Pages

Tuesday, January 31, 2012

Soal Pesawat Tanpa Awak Israel, Komisi I akan Minta Penjelasan Kemhan


UAV MALE (Medium Altitude Long Endurance) ANKA produksi Turkish Aerospace Industries, Inc.(TAI), dioperasikan pertama kali 16 Juli 2010. ANKA dapat terbang hingga ketinggian 30.000 kaki selama 24 jam pada kecepatan lebih 75 knot. (Foto: TAI)

31 Januari 2012, Senayan: Komisi I DPR pekan depan akan mendalami dan menelusuri rencana Kementerian Pertahanan untuk membeli pesawat tanpa awak dari Filipina yang disebut-sebut banyak pihak pesawat yang dimaksud produksi Israel. Padahal, selama ini DPR telah berulangkali dengan tegas menolak rencana pemerintah untuk membeli pesawat produksi dari Israel, baik dibeli secara langsung maupun lewat negara ketiga.

"Kita pekan depan akan bahas rencana TNI membeli pesawat tanpa awak dari Filipina yang dicurigai itu pesawat buatan Israel. Pendalaman pembahasan hal ini akan di lakukan dalam rapat Panja Alutsista DPR," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (31/1).

Mahfudz mengatakan, secara kebutuhan dalam negeri saat ini memang membutuhkan pesawat tanpa awak untuk mendukung kekuatan TNI, khususnya untuk keperluan patroli perbatasan dan sebagai pesawat mata-mata atau pengintai.

Menurut Mahfudz, pesawat tanpa awak semacam itu banyak jumlah dan jenisnya di pasaran Internasional. Sehingga sesungguhnya Indonesia memiliki banyak pilihan untuk membeli pesawat tanpa awak tersebut tanpa harus selalu melihat pesawat buatan Israel.

"DPR sudah meminta Kemhan, sebaiknya tidak membeli pesawat tanpa awak itu dari Israel. Karena pesawat tanpa awak itu bisa dibeli dari negara lain yang tidak memiliki resistensi dengan Indonesia. Seperti membeli pesawat tanpa awak buatan Eropa, Turki atau Rusia," tegas Wasekjen DPP PKS ini.

Terkait anggaran pembelian pesawat tanpa awak, Mahfudz membenarkan jika hal itu sudah diajukan dan masuk dalam program belanja alutsista periode 2012-2014.

"Kalau tidak salah jumlahnya 2 unit. Namun tidak secara jelas disebutkan bahwa pesawat tanpa awak yang akan dibeli itu merupakan produksi dari Israel," pungkasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

DPR akan Percepat Pembahasan RUU Industri Pertahanan



31 Januari 2012, Senayan: Guna mencapai penyerapan penggunaan alutsista produksi dalam negeri, DPR akan mempercepat pembahasan dan penyelesaian RUU Industri Pertahanan Nasional.

"Dengan kehadiran UU tersebut akan mengikat ketentuan yang berlaku terhadap penggunaan alutsista produksi dalam negeri. Sehingga diharapkan setelah UU itu diperlakukan akan mampu mempercepat produksi alutsista dari dalam negeri sendiri," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (31/1).

Memang, hasrat pemerintah memodernisasi alutsista TNI untuk mencapai kekuatan pertahanan negara secara penuh dengan memenuhinya dari produksi dalam negeri, hingga kini masih jauh panggang dari api. Sebab, belanja alutsista yang berasal dari produksi dalam negeri pada 2011 baru mencapai 13 persen.

Sementara, pada 2012 hingga 2015 pemerintah menargetkan untuk belanja alutsista dari hasil produksi dalam negeri sebesar 15 persen. Sehingga, 85 persen belanja alutsista yang ada masih dipenuhi lewat impor atau masih sangat tergantung dari alutsista asing.

"Pemerintah menargetkan untuk belanja alutsista produksi dalam negeri hingga 2015 mendatang hanya 15 persen dari anggaran belanja alutisista hingga 2015 mencapai Rp 150 triliun. Bagaimana kita mau mewujudkan kemandirian dalam industri pertahanan kalau belanja alutsista dari produksi dalam negeri saja masih rendah," ujar Mahfudz.

Untuk itu, kata Mahfudz, DPR juga akan mendorong Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk meningkatkan belanja alutsista dari produksi dalam negeri mencapai 25 persennya hingga 2014. Menurut Mahfudz, belum maksimalnya penggunaan alutsista produksi dalam negeri selama ini karena belum selesainya proses revitalisasi dan sinkronisasi seluruh industri BUMN Industri Strategis (BUMNIS) yang ada.

"Karena itu DPR sejak tahun lalu sudah mendesak Kemhan dan instansi terkait untuk segera menyelesaikan sinkronisasi BUMNIS ini agar penyerapan alutsista produksi dalam negeri tercapai," tegas Wasekjen PKS ini.

Sumber: Jurnal Parlemen

TB Hasanudin Curiga Kemhan Akan Beli Pesawat Tanpa Awak Buatan Israel

UAV Searcher II. (Foto: Israeli-Weapons)

31 Januari 2012, Senayan: Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin curiga, pesawat tanpa awak yang akan di beli Kemhan dari Filipina merupakan pesawat buatan Israel. Sebab, selama ini tidak pernah terdengar akan kemampuan Filipina dalam pengembangan industri pesawat terbang, termasuk soal pengembangan pesawat tanpa awak untuk penunjang kegiatan Militer.

"Saya curiga, pesawat tanpa awak yang akan dibeli Kemhan dari Filipina itu sesungguhnya pesawat tanpa awak hasil produksi Israel. Ini kita tengah mengumpulkan dari informasi di lapangan akan kebenaran hal ini," ujar TB Hasanuddin di gedung DPR Selasa (31/1).

TB Hasanuddin mengaku kaget, atas rencana pembelian pesawat tanpa awak dari Philipina ini. Karena hal ini selain tidak pernah diusulkan dan dibahas di Komisi I DPR. Rencana pembelian pesawat tanpa awak dari Philipina ini penuh tanya, terutama soal kemampuan yang dimiliki pesawat tersebut.

"Karena itu kami akan telusuri soal kemampuan sesungguhnya pesaawat tanpa awak yang akan dibeli dari Philipina tersebut," tegasnya.

TB hasanudin mengakui, dalam daftar belanja alutsista TNI, rencana pembelian pesawat itu sudah diajukan, untuk belanja 2012-2014 ini. "Namun, di situ tidak ada disebutkan pesawat tanpa awak itu akan dibeli dari Filipina. Hanya glondongan anggaran besarnya sudah masuk dan diajukan," tegas politisi PDI-P ini.

Karena itu, kata Hasanuddin, Komisi I DPR dalam raker berikutnya dengan Menhan dan Panglima TNI, akan secara khusus mendalami rencana pembelian pesawat tanpa awak dari Filipina ini, yang ditengarai merupakan pesawat tanpa awak buatan Israel.

Sebelumnya, dalam raker dengan Menhan, Panglima TNI, dan Menkeu anggota Komisi I DPR Ahmad Muzani juga sempat mempertanyakan rencana Kemhan membeli pesawat tanpa awak dari Filipina. Muzani mempertanyakan dasar yang digunakan Kemenhan yang menjatuhkan pilihan Philipina sebagai negara tujuan membeli pesawat tanpa awak untuk kepentingan TNI ini.

Sumber: Jurnal Parlemen

DPR akan Percepat Pembahasan RUU Industri Pertahanan




Pelontar Granat Otomatis (AGL)
31 Januari 2012, Senayan: Guna mencapai penyerapan penggunaan alutsista produksi dalam negeri, DPR akan mempercepat pembahasan dan penyelesaian RUU Industri Pertahanan Nasional.

"Dengan kehadiran UU tersebut akan mengikat ketentuan yang berlaku terhadap penggunaan alutsista produksi dalam negeri. Sehingga diharapkan setelah UU itu diperlakukan akan mampu mempercepat produksi alutsista dari dalam negeri sendiri," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (31/1).

Memang, hasrat pemerintah memodernisasi alutsista TNI untuk mencapai kekuatan pertahanan negara secara penuh dengan memenuhinya dari produksi dalam negeri, hingga kini masih jauh panggang dari api. Sebab, belanja alutsista yang berasal dari produksi dalam negeri pada 2011 baru mencapai 13 persen.

Sementara, pada 2012 hingga 2015 pemerintah menargetkan untuk belanja alutsista dari hasil produksi dalam negeri sebesar 15 persen. Sehingga, 85 persen belanja alutsista yang ada masih dipenuhi lewat impor atau masih sangat tergantung dari alutsista asing.

"Pemerintah menargetkan untuk belanja alutsista produksi dalam negeri hingga 2015 mendatang hanya 15 persen dari anggaran belanja alutisista hingga 2015 mencapai Rp 150 triliun. Bagaimana kita mau mewujudkan kemandirian dalam industri pertahanan kalau belanja alutsista dari produksi dalam negeri saja masih rendah," ujar Mahfudz.

Untuk itu, kata Mahfudz, DPR juga akan mendorong Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk meningkatkan belanja alutsista dari produksi dalam negeri mencapai 25 persennya hingga 2014. Menurut Mahfudz, belum maksimalnya penggunaan alutsista produksi dalam negeri selama ini karena belum selesainya proses revitalisasi dan sinkronisasi seluruh industri BUMN Industri Strategis (BUMNIS) yang ada.

"Karena itu DPR sejak tahun lalu sudah mendesak Kemhan dan instansi terkait untuk segera menyelesaikan sinkronisasi BUMNIS ini agar penyerapan alutsista produksi dalam negeri tercapai," tegas Wasekjen PKS ini.

Sumber: Jurnal Parlemen

Russia to Sell 60 Armored Vehicles to Indonesia


31 Januari 2012

BMP3F amphibian tank (photo : Kaskus Militer)
Russia is set to sell up to 60 infantry fighting vehicles to Indonesia in a deal worth more than $100 million, the Izvestia newspaper cited an unnamed military source as saying on Tuesday.

The deal will be finalized on February 10, the source said, adding that 20 BMP-3 vehicles will be delivered before the end of the year.

The Russian army stopped purchasing the vehicles in 2010.

The state-run weapons exporter Rosoboronexport declined to comment.

The Kurganmashzavod arms plant said it would produce modified vehicles for Indonesia.

TNI Juara Umum Menembak di Brunei

Tribun Timur - Rabu, 1 Februari 2012 07:36 WITA



MENEMBAK.jpg

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Kontingen TNI menjadi juara umum lomba menembak antarangkatan bersenjata BISAM (Brunei International Skill Arms Meet)-ke 10 Tahun 2012 pada 12-29 Januari di Brunei Darussalam. Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono yang menerima Kontingen TNI di Mabes TNI Cilangkap, Selasa (31/1/2012), memberikan pujian dan mengingatkan agar tidak lupa diri.
Lomba Tembak Internasional ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali oleh Angkatan Bersenjata Diraja Brunei yang pada tahun ini diikuti oleh kontingen dari 10 negara, yaitu: Inggris, Australia, Singapura, Kamboja, Oman, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam dan Indonesia.
Komandan Kontingen Kolonel Inf Raharyono yang sehari-hari menjabat sebagai Paban III/Latga Sops TNI melaporkan, kontingen memperoleh 82 medali emas, 30 perak, dan 8 perunggu, serta 9 trofi dari nomor perorangan maupun beregu. Dari nomor perorangan, diperoleh 9 medali emas, 7 perak, 4 perunggu, dan 2 buah trofi. Sementara untuk nomor beregu, 73 medali emas, 23 perak, 4 perunggu, dan 7 buah trofi.
Gelar juara umum telah diperoleh Kontingen TNI untuk ketiga kalinya, berturut-turut pada tahun 2005, 2008 dan 2012 dengan materi lomba senapan, pistol, dan SO/GPMG secara perorangan maupun beregu.
Dari 9 kategori pertandingan (match) yang dilombakan, kontingen TNI meraih 6 (enam) match pada posisi Juara I dan 3 (tiga) match pada posisi Juara II. Untuk kejuaraan eksebisi pistol putri, petembak pistol putri TNI menduduki peringkat satu, baik untuk nomor perorangan maupun beregu.(*

sumber : TIBUNnews

Monday, January 30, 2012

Selamat Datang KRI Nanggala


Berangkat menuju Korsel untuk Overhaul Des 2009


Sampai di DSME Korsel utk Overhaul
Proses Overhaul untuk mempercanggih diri


Operasi Caesar hampir selesai, tinggal di cat
Selesai sudah proyek overhaul 2 tahun utk KRI Nanggala
Menjelang keberangkatan pulang ke Indonesia
*****
SUMBER : ANALISIS ALUTSISTA

Leopard Diambang Pintu




Heboh tentang Main Battle Tank yang bernama Leopard benar-benar menjadi headline seluruh media Indonesia selama dua pekan ini, baik media cetak, layar TV maupun media online.  Berbagai talkshow digelar di layar kaca, berbagai komentar dipajang di media cetak dan online, berbagai pengamat dan “pengamat” tiba-tiba jadi pada pintar menggurui seakan-akan dia lebih tahu dari user. Kalau mau diranking dalam proses pengadaan alutsista TNI maka rencana pengadaan 100 MBT ini menduduki ranking pertama The Hit of Alutsista mengalahkan lagu jazz “hibah F16” dan lagu dangdut “kapal selam ecek-ecek” beberapa waktu yang lalu.

Seperti sudah diprediksi oleh majalah Tempo, hiruk pikuk MBT kelas berat ini dipicu oleh pola beli yang dianut Mabes TNI dan Kemhan yang membuat makelar alutsista keki hati lalu melakukan gerakan klandestein.  Kasad pernah bilang bahwa pola beli MBT Leopard adalah G to G (antar pemerintah) bukan B to B  (bahasa goodnya, business to business tapi sering diartikan broker to broker).  Nah ini yang membuat suasana pasar alutsista berjenis kelamin MBT menjadi hingar bingar karena preman pasarnya mau diusir sama “Satpol PP” alias tidak dilibatkan karena mengakibatkan high cost.
Sang Leopard yang memikat
Celakanya “pengamat” dadakan dan pengamat yang “itu-itu juga” yang ngomong di beberapa media terpancing untuk ikut-ikutan ngomong sambil numpang populer bahwa  MBT Leopard tidak cocok dengan kontur tanah RI, MBT Leopard tidak cocok dengan iklim hutan, MBT Leopard  tidak cocok dengan beban jalan raya.  Lalu puncak pertarungan final “Copa Del Leopard” itu digelar secara resmi di ruang Komisi I DPR tanggal 24 Januari 2011.  Kesimpulannya Pemerintah dan DPR sepakat dengan pengadaan MBT, walau tidak harus Leopard.  Lalu bagaimana dengan alasan-alasan yang dikemukakan itu, yang tidak cocoklah, yang terlalu beratlah dan sebagainya.  Artinya gerilya yang dilakukan broker alutsista sejatinya hendak mementahkan Leopard lalu bisa jadi digantikan dengan MBT jenis lain atau setidaknya hendak memperlambat laju pengadaan MBT Leopard sembari perlahan memasuki  inner cyrcle, syukur-syukur jadi B to B atau G to B, sini pemerintah sono broker.

Sebagai anak negeri yang mendambakan pertumbuhan kekuatan alutsista TNI yang gahar kita merasa miris dengan perilaku sebagian anggota parlemen dan pengamat amatiran yang kelihatannya bersuara jernih dari hati sanubari yang bening tetapi ternyata menyimpan dan berselingkuh dengan pesan dari hati yang lain. Sarkasnya, bukan membela yang benar tetapi membela yang bayar.  Retorika bicaranya memberi keyakinan pada khalayak seperti sebuah firman atau sabda yang paling benar, mimik wajah mirip pemain sinetron mak lampir. Benar-benar sempurna aktingnya.  Lalu ketika sampai di rumah jam 23.00 sembari melepas jas dan dasi di kamar tidur, lalu bercermin di kaca wastafel sambil bergumam : kutipu kau. Tak tahu kita maksud kalimat itu, dia menipu hatinya atau dia menipu semua orang.  Tapi hati kan tak bisa ditipu, berarti dia menipu diri sendiri.

Pengadaan alutsista  TNI adalah sebuah proyek mega pangkat mega.  Nilai sebuah arsenal gentar dan strategis seperti 3 kapal selam Korsel itu saja mencapai US$ 1,08 Milyar. Nilai anggaran pengadaan alustsista yang sudah disepakati antara Pemerintah dan DPR untuk tahun 2010-2014 berjumlah 150 trilyun rupiah.  Dari jumlah itu belum semua terpakai, artiya masih banyak jenis dan jumlah alutsista yang akan dibeli atau diadakan TNI segala matra.  Maka bisa dibayangkan betapa seksinya Kemhan dan TNI dilirik dan dirayu produsen alutsista. Yang paling dominan berperan tentu ya makelar alutsista dengan tampilan raut wajah bisa jadi seperti malaikat tapi suatu saat bisa jadi mirip gendoruwo.

Kita berkeyakinan bahwa MBT Leopard akan tetap menjadi pilihan TNI AD karena sesungguhnya kesejatian dan jati diri sebuah MBT adalah Leopard.  Dibanding-banding dengan rekan seperingkatnya seperti Abrams, Merkava dan T90, Leopard adalah yang terbaik.  Namun yang terpenting dari semua itu adalah nilai jual yang ditawarkan Belanda lebih murah, barangnya sudah ada, negara penjualnya lagi butuh uang.  Ini namanya merespons iklan baris yang membold kata  bu jlcpt (butuh uang jual cepat).  Leopard itu sudah dikaji jauh-jauh hari oleh TNI AD, dan dialah yang terbaik.  Tetapi waktu itu duitnya belum ada, jadi disimpan dulu di lemari arsip sembari berdoa, semoga dilimpahkan rezeki yang halal dari rakyat Indonesia untuk beli si Leopard.  

Nah baru Nopember 2011 ada lampu hijau penggunaan anggaran, jumlahnya 14 trilyun untuk TNI AD, lalu lemari arsip tadi dibuka kembali.  Sang Komandan bilang dengan wajah cerah, doa kita dikabulkan.  Ya iyalah wong sejak negara ini merdeka sampai today kok belum punya MBT ya kebangetan amat.  Sekadar catatan jumlah 14 trilyun itu bukan hanya untuk beli MBT tapi masih ada jenis alutsista lain yang termasuk daftar belanjaan TNI AD.  Lalu gerak cepat dilakukan karena ada negara pemakai mau jual Leopard, dipilih-dipilih katanya, barang sudah ada, masih baru jarang dipakai.  Begitu sapa si penjual.

Hasil final Copa del Leopard itu tentu memberikan harapan baru bahwa  kata kuncinya adalah semua sepakat dengan MBT.  Langkah ke depan ini tentu adalah membangun komunikasi dan saling pengertian dengan DPR.  Ini yang terpenting agar keinginan user bisa dipahami dan memahami bahwa Leopard yang terbaik.  Dulu ketika terjadi jalan buntu tentang pengadaan F16 antara yang baru dan second, yang dilakukan adalah membangun komunikasi efektif, informal, setara, dan rasional antara Pemerintah/Kemhan dan DPR Komisi I untuk menyamakan persepsi dan akhirnya disetujui pengadaan 30 F16 yang disetarakan dengan blok 52.

Dengan begitu ruang untuk berdiskusi secara lebih luas dan lapang dikedepankan, tak juga harus dirilis media, biarlah semua berjalan dengan porsinya untuk menuju sebuah titik temu. Dengan begitu jua sang MBT yang digadang-gadang dan sudah di ambang pintu bisa hadir lebih rileks, bisa masuk ke ruang darat teritori NKRI, bisa ditempatkan di border bilamana diperlukan.  Judul tulisan ini pun sejatinya adalah kalimat doa agar sang Leopard yang sudah diambang pintu tidak lagi dihalangi dengan sejuta argumen emosional maju tak gentar membela yang bayar.  Dengan begitu mari kita satukan tekad dalam waktu dekat sang leopard sudah mendekat karena kita memang terpikat.
********

Kebutuhan TNI soal alutsista harus didukung

Senin, 30 Januari 2012 17:53 WIB


F-16 block 32 (photo : Defencetalk)
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mengatakan kebutuhan TNI terkait perbaruan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus didukung penuh.


"Intinya kita mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan alutsista sesuai sesuai dengan anggaran yang telah disepakati bersama," kata Ibas usai rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Menhan, Menkeu, Ketua Bapenas dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin.

Ibas menambahkan, TNI sebaiknya memprioritaskan menggandeng industri strategis dalam negeri terlebih dahulu selama dapat memenuhi standarisasi pertahanan dalam negeri.

"Jika memang industri strategis kita siap, tentunya kita prioritaskan untuk membeli alutsista dalam negeri, namun bila industri pertahanan kita belum siap dengan teknologi, sebaiknya kita sesuaikan dengan mengadopsi teknologi luar negeri dengan catatan ke depan kita memperoleh keuntungan dengan adanya transfer of technology (ToT) lewat pembelian alutsista tersebut," kata Sekjen Partai Demokrat itu.

Namun demikian Ibas mengingatkan, ada tiga faktor penting yang harus dipertimbangan dalam pemenuhan kebutuhan alutsista TNI.

Pertama, ujarnya, harus memperhatikan kebutuhan masing-masing matra TNI yang disesusaikan dengan
Blue Book Minimum esensial Force (MEF), tentunya dengan melihat perbandingan sistem persenjataan negara tetangga RI.

Kedua, memperhatikan kesejahteraan TNI secara keseluruhan yang menyangkut sandang pangan, dan papan serta renumerasi  dan fasilitas penunjang lainnya.

Ketiga, memperhatikan anggaran yang ada termasuk pendanaan dalam negeri dan mengurangi kredit ekspor (pinjaman luar negeri) demi terciptanya neraca keuangan yang stabil. (Zul)

sumber : Antara

BERITA POLULER