Pages

Monday, January 23, 2012

Presiden: Percepat Modernisasi Kekuatan TNI


Jurnas.com | PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan perlu melakukan percepatan modernisasi dan pembangunan kekuatan TNI untuk tiga tahun kedepan. Modernisasi dan pembangunan kekuatan ini diarahkan agar kekuatan TNI makin mendekati postur minimum essensial force (MEF) yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara, baik untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

“Kita mendapatkan justifikasi moral karena ekonomi kita tumbuh dengan baik dan lebih banyak lagi anggaran yang tersedia untuk melakukan pembangunan kekuatan itu,” kata Presiden SBY pada pembukaan Rapat Pimpinan TNI dan Polri tahun 2012 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Jumat (20/1).

Menurut Presiden, selama 20 tahun terakhir sesungguhnya Indonesia tidak melakukan modernisasi dan pembangunan kekuatan secara penuh. Namun itu bisa dijelaskan antara lain karena 10 tahun sejak terjadinya perubahan dramatis 1998-2008, ekonomi kita jatuh yang berawal dari krisis. Kemudian kami bangun kembali secara bertahap.

“Baru pada beberapa tahun terakhir ekonomi kita tumbuh kuat sehingga memungkinkan untuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar lagi bagi pembangunan kekuatan TNI-Polri,” kata Kepala Negara.

Presiden berharap pimpinan TNI dapat melaksanakan dengan sungguh-sungguh modernisasi dan pembangunan kekuatan tersebut. “Lakukan perencanaan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik pula. Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar. Cegah terjadinya penyimpangan,” katanya.

sumber : JURNAS

KASAD: Yang Minta Leopard Itu Anak Buah Saya

Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat,
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo,
menegaskan yang meminta tank
Leopard bukanlah dirinya. Anak buah
yang meminta diadakannya Leopard
untuk memperkuat Alutsista TNI AD.
"Karena diminta maka saya wajib
memenuhinya," jelas Pramono,
beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan ketika anak buahnya
disodorkan daftar Alutsista baru yang
diinginkan, kebanyakan menyepakati
tank Leopard. Lagi pula, usia tank di
Indonesia sudah cukup tua. Sampai
saat ini baru bisa diretrofit ringan
hingga sedang, belum bisa berat.
Tank Leopard dinilainya sebagai tank
berat yang sangat dibutuhkan untuk
penguatan pertahanan. Tank tersebut
nantinya akan disebar ke seluruh
batalyon TNI AD. Saat ini pihaknya
masih terus mendorong proses
pengadaannya agar ada kesepakatan
sehingga tank yang didatangkan dari
Belanda tersebut dalam dilaksanakan.
Sumber : Republika

Prabowo Mengecam Parlemen Belanda Soal Tank Leo

Jakarta - Prabowo Subianto
mengecam parlemen Belanda yang
tiba-tiba menolak penjualan tank
Leopard ke Indonesia dengan alasan
takut digunakan untuk tindakan
pelanggaran hak asasi manusia.
Mantan Komandan Jenderal
Kopassus ini menyatakan sikap
pemerintah Belanda harus tegas
apakah jadi menjual Leopard ke
Indonesia atau membatalkannya.
"Mereka mau jual ngga? Kalau mereka
mau jual, kita beli. Kalau tidak, ya
tidak (dibeli)," cetus Prabowo.
Prabowo mendukung rencana
Kementerian Pertahanan membeli
100 tank tempur utama Leopard dari
pemerintah Belanda seharga 280 juta
dollar AS. Pembelian tersebut tidak
menjadi masalah jika harganya
murah. "Kalau saya, asal harganya
tidak terlalu mahal, saya kira oke-oke
saja," ujar Prabowo.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD),
Jenderal Pramono Edhie Wibowo,
mengatakan hingga kini tidak ada
perubahan rencana pembelian 100
tank Leopard. Karena itu, pihaknya
berusaha merealisasikan pembelian
itu sebagai wujud modernisasi
alutsista setelah 20 tahun tidak
melakukannya. Keunggulan MBT
Leopard meliputi kemampuan daya
gerak, tembak, daya kejut dan
penghancuran.
Sumber : Republika

Sunday, January 22, 2012

Beli Alutsista Sesuai Strategi

Sunday, 22 January 2012 

F16 C/D


JAKARTA– Pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI diharapkan lebih mengedepankan kualitas dan sejalan dengan strategi pertahanan yang dibutuhkan.


Pengamat militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menuturkan, pengadaan alutsista TNI untuk memperkuat pertahanan memang sangat diperlukan. Hal ini juga telah disadari pemerintah dan DPR. Namun, setiap rencana pembelian hampir selalu menjadi pro dan kontra.Munculnya polemik tersebut karena sejumlah kalangan menilai Kementerian Pertahanan tidak mengindahkan aspek-aspek tersebut.

Pengadaan melalui hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat dan rencana membeli 100 unit main battle tank (MBT) Leopard 2A6 milik Belanda adalah contoh polemik terhangatnya. Pengadaan itu ditentang karena baik F-16 maupun Leopard yang hendak dibeli sama- sama barang bekas sehingga kualitasnya diragukan. Pemerintah beralasan dengan membeli alutsista bekas, jumlah yang didapat bisa jauh lebih banyak ketimbang mendatangkan yang baru.

“Tank Leopard ini memang bisa memberi efek deterrence besar.Tapi harus dilihat bagaimana masa gunanya, jangan hanya lihat kuantitas seperti ketika menerima hibah F-16,” ujar Conni saat dihubungi SINDOkemarin. Dia menerangkan,24 unit F- 16 bekas tersebut tidak lebih baik ketimbang apabila pemerintah membeli 10 pesawat tempur baru generasi anyar. “Pesawat itu bisa langsung habis dihancurkan musuh ketika (pesawat) masih di darat. Kita pasti kalah.Lebih baik sedikit tapi berkualitas,” sebutnya.

Seharusnya setiap pengadaan alutsista diserahkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun, tetap harus ada road mapyang utuh sebagai patokan dalam membangun pertahanan.“ Sekarang ini kita kelihatan sekali tidak punya arah. Anggaran naik sedikit,dimainkan politik,”ungkap dia. Menurut Conni, sekarang ini ada konstelasi politik kedua yang paling strategis, tapi masih luput dari perhatian pemerintah, yakni keberadaan Selat Leti dan Selat Wetar yang menghubungkan dua negara tetangga,Australia dan Timor Leste.

Di sana juga ada 19 pulau kaya akan sumber daya alam tak terbarui. Tapi,blok strategis itu tidak diimbangi pertahanan yang kuat. Perhatian pemerintah masih terfokus pada Selat Malaka. “Kalau Anda berdiri di pantainya, tiap beberapa jam sekali bisa melihat punggung kapal selam bertenaga nuklir melintas. Itu milik Amerika Serikat dan Australia,” beber Conni.

Padahal dalam sejarah peperangan, lanjut dia, ada tiga hal yang bisa memicu perang, yakni agama, resources (SDA), dan trade (perdagangan).Karenanya, dalam strategi pertahanan jangan memandangnya seolah-olah tidak ada perang. “Aneh kalau berpikir seperti itu (tidak ada perang). Kita itu kaya resources,jantungnya Asia itu kita,”Conni mengingatkan.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menuturkan, polemik rencana pembelian alutsista mencuat setelah muncul besaran anggaran yang diperlukan.“Karena (pengadaan) itu harus ada persetujuan DPR juga,”sebutnya. Dengan membeli Leopard bekas, lanjut dia, dengan anggaran yang sama pemerintah bisa mendapat tank lebih banyak.

“Pengadaan Leopard juga sudah sesuai dengan defence strategy kita. User (TNI AD) juga sudah meninjau ke lapangan untuk melihat spesifikasi teknisnya,”kata Hartind. Hartind mengakui adanya kelemahan dalam pertahanan di jalur yang masuk dalam alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) III itu. “Semua ALKI kita prioritaskan. Di ALKI III ada selat yang ke Australia masih sering jebol,”imbuhnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menegaskan, DPR setuju dilakukan pengadaan perlengkapan yang canggih untuk TNI. “Tapi pemilihannya harus selektif, memperhatikan jangka panjang, dan harus melibatkan (industri pertahanan) dalam negeri,”ujarnya. Menurut dia, hasil kajian Litbang Kementerian Pertahanan pada 2009–2010 menyebutkan Indonesia butuh tank medium, bukan heavy tank seperti MBT Leopard.

sumber : SINDO

Saturday, January 21, 2012

Prabowo: Pembelian MBT Leo Gak masalah Asal Harga Tidak Mahal

21 Januari 2012, Jakarta: Mantan
Danjen Komando Pasukan Khusus
(Kopasus), Prabowo Subianto tak
mempermasalahkan rencana
pemerintah yang ingin membeli
100 Tank Leopard dari
Pemerintah Belanda. Syaratnya
pembelian ke 100 tank tidak
dipatok dengan harga tingggi.
”Kalau harganya tidak terlalu
mahal saya kira oke saja,” ujar
Prabowo usai pelantikan
Pengurus Pimpinan Pusat
Perempuan Indonesia Raya (PP
PIRA) di Kantor Sekretariat DPP
Partai Gerindra di Jakarta, Sabtu
(21/1 ).
Namun Prabowo mengaku tak
mengetahui apabila rencana
pembelian tersebut ditentang
oleh parlemen Belanda.
Parlemen Belanda menentang
lantaran khawatir ikut memberi
andil dalam pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia.
”Oh ya mereka menolak?” kata
Ketua Pembina Partai Gerindra
itu setengah bertanya kepada
wartawan.
Seperti diketahui, parlemen
Belanda sampai saat ini masih
belum menyetujui niat
Pemerintah Indonesia yang ingin
membeli 100 Tank Leopard dari
pemerintah negara itu. Pasalnya,
parlemen Belanda kawatir tank
nantinya akan digunakan dalam
aktivitas militer yang berpotensi
menyebabkan terjadinya
pelanggaran HAM.
Sementara Kementerian
Pertahanan RI dikabarkan telah
menyiapkan dana sebesar US
$280 Juta untuk membeli 100 unit
tank Leopard milik pemerintah
Belanda. Dana tersebut diperoleh
dari alokasi dana pertahanan
periode 2010-2014.
Sumber: Jurnas

Canada beli leo ex belanda lebih mhl dari RI

Leopard 2 A4M CAN. Krauss-
Maffei Wegmann (KMW)
memodernisasi 20 Leopard AD
Kanada mejadi Leopard 2 A4M
CAN. Canada membeli 100
Leopard 2 dari Belanda. (Foto:
Canada Army)
21 Januari 2012, Jakarta:
Indonesia jika dihitung-hitung
mendapatkan harga sangat
murah untuk membeli macan
besi bekas Belanda yang terdiri
dari 50 unit Leopard tipe 2A4 dan
50 unit Leopard tipe 2A6 .
TNI Angkatan Darat diketahui
hanya membayar US$280 juta
untuk 100 Main Battle Tank (MBT)
bekas Leopard milik Koninklijke
Landmacht (AD Belanda) yang
selama ini nganggur di gudang.
Bandingkan dengan Kanada yang
pada 2007 mesti merogoh kocek
hingga US$574 juta untuk
menebus jumlah dan jenis tank
yang sama. Tank bekas milik
Belanda itu digunakan Kanada
untuk menggantikan Leopard
jenis 1C2 mereka, seperti dikutip
dari Defence Update.
Kanada sebagai negara kaya raya,
tetangga Amerika Serikat dan
tidak memiliki masalah dengan
kepemilikan senjata milik NATO,
memilih membeli Leopard bekas
Belanda karena lebih murah
dibandingkan beli produk baru.
Tak hanya beli bekas, Kanada
bahkan sempat menyewa 20 tank
Leopard tipe 2A6 milik Jerman
untuk diterjunkan di Afghanistan.
Soal kenapa Kanada enggan beli
baru, saat itu mereka memberi
contoh Australia yang membeli 66
tank Abrams M-1A 1/M88 dan
peralatan pendukung (truk,
pengangkut dan pelatih) senilai
US$416 juta. Bandingkan dengan
Kanada yang hanya bayar US$574
juta untuk tank dengan kualitas
sama.
Sayangnya, rencana pembelian
100 tank Leopard bekas milik
Belanda oleh Indonesia itu
ditentang luar dalam. Dari luar,
parlemen Belanda dengan alasan
HAM yang dimotori Fraksi Kiri
Hijau, Arjan El Fassed.
Sementara dari dalam, DPR
menyebut Indonesia tak butuh
Main Battle Tank. Maklum
pembelian Leopard bekas ini
tanpa melalui perantara alias tak
ada 10% fulus buat broker yang
beredar untuk memuluskan jalan.
Sumber: Bisnis Jabar

Friday, January 20, 2012

Kemenhan 2012. Targetkan Capai Kekuatan Pokok Alutsista

16 Januari 2012 15:49
2012, Kemenham Targetkan Capai
Kekuatan Pokok Alutsista
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA - Semester
pertama tahun
2012,menjadi target
Kementrian Pertahanan
untuk menyelesaikan
beberapa kontrak
alutsista dengan tiga matra TNI. Dirjen
Sarana Pertahanan Kementerian
Pertahanan, Marsekal Muda Bogas Silaen,
menyatakan rencana itu bertujuan
memperkuat sistem persenjataan militer
demi mencapai essential minimum forces
(kekuatan minimum pokok).
Untuk TNI AD, ujarnya, Kemenhan
mengalokasikan belanja 100 tank tempur
utama (main battle tank), senjata anti
altileri berupa roket, sistem peluncur
multi roket dan meriam bersenjata
dengan fokus meriam kaliber 150 mm,
serta senjata artileri pertahanan udara
yang difokuskan pada peluru kendali.
Selain amunisi, TNI AD juga akan
diperkuat unit baru helikopter yang
difokuskan pada heli serbu dan serang,
dan beberapa panser buatan PT Pindad.
"Diharapkan akan selesai pada semester
awal tahun ini," katanya di kantor
Kemenhan, Senin (16/1) .
Untuk TNI AL, imbuh Bogas, Kemenhan
mengagendakan belanja kapal pengaman
laut, fastboat patrol, kapal perusak, hidro
oceanic, serta kapal latih untuk pengganti
KRI Dewarutji. Tidak ketinggalan
pembelian kapal angkut tank dan minyak,
serta kapal selam.
Adapun TNI AU, pihaknya menyebut
dalam waktu dekat dapat menyelesaikan
pembelian senjata anti pesawat udara, jet
tempur F-16, helikopter Super Puma, dan
empat kapal herkules empat unit dari
Australia. "Inilah daftar shopping list
Kemenhan pada 2011," papar Bogas.

sumber Repulika.co.id

BERITA POLULER