Pages

Sunday, September 18, 2011

Laporan dari Madrid Airbus Military:PTDI Kompeten, Kerjasama Bersifat Jangka Panjang





Madrid - Kolaborasi Airbus Military (AM), sebelumnya CASA, dengan PTDI telah melahirkan produk NC- 295, sebuah pesawat angkut militer taktis bermesin turboprop ganda.

Hal itu disampaikan Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin kepada detikcom melalui kontak Atase Pertahanan RI di Madrid, Kol. Caj. Erry Herman, Jumat (16/9/2011).

Dalam peninjauan ke Airbus Military yang terletak di Sevilla, Wamenhan didampingi oleh Wakasad Letjen TNI Budiman, Dirjen Strahan Mayjen TNI Puguh Santoso, Kabaranahan Mayjen TNI Ediwan P, Asrena Kasau Marsda TNI Rodi Suprasodjo, Athan Kol. Caj. Erry Herman, Dirut PTDI Budi Santoso, Direktur Restrukturisasi PT PPA Saiful Haq, Kol. Tek Sujatmiko dan May. Laut (KH) Isam Adi.

Seusai pertemuan dengan manajemen AM, Wamenhan menjelaskan bahwa kerjasama AM dengan PTDI sekurangnya memberi empat manfaat bagi kepentingan nasional.
"Pertama, tambahan penyerapan tenaga kerja 2000 orang. Kedua, prosentase kandungan lokal PTDI mencapai 40%-60%. Ketiga, peningkatan kemampuan produksi. Keempat, PTDI menjadi capture market di Asia Tenggara," papar Wamenhan.

Menurut Wamenhan, contoh produk AM yang dipasarkan ke Amerika dan Nigeria sudah menggunakan komponen PTDI, rinciannya CN-212 100%, CN-235 40-60% dan NC-295 40%- 60%.

"Perlu saya tegaskan di sini sesuai pembicaraan saya dengan AM bahwa PTDI bukan sebagai subkontraktor tetapi menjadi mitra sejajar. AM menganggap kerjasama dengan PTDI sebagai win- win solution," tandas Wamenhan.

Lanjut Wamenhan, pihak AM dalam hal ini Senior Vice President Asia Pasific Ignacio Alonso juga telah meyakinkan ke pemerintah RI bahwa PTDI mempunyai kemampuan untuk berkolaborasi dengan AM.

Versi militer 295 adalah pengembangan lebih lanjut dari pesawat angkut sipil Spanyol-Indonesia, yang dinilai sukses secara komersial di pasar internasional dari seri CN-235.

Patut dicatat, bahwa pesanan pertama seri 295 versi militer ini datang dari Angkatan Bersenjata Spanyol, yang menunjukkan keberpihakan mereka pada teknologi nasional.

C-295 dikembangkan dalam versi pengangkut militer dengan kapasitas 73 pasukan, 48 pasukan para, 27 brankar, 5 palet ukuran 2,24 x 2,74 meter atau 3 truk militer. Kemudian versi patroli kelautan/anti kapal selam serta versi peringatan dini udara dan pengendalian dengan kubah radar 360 derajat.

Saat ini C-295 dipakai oleh Angkatan Udara di 13 negara, yakni Finlandia, Ceko, Portugal, Spanyol, Polandia, Brazil, Aljazair, Chili, Kolombia, Mesir, Ghana, Yordania, dan Meksiko, dengan total jumlah ada 75 pesawat dan kontrak produksi per 4/8/2011 sebanyak 85 pesawat.
(es/es) 

Detik

Wamenhan: Prancis siap tingkatkan kerja sama pertahanan



Senin, 19 September 2011 06:46 WIB | 622 Views
Sjafrie Sjamsoeddin (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Paris (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin mengakui Prancis sangat bersemangat dalam meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Indonesia 

"Prancis siap menandatangani kesepakatan antara kedua Menteri Pertahanan pada bulan November," ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin usai mengadakan pertemuan dengan Menteri Muda Pertahanan Prancis, Marc Laffineur, di London, Minggu .

Dalam pertemuan dengan Menteri Muda Pertahanan Prancis Marc Laffineur, Wamenhan didampingi Kepala Badan Sarana pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Asisten Perencanaan dan Anggaran Angkatan Udara Marsda TNI Rodi Suprasodjo dan Atase Pertahanan KBRI Paris Kolonel PNB Erwin B Utama.

Kunjungan mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan itu ke Prancis adalah dalam rangkaian kunjungan kerjanya di tiga kota Berlin, Madrid dan Paris dalam upaya memantapkan kerja sama pertahanan dengan ketiga negara Eropa, yakni Jerman, Prancis,dan Spanyol selama seminggu dari tanggal 12 hingga 18 September 2011.

Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan bahwa latar belakang kunjungannya ke tiga negara khususnya ke Prancis adalah menindaklanjuti dari kunjungan Presiden Perancis Nicholas Sarkozy ke Indonesia tahun 2009 dan Perdana Menteri Perancis Francois Fillion.

Menurut Sjafrie Sjamsoeddin, kunjungannya ke Paris intinya adalah meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Prancis dan memastikan konsep dari kesepakatan yang dilakukan antara kedua kepala negara dalam Partnership Cooperation Agreement dalam waktu dekat bisa ditandatangani antara Menteri Pertahanan kedua negara. 


Tidak Bisa Bertemu Langsung

Dikatakannya hal itu menjadi pembahasannya dengan Marc Laffineur, yang berlangsung pada Minggu pagi, yang dalam pertemuannya itu Menteri Pertahanan Prancis tidak bisa bertemu langsung dengannya menulis surat pribadi untuk Sjafrie Sjamsoeddin, dan menyampaikan pesan agar kesepakatan itu bisa segera terlaksana.

Dari hasil pertemuan antara Wamenhan dengan Marc Laffineur, yang dilakukan pada hari libur, Minggu disepakati dokumen perjanjian kerja sama dapat dilakukan pada bulan November 2011.

Wamenhan menghargai kesungguhan dari pihak Prancis yang bersedia menerima rombongan dari Indonesia meskipun pada saat hari libur, Minggu sekalipun. Hal ini memberikan arti bahwa Prancis menilai hubungan pertahananya dengan Indonesia sangat penting, ujar mantan Panglima Kodam Jakarta Raya .

Menurut mantan pengawal pribadi Presiden Soeharto, hasil dari pertemuan itu ada lima bagian yang mendapat penekanan penting yaitu dalam dokumen kesepakatan yang akan ditandatangani tersebut yaitu dialog strategi pertahanan, "exchange intelligent", "capacity building", "peacekeeping" dan "defence industry".

Sjafrie Sjamsoeddin yang ikut dalam operasi Flamboyan di Timor Timur mengatakan kelima poin tersebut menjadi substansi dari kesepakatan yang akan ditindaklanjuti diantara kedua Negara yang mendapat respon positif dari Menteri Muda Pertahanan Perancis melalui suratnya.

Dalam pembahasan kesepakatan kerja sama pertahanan Defence Cooperation Agreement/DCA antara Prancis dan Indonesia itu disepakati untuk mengikutsertakan pihak swasta seperti dari Indonesia seperti PT Pindad , perusahaan Industri Manufaktur Indonesia yang bergerak dalam bidang Produk Militer dan Produk Komersial serta PT. Dirgantara Indonesia (PTDI).

Menurut mantan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI , kehadiran Dirut PT Pindad dan PTDI dalam kunjungannya ke tiga Negara di Eropa itu juga dalam rangkaian modernisasi peralatan militer Indonesia. 

Hal ini sejalan dengan kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menginginkan agar peralatan militer Indonesia perlu diperbaharui dalam rangka memenuhi kebutuhan modernisasi.

Untuk itu pemerintah meningkatkan anggaran pertahanan dalam upaya modernisasi, tidak luput dari ketelitian manajemen dan kecermatan serta pembelian berbagai alat dengan tepat guna dan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan TNI.

Mengenai arah kebijaksanaan industry pertahanan Indonesia, Kepala Staf Garnisun I DKI Jakarta mengatakan kebijaksanaan industri pertahanan Indonesia diharapkan akan menuju kemandirian sehingga perlu dilakukan berbagai langkah diantaranya transfer teknologi dengan melibatkan industri pertahanan yang saling menguntungkan baik dalam skala menengah yang didukung industri dalam dan luar negeri.

Menurut mantan Panglima Kodam Jakarta Raya, banyak negara mengakui keunggulan produk pertahanan Indonesia dan bahkan saat kunjungannya ke Airbus Militery di Sevilla, Spanyol , disebutkan bahwa saat ia menyaksikan perusahaan itu menyelesaikan berbagai pesanan banyak komponen pesawat yang dibuat di Airbus tersebut sekitar 40 sampai 60 persen diproduksi Indonesia.

Bahkan untuk CN 212, selain mesin, hampir 100 persen mengunakan suku cadang yang diproduksi oleh PTDI di Bandung. Ia menyatakan bangga suku cadang Indonesia digunakan oleh berbagai Negara dalam memproduksi pesawat semacam CN 235, NC295 dan CN212.
"Saya merasa bangga dan sebagai bangsa Indonesia meliat produki komponen yang diproduksi oleh perusahaan dari dalam negeri digunakan untuk membuat pesawat yang dilakukan Airbus itu merupakan suatu kehormatan dan 
Sumber : Antara

Friday, September 16, 2011

Boeing Receives US Air Force F-22 Mission

Boeing Receives US Air Force F-22 Mission Planning System Contract


Boeing has received a contract from the U.S. Air Force to provide mission planning support for the F-22 Raptor. Theoder, valued at up to $24 million if all options are exercised, was awarded under the Air Force's Mission Planning Enterprise Contract-II (MPEC-II).
Boeing is one of five contractors selected in June 2010 for MPEC-II, an indefinite delivery, indefinite quantity program with an approximate total value of $920 million over 10 years. The MPEC-II contract provides for the extension and sustainment of mission planning software, services and solutions.
Under the new contract, Boeing will continue development and integration of the existing F-22 Mission Planning Environment (MPE), which provides the ability to interactively plan and validate missions.
The MPE gives F-22 crews a full range of mission information, from preflight data reports to postflight debriefing materials.
"Our current support of the F-22 program helped us better understand the Air Force's mission planning requirements," said Mark McGraw, Boeing vice president for Training Systems and Services.
"We will continue to work together to improve the integration and testing of mission planning products throughout the MPE development lifecycle."
The F-22 is built by Lockheed Martin in partnership with Boeing and Pratt and Whitney. Boeing supplies the aircraft's wings and aft fuselage; integrates and tests the advanced avionics; and has responsibility for pilot and maintenance training systems.






DEFENCE TALK

Belarus may buy outdated Su-30 fighters from Russia



Sukhoi Su-30 fighter jet
07:46 16/09/2011
MOSCOW, September 16 (RIA Novosti)
Eighteen Su-30K fighter jets which were delivered by Russia to India in the 1990s could end up in service with the Belarusian air force, respected Russian business daily Kommersant said on Friday.
Russia and India agreed on the sale of advanced Su-30MKI fighters to the Indian air force in mid-1990s, but Moscow had not been able to deliver the aircraft until early 2000. The sides found a compromise - the first 18 fighter jets were delivered in downgraded version, Su-30K, on condition that they would be returned to Russia after being replaced with Su-30MKI.
According to Kommersant, the aircraft were formally returned to Russia's Irkut aircraft corporation, but never touched the Russian soil and ended up in Belarus.
The first 10 jets have been recently delivered to an aircraft plant in Baranovichi for a deep overhaul to the Su-30KN version, Kommersant cited a source close to Russian state arms exporter Rosoboronexport. The remaining eight are expected to arrive in November.
The source said Belarus was interested in buying the Su-30K because the country cannot afford new aircraft and the deal could be very cheap.
According to Russian experts, the current price for an outdated Su-30K after depreciation is about $10 million. An overhaul would require an additional $5 mln per plane.
"To buy a heavy fighter for $15 mln is a real bargain," Kommersant quoted Ruslan Pukhov, the head of the Russian Center for Analysis of Strategies and Technologies, as saying.
Despite the certain loss from such a deal, Irkut may be forced to sell the Su-30Ks to Belarus because the Russian Defense Ministry will not spend the money on old aircraft, and other potential buyers - Syria and Sudan - are out of the picture for political reasons.

RIA NOVOSTI

Russia to deploy S-400 air defense systems in joint drills with Belarus



S-400 air defense system
03:52 16/09/2011
MOSCOW, September 16 (RIA Novosti)


Russia will deploy advanced S-400 air defense systems during joint military exercises with Belarus in September, a spokesman for the Russian Defense Ministry said.
The Union Shield 2011 drills will be held in central and southern Russia on September 16-22. The exercises are aimed at improving combat readiness of the Belarus-Russian regional joint force, as well as raising interoperability between the units of the two countries.
Col. Vladimir Drik said on Thursday that S-400 and Pantsir-S air defense systems will be deployed during the operational phase of the exercises at the Ashuluk firing range in the Astrakhan Region.
The Union Shield 2011 drills will involve a total of 12,000 troops, as well as up to 50 aircraft and 200 combat vehicles, including 100 tanks.
Defense and security cooperation is an important part of the Russian-Belarusian Union State's activities. The joint Russian-Belarusian regional military force was formed 10 years ago. Its main objective is to defend the Union State's western border and the member states of the Collective Security Treaty Organization (CSTO).
Moscow and Minsk also signed an agreement in February 2009 on the joint protection of the Russia-Belarus Union State's airspace and the creation of an integrated regional air defense network.

RIANA NOVOSTI

U.S. to deploy ballistic missiles in Poland by 2018



Topic: U.S. missile shield in Europe

U.S. to deploy ballistic missiles in Poland by 2018
19:34 15/09/2011
WASHINGTON, September 15 (RIA Novosti)


The United States will deploy elements of a missile defense shield in Poland by 2018, the U.S. and Poland said in a joint statement on Thursday.
"The United States and Poland are pleased to jointly announce that the Ballistic Missile Defense Agreement of 2008 and its Amending Protocol of 2010 on deployment of the land-based SM-3 system within Poland has entered into force, effective of September 15, 2011," the statement said.
The system will be located at the Redzikowo military base, the statement added, calling it "a significant contribution by our two nations to a future NATO missile defense capability."
Russia has retained staunch opposition to the deployment of missile-defense systems near its borders, claiming they would be a security threat.
NATO says it needs the shield, which will be eventually deployed in the Mediterranean, Poland, Romania and Turkey, to counter the threat of missile attacks from Iran.

RIA NOVOSTI

turkey agrees to host powerful U.S. radar



Turkey agrees to host powerful U.S. radar
17:56 14/09/2011
ANKARA, September 14 (RIA Novosti)


Turkey and the United States signed on Wednesday a memorandum on the deployment of a U.S. radar on Turkish territory as part of a "missile shield" to protect NATO allies from potential ballistic missile threats.
An X-band AN/TPY-2 radar, which is part of the THAAD system designed to intercept medium-range missiles at very high altitudes, will be deployed at a military base in the eastern province of Malatya.
Ankara and Washington say the radar will help provide early warning of missile threats coming from outside Europe. The system is expected to become operational by the end of this year.
According to Turkish media, the radar will be operated from a NATO control center in Germany, but the allies will share data with Turkey.
NATO members agreed to install a missile shield over Europe to protect against ballistic missiles launched by so-called "rogue states" at a summit in Lisbon, Portugal, last year.
An agreement not to pinpoint Iran was reached with Turkey, which had threatened to block the deal if its neighbor was explicitly named as a threat.

RIA NOVOSTI

BERITA POLULER