Pages

Tuesday, January 24, 2012

Kemhan Akan Gunakan Pagu 2012 untuk Peningkatan Alutsista TNI


HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) dilirik TNI AD. (Foto: Lockheed Martin)

24 Januari 2012, Senayan: Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji akan menggunakan alokasi peningkatan anggaran Kemenhan 2012 sebesar Rp 72,5 triliun untuk berbagai keperluan bagi peningkatan kemampuan TNI dan modernisasi alutsista TNI.

Purnomo mengatakan, dana Kemenhan 2012 sebesar itu akan dipergunakan untuk meningkatkan pemberdayaan wilayah dalam menghadapi ancaman, peningkatan penerapan sistem pertahanan yang terintegrasi, dan untuk peningkatan personel Kementerian Pertahanan. Selain itu, untuk mewujudkan sistem tekhnologi pertahanan yang mutakhir dan mewujudkan kemanunggulangan TNI dengan rakyat.

“Peningkatan anggaran Kemenhan 2012 itu juga akan kami gunakan untuk meningkatkan komponen cadangan dan komponen pendukung. Dengan upaya untuk mencapai kemampuan TNI, peningkatan kemampuan intelejen,” tegas Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam raker dengan Komisi I DPR, Selasa (24/1).

Menurut Menhan, peningkatan anggaran Kemenhan 2012 ini juga akan digunakan untuk terlaksananya pencapaian sasaran kekuatan Kemenhan, terlaksananya outcome organisasi, memaksimalkan peran personil yang ada, peningkatan material fasilitas dan jasa, pengembangan sistem dan metode, sekaligus peningkatan pendidikan dan pelatihan prajurit yang ada.

”Juga untuk meningkatkan latihan dan operasi keamanan bagi prajurit TNI,” tegasnya.

Menhan mengatakan, realisasi dari penggunaan anggaran pagu 2012 ini dengan sasaran terwujudnya postur dan struktur pertahanan Kemenhan sebesar 28,7 % dari kekuatan minimum, untuk melaksanakan operasi yang ada, yang memiliki effect getar.

”Dari anggaran 2012 ini kami juga akan membangun 25 pos pertahanan baru di perbatasan darat dan terbangunnya 5 pos di perbatasan di pulau terdepan terluar beserta penggelaran kekuatan prajurit. Selain itu, anggaran sebesar ini juga untuk mendukung pemberdayagunaan industri pertahanan strategis dalam negeri untuk mendukung alutsista bagi TNI sebesar 15,8 % dari akulisisi alutsista TNI tahun 2012 ini,” tegas Purnomo.

Peningkatan anggaran 2012 ini, menurut Purnomo, juga akan digunakan untuk mendukung pengembangan teknologi pesawat tempur KFX/ IFX , Panser Canon, dan kapal kawal perusak rudal. ” Dimana pencapaian ini akan meningkatkan kemandirian alutsista bagi TNI dari kuantitas, kualitas dan variasinya,” tegasnya.

TNI AD Lirik Peluncur Roket Canggih, HIMARS

Selain pengadaan main battle tank, TNI AD juga melirik multiple launch rocket system (MLRS) untuk penguatan pertahanan darat. MLRS ini juga dapat difungsikan sebagai antipesawat tempur.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo dalam paparannya saat raker antara Komisi I dan Kementerian Pertahanan mengungkapkan, rencana pengadaan MLRS ini sudah dimasukkan dalam shopping list alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AD. Salah satu yang menjadi incaran adalah rudal tangguh High Mobility Artilery Rocket System (HIMARS). “Untuk penangkis serangan udara karena yang kami punya saat ini kelahiran tahun 1960-an. Setelah tahu harganya akan kami sampaikan,”kata KSAD di gedung DPR RI, Selasa (24/1).

Dengan memiliki senjata canggih semacam ini, KSAD yakin, Indonesia akan memiliki efek gentar terhadap negara-negara lain sehingga tidak akan mengganggu kedaulatan negara. Tidak kalah dengan tank Leopard yang mampu merontokkan beberapa tank dengan hanya satu tank Leopard, HIMARS ini memiliki jarak tembak sejauh 70 km dengan akurasi 10 meter.

“Bahkan jarak tembaknya bisa ditingkatkan menjadi 300 km. Sehingga negara lain akan gentar. Tak akan ada lagi patok Indonesia diusik. Lu cabut patok, gue sikat," selorohnya.

Peluncur roket HIMARS yang dikembangkan Lockheed Martin pada 1996 adalah senjata mobile dengan setiap peluncur yang mampu menembakkan enam roket dalam waktu 45 detik. Selain Amerika Serikat, yang merupakan negara produsen, Uni Emirat Arab dan Singapura juga telah memiliki rudal canggih ini. HIMARS baru diproduksi secara resmi melalui kontrak yang ditanda tangani pada Desember 2005.

Sebelumnya, KSAD menyebutkan telah menyusun daftar belanja (shopping list) pengadaan alutsista untuk mencapai Minimum Essential Forces. Selain MBT dan MLRS, TNI AD juga akan melakukan pengadaan helikopter serang, meriam 155 dengan jarak tembak 40 km, dan helikopter serbu.

Sumber: Jurnal Parlemen/Jurnas

DPR Tidak Menyetujui Pembelian Leo Ex Belanda, Tapi DPR Setuju Dengan Pengadaan MBT (Main Battle Tank )


Pabrikan Leopard akan datang pada 26 Januari untuk menawarkan Leopard ke TNI. (Foto: KMW)

24 Januari 2012, Jakarta: Meskipun menolak pengadaan tank bekas Pemerintah Belanda jenis Leopard 2A6, DPR menegaskan menyetujui pengadaan main battle tank (MBT). DPR dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan serta TNI akan memperdalam kajian terhadap kebutuhan MBT ini.

"Untuk pengadaan MBT kami setuju. Tapi untuk detailnya perlu pembahasan. Kami senang ada dialog, karena mereka sebelumnya tidak terbuka dan kesannya sudah pasti akan membeli Leopard,” kata wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin usai raker Komisi I dengan Kementerian Pertahanan dan TNI di Jakarta, Selasa (24/1).

Dia menuturkan, penolakan DPR terhadap rencana pembelian tank Leopard bukan hanya atas pertimbangan kecocokan dengan wilayah geografis Indonesia, tapi juga pertimbangan rencana strategis (renstra), anggaran, dan ancaman.

Dalam raker tersebut terungkap kebutuhan TNI adalah pada MBT, bukan pada Leopard. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan, MBT yang dibeli tidak harus Leopard asal memenuhi spesifikasi kebutuhan TNI sebagai pengguna. “Kami akan memperdalam semua aspek, karena jumlah uang belum disepakati dan TNI sendiri ternyata belum memutuskan pembelian Leopard,” imbuh Tubagus.

TNI Kaji MBT Selain Leopard

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan main battle tank (MBT) Leopard milik militer Belanda bukan pilihan mutlak dalam rencana pembelian tank.

“Leopard sedang dibahas, dan itu baru satu opsi untuk pengadaan alutsista. Keputusannya belum final dan kami masih mengkaji mana yang lebih tepat,” kata Agus, di sela-sela Raker dengan Komisi I di Gedung DPR, Selasa (24/1). Menurutnya, saat ini TNI khususnya TNI AD memerlukan tank berat untuk pertahanan nasional.

Pengadaan ini merupakan salah satu program dalam modernisasi alutsista demi mencapai Minimum Essential Forces (MEF). Panglima juga meminta persoalan ini tidak dijadikan isu yang mencolok sehingga seolah-olah terdapat masalah antara pemerintah dengan DPR.

“Leopard itu salah satunya, jadi tidak hanya Leopard. Mohon tidak dijadikan isu seolah pemerintah dan DPR tidak cocok,” katanya. Menurutnya, selain Tank Leopard yang ditawarkan Belanda ada juga tawaran MBT lain dari negara yang berbeda.

Dalam hal ini, TNI sedang melakukan kajian untuk mendapatkan pilihan yang terbaik. Namun begitu, dia tidak merinci tank lainnya tersebut. “Kami sedang mencari solusi terbaik mana main battle tank yang paling tepat," katanya.

Jerman Tawarkan Leopard

Selain Belanda, ternyata Jerman juga menawarkan tank Leopard pada Indonesia. Perwakilan negara pembuat tank tempur (MBT) itu bahkan akan datang ke Indonesia untuk melakukan pembicaraan terkait rencana jual beli ini.

“Tanggal 26 nanti tim Jerman akan datang ke Indonesia. Jadi kami bisa membandingkan apakah lebih baik membeli di Jerman atau Belanda,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dalam raker antara Komisi I dengan Kemhan dan Panglima TNI di gedung DPR, Selasa (24/1).

Menurut KSAD, persoalan ketidaksetujuan parlemen Belanda terhadap penjualan Leopard pada Indonesia sudah disampaikan pada pemerintah Belanda. Dalam pertemuan dengan Belanda, 21 Desember 2011 lalu, KSAD telah mempertanyakan keseriusan Belanda dalam menjual Leopard-nya.

“Mereka tanya, kami jadi mau beli atau tidak. Sebelum saya jawab saya tanya, Belanda jadi jual atau tidak,” katanya.

Pengadaan MBT ini, kata Pramono, untuk menyamakan teknologi alutsista dengan negara-negara lain. Di wilayah Asia Tenggara, mayoritas negara telah memilikinya, bahkan di seluruh dunia.

Selain Indonesia, negara yang belum memiliki MBT adalah Timor Leste dan Papua Nugini.

Saat ini ada beberapa varian tank Leopard. Varian yang diklaim terbaik adalah Leopard 2A6. Varian bermesin disel ini pengembangan dari Lopard 2A5. Leopard 2A6 diklaim melebihi Abrams M1A2, Challenger 2 dan Leclerc dalam hal perlindungan, daya tembak dan mobilitas.

Leopard 2A6 dan variannya digunakan militer Jerman, Kanada, Yunani, Belanda, Portugal dan Spanyol. Tank tangguh ini diproduksi Jerman dan Spanyol.

Sumber: Jurnas

Tak Harus Leopard, TNI Disarankan Lirik T-90


Headline
Leopard

INILAH.COM, Jakarta - Rencana pemerintah membeli 100 unit tank Leopard bekas dari Belanda tak bakal mulus.

Selain mendapat penolakan dari parlemen Belanda, kalangan Komisi I DPR juga menyarankan pemerintah membeli langsung kepada Jerman selaku produsen Leopard.

"Buat apa beli dari Belanda, kenapa tidak langsung ke Jerman saja yang jelas-jelas pembuatnya?" ujar anggota Komisi I DPR Ahmad Muzani, Senin (23/1/2012).
 T-90A of the Russian Army


Sekjen Partai Gerindra ini mengatakan, Komisi I DPR tidak keberatan jika TNI AD ingin memperkuat diri membeli tank tempur kelas berat (main battle tank).

"Kami tidak keberatan jika TNI beli tank, tapi pertanyaannya kenapa harus dari Belanda? Lalu kenapa harus 100 unit? Kemudian apa harus jenis Leopard? Kenapa tidak tank T-90 atau T-72 Rusia?"
T-90 adalah Main Tattle Tank (MBT) buatan Rusia hasil pengembangan dari tank T-72. Tank paling modern di angkatan darat dan marinir Rusia ini dianggap satu kelas dengan tank Leopard 2A6 dan 2A7 buatan Jerman. [mah

sumber : Inilah.com

Panglima TNI: Leopard Bukan Satu-satunya Pilihan

 T-90A of the Russian Army

INILAH.COM, Jakarta - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menandaskan, rencana pembelian Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) untuk jenis tank masih dibahas terus oleh Mabes TNI. Tank asal Belanda itu bukan satu-satunya pilihan untuk rencana pembelian tank.

"Leopard sedang dibahas, yang jelas begini bahwa itu baru satu opsi untuk pengadaan Alutsista. Belum final itu dan kami masih mengkaji mana lebih tepat," kata Panglima TNI Agus Suhartono, disela-sela Raker dengan Komisi I, di Gedung DPR, Selasa (24/1/2012).

Agus mengatakan, saat ini TNI khususnya angkatan darat memerlukan tank kelas berat untuk pertahanan nasional. Pengadaan tank berat ini sebagai bentuk program dari peningkatan pertahanan oleh TNI.

"Memang program kami adakan main battle tank (tank tempur kelas berat) salah satunya Leopard. Tapi itu salah satunya. Jadi tidak hanya Leopard, mohon tidak dijadikan isu seolah ada pemerintah dan DPR tidak cocok. Kami sedang mencari solusi terbaik sehingga kebutuhan mana main battle tank yang paling tepat," tuturnya.

Panglima menambahkan, jika saat ini TNI memiliki beberapa opsi pilihan untuk rencana pembelian tank kelas berat tersebut. Meski begitu, Agus tidak menjelaskan secara detal tank mana saja selain Leopard yang dilirik TNI.
"Nanti dari AD (angkatan darat) yang akan menjelaskan," tambah Panglima TNI. [yeh]

sumber Inilah.com

Tjahjo Kumolo Dukung Pembelian Tiga Kapal Selam


Kapal selam AL Korea Selatan kelas Chang Bogo. Kemhan telah meneken kontrak pembelian tiga kapal selam kelas Chang Bogo dari DSME, Korsel. (Foto: US Navy)

24 Januari 2012, Senayan: Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo mendukung pengadaan tiga kapal selam yang dibeli dari Korea Selatan (Korsel) untuk memperkuat TNI AL.

"Kita memang sesungguhnya sangat butuh kapal selam mendesak paling tidak empat unit. Karenanya atas tercapainya kontrak pengadaan pengadaan kapal selam dengan Korsel, kita akan mendukungnya," ujar Tjahjo Kumolo di sela-sela raker dengan Menhan Purnomo Yusgiantoro di Komisi I DPR, Selasa (24/1).

Sebelumnya, Komisi I DPR telah menyetujui anggaran untuk membelian dua unit kapal selam. Dua kapal selam yang harus dimiliki RI itu memiliki kemampuan setera dengan kemampuan kapal selam yang dimiliki Singapura. Namun, pemerintah dengan alokasi anggaran yang telah disetujui DPR, membeli tiga kapal selam dari Korsel, meski kemampuan kapal selam yang nantinya akan dimiliki itu kemampuannya di bawah dari kemampuan kapal selam milik Singapura, namun setara dengan kapal selam yang dimiliki oleh Malaysia.

"Saya kira kita tidak akan mempermasalahkan itu. Karena pembelian kapal selam itu dalam kondisi baru. Yang penting tidak barang bekas," tegas Tjahjo.

Sekjen DPP PDIP ini juga menjelaskan, dalam raker dengan Menhan dan jajarannya ini, ia dan anggota Komisi I lainnya akan mengkritisi soal pengadaan alutsista untuk TNI, yang belakangan melenceng dari tujuan semula. Misalnya, rencana pembelian tank Leopard bekas dari Belanda, yang tiba-tiba muncul dan tidak dibahas lebih dahulu di Komisi I. "Termasuk rencana menerima hibah pesawat Hercules bekas dari Australia, yang ini juga belum disepakati di DPR," tegasnya.

Tjahjo mengatakan, Komisi I memliki kepentingan untuk meluruskan rencana modernisasi alutsista bagi TNI yang ideal dalam jangka pendek, menegah dan panjang, agar sesuai rencana awal. Di antaranya mengedepankan produksi dalam negeri. "Karenanya kita akan pertanyakan pengadaan-pengadaan alutsista yang belakangan ini muncul mendadak dan terkesan tidak sesuai rencana awal.

Sumber: Jurnal Parlemen

Panglima TNI Berharap DPR Dukung Pembelian Tank Leopard


Leopard 2 milik Bundeswehr manuver di tanah berlumpur. (Foto: Bundeswehr)

24 Januari 2012, Senayan: Sejumlah anggota Komisi I DPR memanfaatkan forum raker dengan Menhan dan Panglima TNI untuk mempertanyakan rencana pembelian tank Leopard bekas dari Belanda. Sebab, selama ini, tidak ada usulan dari Kemhan dan TNI untuk pembelian alutsista bekas tersebut. Sehingga dinilai, langkah ini keputusan sepihak Kemhan.

Karenanya, sejumlah anggota komisi I DPR pun mengancam akan menolak pembahasan rencana pembelian tank Leopard bekas dari Belanda tersebut. Termasuk tidak akan diizinkan alokasi penggunaan anggarannnya untuk tujuan tersebut.

Merespons atas banyaknya pertanyaan dari komisi I DPR soal ini, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pun menegaskan rencana pembelian 100 tank Leopard bekas dari Belanda belum final.

"Rencana tersebut masih perlu dibahas dengan Komisi I DPR yang membidangi pertahanan," ujar Agus pada wartawan di sela-sela rapat dengan Komisi I DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1).
Agus mengatakan, TNI memang membutuhkan tank dengan spesifikasi untuk di medan berat. Oleh karena itu, pihaknya mengajukan pembelian tank Leopard sebagai salah satu kebutuhan.

"Karenanya kami berharap Komisi I DPR dapat memahami hal ini dan mendukungnya. Kami pun meminta publik untuk tidak menilai seolah pemerintah dan DPR tidak saling setuju soal rencana tersebut," imbuhnya.
Sementara, mengenai pilihan lain terkait alutsista yang dibutuhkan, Agus menyerahkan kepada KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. "Biarlah hal ini nantinya TNI Angkatan Darat yang menjelaskan," tutupnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Politisi: pemerintah dianjurkan cari alternatif selain tank Leopard


Selasa, 24 Januari 2012 10:52 WIB | 1456 Views

Tank Leopard (world-defense-news.co.cc)
Kita berharap pemerintah tidak terburu-buru dan gegabah dengan memaksa keinginan untuk mengadakan tank jenis Leopard eks Belanda ini. Dari spesifikasi teknis tank ini kurang pas pula untuk medan tempur di Indonesia.
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI Mohammad Syahfan Badri Sampurno menganjurkan pemerintah agar mulai menelusuri alternatif lain dalam pengadaan tank tempur, di luar jenis Leopard 2A6 eks Belanda.

Dalam hal ini dan sesuai arahan presiden SBY, katanya di sela-sela rapat kerja dengan Menhan dan Panglima TNI di Komisi I DPR Jakarta, Selasa, PT Pindad sudah melakukan kajian dan rencana pembuatan prototipe jenis tank tempur ini.

Selain itu, menurut dia, biaya pembelian tank domestik pasti lebih murah dan sekaligus pula menunjukkan kemandirian Indonesia serta menghidupkan industri pertahanan dalam negeri.

"Kalaupun karena kebutuhan mendesak harus impor, pemerintah mesti mencari negara yang tidak terlalu mendikte kita dalam urusan pembeliannya, apa lagi ada ancaman embargo," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan perlunya Kemenhan mempertimbangkan adanya mosi penolakan dari parlemen Belanda, yang meminta pemerintah Belanda untuk membatalkan rencana penjualan tank Leopard kepada Indonesia.

Dengan adanya desakan parlemen itu, ia menambahkan, pasti akan membuat pemerintah Belanda berada dalam posisi sulit untuk mengabulkan keinginan pemerintah Indonesia.

"Karena itu, sebagai bangsa yang berdaulat dan memiliki harga diri, sudah seharusnya pemerintah berinisiatif membatalkan rencana membeli tank jenis Leopard itu," katanya menegaskan.

Apa lagi, kata dia, juga ada tuduhan bahwa TNI melakukan pelanggaran HAM dan hal itu seharusnya sudah cukup membuat bangsa Indonesia tersinggung.

"Kita berharap pemerintah tidak terburu-buru dan gegabah dengan memaksa keinginan untuk mengadakan tank jenis Leopard eks Belanda ini. Dari spesifikasi teknis tank ini kurang pas pula untuk medan tempur di Indonesia," ujarnya.

Ia juga menjelaskan, dari spesifikasi teknis tank ini dengan berat hampir 63 ton, maka kendaraan tempur ini akan sulit melakukan manuver tempurnya dan tidak terlalu cocok untuk medan pertempuran di Indonesia serta konsumsi bahan bakar yang sangat besar dengan kapasitas tangki 1 ton.

sumber : ANTARA

BERITA POLULER