Pages

Thursday, January 12, 2012

Para Pejabat AS Kutuk Perlakuan Marinir AS atas Mayat Taliban

Pejabat-pejabat AS telah mengutuk video yang menunjukkan beberapa anggota Marinir Amerika mengencingi mayat pejuang Taliban.


Foto: Reuters
Menhan AS, Leon Panetta memerintahkan Korps Marinir AS dan panglima NATO di Afghanistan untuk menyelidiki video pelecehan mayat Taliban oleh marinir AS (foto: dok).
Menteri Pertahanan Leon Panetta hari Kamis mengatakan video itu "benar-benar tercela." Dia bertekad mereka yang bertanggung jawab akan dituntut bertanggung jawab sepenuhnya.

Panetta memerintahkan Korps Marinir Amerika dan panglima pasukan keamanan NATO di Afghanistan untuk menyelidiki video itu.
Menteri pertahanan itu berbicara lewat telepon hari Kamis dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan menegaskan akan ada penyelidikan serius atas insiden itu.

Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengulangi kecaman Panetta atas tindakan itu, dengan mengatakan hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Amerika dan standar perilaku yang diharapkan dari personil militer Amerika.

Karzai mengatakan, pemerintahnya "sangat terganggu" oleh video itu, dan bahwa tindakan itu menodai mayat-mayat warga Afghanistan tersebut. Dia menyebut tindakan itu "tidak manusiawi."

Seorang juru bicara Taliban (Zabihullah Mujahed) mengatakan walaupun video itu "mengejutkan," menurutnya hal itu tidak akan mengganggu pembicaraan damai dengan Amerika.
Pentagon mengatakan tidak punya alasan untuk meragukan keaslian rekaman itu.
Para pejabat militer Amerika hari Kamis mengatakan Korps Marinir telah mengidentifikasi personil dalam rekaman video itu, tetapi tidak memberikan nama-nama mereka.

SUMBER : VOA INDONESIA

Lockheed Martin F-35 Program Exceeds 2011 Flight Test Goals

Lockheed Martin F-35 Program Exceeds 2011 Flight Test Goals


The Lockheed Martin [NYSE: LMT] F-35 System Development and Demonstration 2011 flight test program resulted in the completion of more test flights and test points than in any year.
The 2011 flight test plan called for the accumulation of 872 flights and 6,622 test points by Dec. 31. For the year, the SDD program flew 972 flights and tallied 7,823 test points. The F-35A Conventional Takeoff and Landing (CTOL) variant flew 474 flights and accomplished 3,600 test points. The F-35B Short Takeoff/Vertical Landing (STOVL) variant accomplished 333 flights and 2,636 test points. The F-35C Carrier Variant (CV) flew 165 flights and tallied 1,587 test points. Along with this, the STOVL executed 268 vertical landings. The cumulative 2011 milestones were achieved through a combination of planned test flights and test points along with test flights and test points added throughout the year.
“The success of the flight test program is the result of a team of dedicated government and contractor professionals,” said Larry Lawson, Lockheed Martin’s F-35 program executive vice president and general manager. “The test team continues to gain momentum and they will build upon this success for an even better 2012. I couldn’t be prouder of the team.”
The overall F-35 SDD flight test program plan calls for the verification of 59,585 test points through developmental test flights by Dec. 31, 2016. Through 2011, the flight test team has accomplished 12,728 test points or 21.4 percent of overall testing requirements.
“These achievements speak to the rapid maturation of the F-35 program and to our team’s commitment to performing with excellence,” said J.D. McFarlan, vice president of F-35 Test and Verification. “We will now turn towards 2012, expanding the flight envelope as we continue to demonstrate the F-35’s excellent flight characteristics for all three variants.”

Major flight test achievements in 2011 include:

  • A major highlight for October was the completion of F-35B short takeoff/vertical landing (STOVL) ship suitability testing aboard the USS WASP (LHD-1) off the coast of Virginia. The test began when BF-2 executed the first shipboard vertical landing on Oct. 3. The next day, BF-2 executed the first short takeoff from the WASP. During the third week of sea trials, BF-2 and BF-4 operated simultaneously on the ship. Combined, they accomplished 72 short takeoffs and 72 vertical landings during the three-week testing period.
  • The mission systems test aircraft performed Block 1A and Block 1B software testing including demonstrating Communication Navigation and Identification (CNI) range and accuracy and integrated Electro-Optical Targeting System testing that included Tactical FLIR (Forward Looking Infra-Red) and combat laser firing. The software also displayed imagery from the Distributed Aperture System on the Helmet Mounted Display. Further testing accomplished radar search and target tracking, Synthetic Aperture Radar Mapping, Electronic Warfare testing, and multi-sensor fusion of four sensors. In addition, baseline Radar Cross Section signature testing was accomplished on three mission system aircraft.
  • On Nov. 18, CF-3, an F-35C test aircraft, conducted the first F-35 launch from the Navy’s new Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS). Testing the F-35C on EMALS marked the beginning of the process to integrate the carrier variant with the future carrier fleet aircraft launching system.
  • The F-35B STOVL jets conducted 268 vertical landings (VLs) in 2011 compared to 10 VLs in 2010. F-35B aircraft also completed 395 short takeoffs (STOs) this year.
  • AF-1 achieved the F-35’s maximum design limit speed of Mach 1.6 for the first time on Oct. 25.
  • Jet Blast Deflector (JBD) testing was performed by F-35C Lightning II carrier variant (CV) aircraft CF-2 at Joint Base McGuire-Dix-Lakehurst, N.J. from June 25-July 8. CF-2 successfully completed this portion of tests required to ensure the F-35C is compatible aboard an aircraft carrier.
  • AF-6 and AF-7 completed Maturity Flight testing of the training syllabus software at Edwards Air Force Base, Calif., designed to simulate operating an F-35 without a mission control room.
  • The F-35 program successfully performed aerial refueling testing with KC-135 and KC-10 aircraft.
SUMBER DEFENCE TALK:

AS Kerahkan Armada Perang ke Timteng



Amerika Serikat telah mengirimkan kapal induk USS Carl Vinson ke Teluk Persia di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan strategis itu, Press TV melaporkan pada Kamis (12/1).

Pentagon menyatakan bahwa kedatangan kapal yang membawa 80 pesawat tempur dan helikopter itu adalah agenda "rutin" dan ditujukan untuk meringankan beban kapal induk USS John Stennis.

Pentagon menambahkan bahwa USS Carl Vinson telah tiba di daerah yang menjadi tanggung jawab Armada Kelima Angkatan Laut AS, yang meliputi Teluk Persia, Laut Merah, Teluk Oman dan bagian dari Samudera Hindia.

Angkatan Laut AS bagaimanapun mengatakan, kapal induk tersebut belum sampai di Teluk Persia dan tidak akan melintasi Selat Hormuz.

Juru bicara Pentagon, John Kirby mengatakan, USS Abraham Lincoln di Samudera Hindia juga dalam perjalanan untuk bergabung dengan USS Carl Vinson.

"Penyebaran kapal-kapal itu di kawasan adalah hal yang rutin, telah lama direncanakan dan tidak ada yang aneh," jelas Kirby.
SUMBER :(IRIB Indonesia/RM)

Ketika Pihak asing mencoba menggangu kedaulatan wilayah udara kita

Jakarta - Untuk kesekian kalinya, TNI AU berhasil
memergoki dan mencegat pesawat-pesawat asing di
wilayah udara Indonesia yang tak mempunyai izin
melintas. Dalam peristiwa terakhir disebutkan dua
pesawat Sukhoi TNI AU membayang-bayangi pesawat jet
P2-ANW Dassault Falcon 900EX di langit Banjarmasin,
Kalimantan Selatan, selama 37 menit, waktu yang cukup
lama, pada 29 November 2011.
Pesawat yang ternyata ditumpangi oleh Deputi Perdana
Menteri Papua Nugini H. O. N. Belden Namah, yang
sedang melakukan penerbangan dari Subang, Selangor,
Malaysia, ke Papua Nugini, dicegat oleh 'sayap tanah air'
Indonesia karena tidak memberi respons positif ketika
diajak berkomunikasi oleh Kontrol Udara Makassar.
Untung kejadian tersebut berakhir dengan tidak
dipaksakan pesawat Falcon itu untuk mendarat setelah
baru diketahui izin melintasnya.
Merasa terintimidasi dengan kejadian itu, maka hubungan
kedua negara, Indonesia-Papua Nugini, sempat memanas.
Kejadian itu membuat Perdana Menteri Papua Nugini
Peter O'Neil mengancam mengusir Duta Besar Indonesia
untuk Papua Nugini.
Terlepas masalah hubungan diplomatik kedua negara, kita
harus mengapresiasi kerja TNI AU. Meski dengan
keterbatasan yang ada dan kepemilikan pesawat yang
masih minim, TNI AU selama ini berhasil menjaga wilayah
udara kita dengan gagah perkasa. Pembelian pesawat
Sukhoi dan F-16, yang mahal, telah menunjukan
kesebandingan dengan fungsi yang telah dilakukan yakni
menjaga dan mempertahankan wilayah nasional.
Kesuksesan mencegat pesawat Falcon itu mirip dengan
ketika Sukhoi TNI AU, Maret 2011, menghentikan
penerbangan Pakistan Internasional Airlines (PIA), jenis
Boeing 737 seri 300, yang melintas wilayah udara
Indonesia tanpa izin. Gerakan pesawat yang terdeteksi
oleh radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II
di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan,
membuat dua Sukhoi TNI AU yang ada di Skuadron Udara
5 Lanud Sultan Hasanuddin langsung terbang dan
memberikan peringatan pesawat asing itu mendarat
darurat. Pencegatan terhadap pesawat yang ditumpangi
oleh pasukan PBB yang hendak melintas dari Dili, Timor
Leste, ke Malaysia itu berhasil memaksa mereka untuk
mendarat di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi
Selatan.
Sebelumnya, Desember 2010, pesawat Malaysia jenis BAE
146-200 yang membawa 81 penumpang yang sebagian
besar penumpang pesawat adalah keluarga Kerajaan
Melaka, Menteri Pertanian Malaysia, putra PM Malaysia
Najib Razak, berhasil ditahan oleh TNI selama 5 jam di
Bandara Udara Djuanda, Surabaya, Jawa Timur, karena
tidak mengantongi izin resmi melintas di Indonesia.
Pesawat itu hendak melakukan penerbangan Dili, Timor
Leste ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Dari sekian kali pencegatan yang dilakukan oleh TNI AU
terhadap pesawat tanpa izin yang melintas di wilayah
udara Indonesia, peristiwa Insiden Bawean-lah yang
paling menegangkan. Insiden Bawean adalah ketika 3
pesawat F-16 TNI AU berhasil mendeteksi penerbangan
ilegal 5 pesawat F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika
Serikat (US Navy) yang sedang terbang dan bermanuver di
perairan Bawean, Jawa Timur, Juli 2003.
Dari pantauan radar, kelima F-18 Hornet itu terbang lebih
dari satu jam dan mengadakan latihan tempur. Apa yang
dilakukan itu tentu saja selain bisa dikatakan mengganggu
kedaulatan wilayah udara Indonesia, juga menyebabkan
terganggunya penerbang n komersial yang menuju ke
Surabaya dan Bali. Bagi pihak Indonesia, pesawat-pesawat
US Navy itu tak meminta izin dengan ATC terdekat. Sedang
pihak US Navy melakukan demikian karena mereka merasa
berada di perairan internasional sehingga tak perlu
meminta ijin kepada Indonesia.
Kejadian itu sangat menegangkan sebab yang dihadapi
oleh pesawat tempur TNI AU adalah juga pesawat tempur,
bukan pesawat sipil. Sehingga tak heran bila saat di udara
posisi yang terjadi adalah masing-masing pihak siap
dogfight.
Merasa TNI AU inferior dengan pilot-pilot tempur pesawat
US Navy, jumlah pesawat F-18 Hornet lebih canggih serta
lebih banyak, serta adanya dukungan pesawat tempur lain
dari kapal induk US Navy yang berada di perairan, maka
pilot-pilot F-16 mulai memperkenalkan diri. Dengan
memperkenalkan diri kepada pilot-pilot F-18 Hornet itulah
akhirnya ketegangan menjadi reda. Dan akhirnya pesawat-
pesawat pesawat tempur kedua negara balik ke posisi
masing-masing.
Dari kejadian-kejadian di atas bisa disimpulkan bahwa,
pertama, sepertinya ada unsur-unsur kesengajaan dari
pihak Malaysia untuk mengganggu wilayah udara kita,
terbukti dari pesawat-pesawat yang melintas tanpa izin
semua melalui rute dari dan ke Malaysia. Pihak-pihak di
Malaysia mengabaikan izin melintas bisa jadi karena
mereka menganggap bahwa penjagaan wilayah udara
Indonesia, seperti wilayah perbatasan darat atau wilayah
laut, adalah lemah sehingga mereka tak merasa khawatir
bila melintas tanpa permisi.
Kedua, dengan berhasilnya TNI AU menjaga wilayah udara,
sudah sepatutnya alutsista kepada TNI AU lebih
ditingkatkan. Rencana pembelian pesawat F-16 dan Sukhoi
agar lebih dipercepat. Disebut, jumlah pesawat F-16 yang
dimiliki Indonesia saat ini 10 unit yang merupakan F-16 A/
B Blok 15 yang dibeli pada tahun 1986. Dengan membeli
cara hibah sebanyak 24 pesawat maka kekuatan pesawat
F-16 TNI AU menjadi 34 pesawat. Bila membeli baru, 6
pesawat, maka kekuatan pesawat F-16 TNI AU menjadi 16.
Baik DPR maupun pemerintah mempunyai dasar masing-
masing soal pembelian pesawat itu, secara hibah atau
baru.
Demikian pula rencana pembelian 8 pesawat Sukhoi baru
akan bisa membangun satu skuadron tempur Sukhoi.
Diberitakan, Indonesia kini telah memiliki empat pesawat
tempur Sukhoi masing-masing jenis SU-27SK (dua unit)
dan SU-30MK (dua unit). Pastinya pembelian pesawat-
pesawat itu didukung dengan alutsista penunjang, seperti
radar, rudal, dan lain sebagainya.
Ketiga, modernitas alutsista sangat berpengaruh terhadap
kesiapsiagaan TNI dalam mempertahankan wilayah i
Indonesia. Peristiwa Insinden Bawean yang menyebabkan
kita lebih menerima kehadiran secara ilegal pesawat US
Navy karena mereka memiliki alutsista yang lebih canggih
dan modern.
Untuk menutupi kekurangan tersebut, bisa dilakukan
dengan memperbanyak latihan. Berhasilnya TNI AU
mencegat pesawat-pesawat ilegal melintasi di udara
karena para pilot TNI AU telah sering melakukan latihan.
Bila pencegatan terhadap pesawat ilegal kita sudah mahir
maka yang perlu ditingkatkan adalah pelatihan tempur,
siapa tahu Insinden Bawean terulang.
Sumber : DETIK

Politisi: pembelian 100 tank Leopard mendadak

Kamis, 12 Januari 2012 12:53 WIB | 813 Views

Leopard A-5 (wikipedia)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq mengatakan bahwa pembelian 100 tank Leopard oleh Kementerian Pertahanan dan TNI dilakukan secara mendadak tanpa ada komunikasi dengan Komisi I DPR RI.

"Ini kan rencana tiba-tiba, karena didasari keinginan negara Eropa menjual sebagian alutista mereka. Bisa saja TNI mencari peluang membeli alutista yang ditawarkan," kata Mahfudz, di Jakarta, Kamis.

Di samping itu, masih kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut, pembelian tank tetap harus sesuai medan dan kebutuhan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Indonesia.

"Untuk pembelian tank Leopard, Komisi I DPR RI berpandangan itu tidak cocok untuk wilayah  Indonesia karena bobotnya yang 62 ton. Tank Leopard itu digunakan untuk medan seperti di Eropa dan tidak cocok dengan Indonesia," kata dia.

Mahfudz berpendapat pengadaan alutsista dari luar negeri sebaiknya dilakukan dengan sistem "G to G" atau kerjasama dari pemerintah ke pemerintah agar bisa memutus mata rantai dari pihak ketiga.

Komisi I DPR RI, ujar Mahfudz, menilai pengadaan tank Leopard sebagai langkah yang tidak tepat dan lebih mendorong agar PT Dirgantara Indonesia untuk membuat prototipe tank kelas menengah yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

Dukungan ini selaras dengan keinginan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah disampaikan pada tahun 2008.

"Komisi I DPR RI sudah menyampaikan pandangannya terkait pembelian tank. Saya tidak tahu apakah TNI memaksakan pembelian tank ini. Kalau dipaksakan, bisa menjadi tanda tanya sendiri," kata dia. (Zul)

sumber Antara

Pesawat F-16 mengawal pesawat Garuda yang ditumpangi Presiden SBY


Tribun Pekanbaru - Kamis, 12 Januari 2012 12:31 WIB
|
pesawat_kawal.jpg
Kompas/A Tomy Trinugroho
pesawat F-16 mengawal pesawat Garuda yang ditumpangi SBY
TRIBUNPEKANBARU.COM-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (12/1/2012) sekitar pukul 10.30 WIB, tiba di Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, setelah menjalani penerbangan sekitar 40 menit dari Malang.Seusai makan siang di Madiun, Presiden dan rombongan rencananya melanjutkan perjalanan lewat darat menuju Pacitan.
Dalam perjalanan udara menuju Madiun, pesawat Garuda yang ditumpangi rombongan Presiden didampingi empat pesawat F-16 yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi.
Keempat pesawat ini mendampingi pesawat Presiden sejak di tengah perjalanan hingga sampai di Madiun.
"Selamat pagi dan salam sejahtera dari ketinggian 22.000 kaki. Kami mengucapkan selamat datang kepada Bapak Presiden dan Ibu, beserta rombongan. Merupakan satu kehormatan bagi kami, pesawat tempur TNI Angkatan Udara, untuk melaksanakan tugas escort pesawat Indonesia One," kata salah seorang pilot pesawat F-16 lewat radio yang diperdengarkan di kabin pesawat Presiden.
"Beberapa saat lagi kita akan memasuki restricted area Iswahyudi, tempat penjaga angkasa bersarang dan menempa diri untuk menghadapi segala ancaman udara. Kami TNI Angkatan Udara selalu siap sedia menjaga setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia dari udara. Akhirnya, kepada Bapak Presiden dan Ibu, beserta rombongan, kami ucapkan selamat datang di Lanud Iswahyudi. Have a nice flight and happy landing. All falcon, kepada Presiden Republik Indonesia, hormat gerak! Tegak gerak!" ujar pilot itu.(*)

sumber : TribunPekanbaru

Wednesday, January 11, 2012

Lepaskan Jubah kebesaran kita, lepaskan ego, lepaskan kepentingan pribadi golongan dan buang kepentingan lainya untuk Pertahanan dan Keaman RI yang Kuat dan disegani bangsa bangsa di dunia


Leopard 2A6 Bundeswehr melakukan manuver di tanah berlumpur dan menyeberangi sungai. (Foto: Bundeswehr)
Kalau kita lihat komentar-komentar dari LSM ,Pengamat dan  elit Politik yang ada di DPR, kita miris mendengarnya , prihatin dan perlu dipertanyakan Nasionalis mereka, kecintaan terhadap NKRI ini, dan perlu dipertanyakan juga apakah meraka orang titipan? antek antek Asing?

Isu terhangat pengadaan Main Battle Tank dari Pengamat, LSM,Elit Politik mereka menyerbu pemerintah untuk membatalkan pembelian MBT Leopard 2A6. ya dengan alasan Klasik Main Battle Tank Gak cocok di geografis Indonesia karena bobot MBT tersebut 62 Ton. Saya katakan MBT bisa jalan di negeri tercinta ini lihat di negara-negara lain MBT jalan dilumpur dan pinggiran rawa bahkan menyebrangi sungai yang berlumpur.  Saya sarankan untuk Pengamat ,LSM,Elit Politik amati cermati dan lihat dinegara lain biar terbuka wawasan untuk apa MBT itu , MBT bukan untuk nembaki rakyat sendiri , lo rakyat kita sendiri masa ditembaki digilas pake MBT? terlalu naif dan terlalu dini untuk mengatakan MBT tidak cocok di Indonesia.

Wahai Para pengamat,LSM,Elit politik Lepaskan Jubah kebesaran , lepaskan ego, lepaskan kepentingan pribadi  golongan dan buang kepentingan lainya untuk Pertahanan dan Keaman RI yang Kuat dan disegani bangsa bangsa di dunia, Kalau membuat komentar-komentar yang tidak enak didengar dan melemahkan kekuatan pertahanan kita hanya karena UUD (ujung ujung nya duit) itu artinya sama saja membuat bangsa dan negara ini hancur selalu diusik selalu ditumpangi oleh negara negara lain.

TNI sedang membangun kekuatan yang dituangkan dalam renstra TNI 2010-2014 dan ingin mencapai MEF tentunya modernisasi dan peningkatan jumlah alutsista tentunya kita harus dukung agar pertahanan dan kemamanan kita kuat dan mempunnyai efek deterance yang mumpuni dan disegani bangsa bangsa di dunia.

Pemerintah tentunya dalam pengadaan alutsista untuk mencapai MEF harus meminta persetujuan DPR nah disini Komisi I DPRRI jangan lah ego dan sewot  sewotan ngambek alhasil karena ego gagallah semua pengadaan alutsista TNI yang nota benenya untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara , sebagai contoh pengadaan MBT leopard 2A6 dari belanda belum meminta persetujuan elit politik di media dah koar koar MBT tidak cocok untuk indonesia , nah kalo gini gimana? buat bingung masyarakat, Istilahnya gini Kata Masyarakat : " Apanya kalian ribut ribut gak jelas apa kurang amplopnya?" apa kurang jatah ? merasa tidak dihargai?. Ingat DPR itu pake uang rakyat berilah contoh teladan dan buat rakyat tidak bingung.

Seharusnya DPR harus menjalankan fungsinya DPR sebagai pengawal dan partner pemerintah bukan jadi musuh pemerintah, yang terjadi sekarang DPR seolah olah jadi musuh pemerintah bisa nya menganjal ganjal saja, apa mungkin gak dapet jatah? , Ok ini jaman era demokrasi semua bebas ngomong , mbo ya kasih contoh yang baik dan santun bukan songong songonga, ego-egoan,kuat-kuattan, kalo kaya gini gimana jadinya bangsa ini?. kalo menurut pendapat saya ada musuh dalam selimut yang ingin melemahkan sistem pertahan dan keamanan kita dengan isu HAM, dan sebagainya .

Jadi bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. majulah TNI dengan modernisasi alutsistanya dan segerahlah nongkrong MBT-MBT di NKRI ini karena tetangga kita dikawasan ini sudah punya MBT. Majulah bangsa ku

oleh : IWJ
By Indonesia Defence





BERITA POLULER