene refused to discuss why the
Indonesian government still objected to the contentious
clause, citing only “technical issues” behind the prolonged
negotiations over the Biak project.
“As the negotiations are still ongoing, I cannot add
anything more,” Michael told The Jakarta Post.
Ivanov explained that the Biak station would be an air-
launch station, meaning satellites would be launched from
a “mothership” aircraft instead of from the ground.
He said this was more “ecologically friendly”, adding that
ground-based launches usually caused pollution on the
ground and in the air.
“If this project is implemented, Indonesia will become a
space nation. Indonesia will have the opportunity to
launch commercial satellites from all over the world,
especially countries situated in the Asia-Pacific region.”
Ivanov refused to share what was in the project for
Russia, but added that it would be very “beneficial” and
“prestigious” to Indonesia.
He added Biak was chosen due to its proximity to the
equator, reducing the cost of satellite launches.
“The cost of launching is eight times cheaper in
comparison to launching satellites, for example, from
territories in Kazakhstan or Russia.”
Ivanov also reiterated on Tuesday Russia’s interest in
boosting its trade and investment partnerships with
Indonesia.
He said a delegation of about 40 representatives from
major Russian private companies would visit Indonesia at
the end of the month to seek business opportunities in
Southeast Asia’s largest economy.
They include representatives from the space technology,
oil and gas, railway and agriculture sectors, Ivanov said.
Source : TJP
Indonesia Teken Kontrak Pembelian Sembilan Pesawat Angkut C-295
(Foto: EADS)
15 Februari 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro bersama Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan sejumlah anggota Komisi I DPR-RI, Rabu (15/2), menyaksikan penandatanganan kontrak pembelian sembilan pesawat militer C-295 yang dilakukan antara Direktur PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan President and CEO Airbus Military pada acara Singapore Air Show dan selanjutnya pesawat akan dinamakan CN-295 oleh pihak Indonesia.
Pesawat CN-295 selanjutnya akan dioperasikan oleh TNI AU dalam berbagai penugasan antara lain untuk kepentingan militer, logistik, kemanusiaan maupun misi evakuasi medis, dan pengiriman pertama diperkirakan mulai tahun 2012 sampai pada semester kedua tahun 2014.
Menurut Menhan, moment ini sangat membanggakan khususnya bagi industri kedirgantaraan Indonesia. Mengingat, pesawat C-295 memiliki kemampuan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia saat ini dan di masa mendatang serta kebutuhan kepentingan kemanusiaan. Sedangkan dalam hal pembiayaan, juga sangat efisien dan partisipasi penuh dari industri penerbangan dalam negeri dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang berkemampuan tinggi sekaligus transfer teknologi.
Sementara itu Dirut PT DI Dr Budi Santoso menjelaskan, kontrak ini dibangun atas dasar hubungan kerjasama yang baik yang telah ada antara Airbus Military dengan Industri Penerbangan Indonesia. Kerja sama ini akan memberikan kemampuan yang tepat bagi Indonesia di masa mendatang dan memberikan kesempatan kepada PT DI untuk menumbuhkan bisnis industri penerbangannya sebagai penyedia tingkat pertama. Hal ini akan menempatkan PT DI di peta industri penerbangan global dan memberi kesempatan kepada Industri penerbangan Indonesia untuk mengembangkan kemampuan tenaga kerja. Sedangkan President and CEO dari Airbus Military Domingo Urena Raso, Airbus Military merasa bangga dengan Kementerian Pertahanan RI telah memilih C-295 sebagai salah satu armadanya dan berharap kerjasama dengan PT DI ini dapat terus berlanjut.
Generasi terbaru C-295 adalah pesawat yang ideal untuk pertahanan dan misi-misi kemanusiaan, patroli perairan termasuk operasi pengawasan wilayah. Selain itu, pesawat ukuran menengah taktis ini, juga memiliki kemampuan yang fleksibel bagi kebutuhan personel, pasukan, angkutan alat berat, evakuasi medis, tugas-tugas komunikasi serta logistik.
Di sisi lain, pesawat C-295 juga dapat dikonfigurasikan dalam versi khusus yang dipersenjatai sekaligus untuk kepentingan pengawasan daratan, SAR, patroli perairan, anti kapal selam atau peringatan dini udara.
“Secara global, pesawat ini memiliki kemampuan ganda, yakni sebagai pesawat untuk kepentingan militer maupun kepentingan kemanusiaan dan tentunya kita mendapatkan keuntungan transfer of technologi”, tegas Menhan
15 Februari 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro bersama Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan sejumlah anggota Komisi I DPR-RI, Rabu (15/2), menyaksikan penandatanganan kontrak pembelian sembilan pesawat militer C-295 yang dilakukan antara Direktur PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan President and CEO Airbus Military pada acara Singapore Air Show dan selanjutnya pesawat akan dinamakan CN-295 oleh pihak Indonesia.
Pesawat CN-295 selanjutnya akan dioperasikan oleh TNI AU dalam berbagai penugasan antara lain untuk kepentingan militer, logistik, kemanusiaan maupun misi evakuasi medis, dan pengiriman pertama diperkirakan mulai tahun 2012 sampai pada semester kedua tahun 2014.
Menurut Menhan, moment ini sangat membanggakan khususnya bagi industri kedirgantaraan Indonesia. Mengingat, pesawat C-295 memiliki kemampuan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia saat ini dan di masa mendatang serta kebutuhan kepentingan kemanusiaan. Sedangkan dalam hal pembiayaan, juga sangat efisien dan partisipasi penuh dari industri penerbangan dalam negeri dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang berkemampuan tinggi sekaligus transfer teknologi.
Sementara itu Dirut PT DI Dr Budi Santoso menjelaskan, kontrak ini dibangun atas dasar hubungan kerjasama yang baik yang telah ada antara Airbus Military dengan Industri Penerbangan Indonesia. Kerja sama ini akan memberikan kemampuan yang tepat bagi Indonesia di masa mendatang dan memberikan kesempatan kepada PT DI untuk menumbuhkan bisnis industri penerbangannya sebagai penyedia tingkat pertama. Hal ini akan menempatkan PT DI di peta industri penerbangan global dan memberi kesempatan kepada Industri penerbangan Indonesia untuk mengembangkan kemampuan tenaga kerja. Sedangkan President and CEO dari Airbus Military Domingo Urena Raso, Airbus Military merasa bangga dengan Kementerian Pertahanan RI telah memilih C-295 sebagai salah satu armadanya dan berharap kerjasama dengan PT DI ini dapat terus berlanjut.
Generasi terbaru C-295 adalah pesawat yang ideal untuk pertahanan dan misi-misi kemanusiaan, patroli perairan termasuk operasi pengawasan wilayah. Selain itu, pesawat ukuran menengah taktis ini, juga memiliki kemampuan yang fleksibel bagi kebutuhan personel, pasukan, angkutan alat berat, evakuasi medis, tugas-tugas komunikasi serta logistik.
Di sisi lain, pesawat C-295 juga dapat dikonfigurasikan dalam versi khusus yang dipersenjatai sekaligus untuk kepentingan pengawasan daratan, SAR, patroli perairan, anti kapal selam atau peringatan dini udara.
“Secara global, pesawat ini memiliki kemampuan ganda, yakni sebagai pesawat untuk kepentingan militer maupun kepentingan kemanusiaan dan tentunya kita mendapatkan keuntungan transfer of technologi”, tegas Menhan
Sumber: Kemhan
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...