Pages

Friday, September 16, 2011

Syria may buy more Russian air defense systems



The S-300P surface-to-air missile system
18:00 12/09/2011
ASTRAKHAN (South Russia), September 12 (RIA Novosti)


Syria has shown interest in buying a whole range of advanced Russian air defense systems, a source in the Russian defense industry told RIA Novosti on Monday.
A group of Syrian observers is attending live firing drills during Combat Commonwealth air defense exercises carried out by CIS countries at the Ashuluk firing range in the Astrakhan Region near the Caspian Sea.
"Syria and some other countries are interested in long-range S-300 Favorit systems, medium-range Buk and short-range Tor," the source said. "Syrian experts want to make sure that these systems are indeed modern, powerful and effective weapons."
Syria, a major importer of Russian weapons, has bought MiG-29M fighter jetsPantsir S1E and Buk-M2E air-defense systems from Russia, and hopes to receive MiG-29SMT fighters, Yak-130 combat trainers, Iskander tactical missile systems, and two Amur-1650 class diesel submarines.
Russia earlier announced it would honor a 2007 contract on the delivery of several Bastion anti-ship missile systems armed with Yakhont (SS-N-26) supersonic cruise missiles to Syria, despite efforts by Israel and the United States to stop the deal.
"We hope that the current political crisis in Syria will not affect the sales of Russian weaponry to that country," the source said. "The Syrian side has so far confirmed that it is ready to honor all existing contracts with Russia."
Russian experts believe that the expansion of arms exports to Syria could largely compensate for the loss of lucrative arms deals with Iran and Libya after a UN ban on arms sales to Tehran and the fall of Muammar Gaddafi's regime.

RIA NOVOSTI

Russian army to start receiving new-generation tanks in 2014



T-90 during a military exercise
08:02 10/09/2011
MOSCOW, September 10 (RIA Novosti)
ground
The Russian military is planning to carry out a large-scale rearmament of its armored units with new-generation main battle tanks (MBT) in 2014-2020, the Defense Ministry said on Saturday.
“At present, the Russian scientists are developing a new-generation tank, and in 2014-2020 we are planning to replace the current fleet with new tanks on a large scale, so that the new models will constitute 70% of the total,” Defense Ministry spokesman Lt. Col. Sergei Vlasov said.
According to leading Russian military experts, two models, tentatively dubbed the T-95 and the T-99, are being developed. Both projects are highly classified, and it is still unknown which model will be selected for mass production.
The new tank will feature better firepower, maneuverability, electronics and armor protection than the T-90 MBT.
The Russian Ground Forces are equipped with T-72, T-80 and T-90 MBTs and their variants. The existing state arms procurement program envisions a thorough overhaul of T-72 tanks until 2014.
The T-72 is one of the most widely produced post-World War II tanks, second only to the T-54/55 family, and its basic design has been further developed as the T-90.
“A fully modernized T-72 can easily compete with the most advanced MBTs of our time,” Vlasov said.

RIA NOVOSTI

Korsel Akan Kembangkan Industri Perkapalan di Indonesia



JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP. menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Korea, H.E. Young Sun Kim dalam rangka kunjungan perkenalan, di Mabesau Cilangkap, Kamis (15/9).

Kasau pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia. Selanjutnya Kasau mengharapkan kerjasama yang sudah dirintis sekarang ini dapat berjalan baik diwaktu yang akan datang, khususnya padaProgram KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang.

Duta Besar Korea menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerjasama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerjasama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.

Pada kesempatan itu Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M. Syafii dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Sedang Duta Besar Korea, H.E. Young Sun Kim didamping Athan Moon Dae Cheol.

Sumber : POSKOTA.CO.ID

DPR Pertanyakan Dana Rp485 Miliar di Kemenhan




16 September 2011, Jakarta (MI.com): Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan Kementerian Pertahanan telah melakukan pelanggaran Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Hal tersebut menurut Hasanuddin, terungkap dalam Repat Kerja Komisi I dengan Kemhan dan Mabes TNI pada Rabu (14/9). Hasanuddin menjelaskkan bahwa Kemenhan telah menggunakan APBN-P 2011 tanpa berkonsultasi dengan DPR.

Menurut Hasanuddin, pada awal Juli 2011 Kemenhan mendapatkan dana APBN-P sebesar Rp2,485 triliun. "Jadi pada tanggal 21 Juli kita melakukan rapat maraton dengan Kemenhan mengenai penggunaan dana tersebut," katanya.

Rincian penggunaa dana tersebut adalah Rp2 triliun untuk alutsista dengan rincian Rp1,3 triliun alutsista dari dalam negeri serta Rp700 miliar untuk alutsista luar negeri dan perusahaan swasta, dan Rp485 miliar untuk keperluan nonalutsista.

Hasanudiin menjelaskan, setelah diajukan ke Kementerian Keuangan, Kemenhan mendapat tambahan dana Rp50 miliar, sehingga jumlahnya menjadi Rp2,535 miliar. "Tapi di raker ternyata realisasi anggarannya hanya Rp2,050 miliar," Jelas Hasanuddin.

Ketika ditanyakan keDirektorat Jenderal Perencanaan Pertahanan tentang sisa dana sebesar Rp485 miliar, ternyata tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan. "Mereka bilang untuk membeli barang," ujar Hasanuddin.

Sumber: Media Indonesia

Jika Industri Pertahanan Nasional Belum Sepenuhnya Mampu Harus Dikejar Dengan Kolaborasi Negara Lain


DMC / SUGIANTOJakarta, DMC – Dalam rangka untuk memodernisasi peralatan pertahanan bagi TNI, pemerintah menetapkan kebijakannya yang sangat strategis untuk mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain. Selain itu secara simultan, industri pertahanan nasional saat ini tengah didorong untuk terus meningkatkan kualitas produksi untuk peralatan pertahanan dan kemampuan untuk meningkatkan daya saing.
Meski pemerintah telah berkomitmen dan berupaya untuk memberdayakan Industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Pemerintah ataupun Swasta, jika didalam pelaksanaannya belum sepenuhnya mampu, harus dikejar melalui kolaborasi, produksi dan pengembangan bersama negara lain.

Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Heriyanto saat membuka Lokakarya Kerjasama Pertahanan RI dan Pemerintah Republik Serbia, Kamis (15/9) di Kantor Kemhan RI.

Selain dihadiri oleh Menteri Pertahanan Republik Serbia Dragan Sutanovac beserta delegasinya, lokakarya Kerjasama Pertahanan kedua negara ini juga di isi dengan presentasi Direktur Eksekutif Persenjataan dan Peralatan Pertahanan Perusahaan YUGOIMPORT – SDPR J.P. Industri Pertahanan Republik Serbia, Nenad Miloradovic, Ph.D.
Sehubungan dengan hal tersebut dengan adanya lokakarya kerjasama pertahanan ini, Sekjen berpendapat merupakan forum diskusi untuk membahas beberapa peluang kerjasama bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Republik Serbia juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membangun industri pertahanan Indonesia di masa depan.
Menurut Sekjen, dipahami bahwa teknologi dan kualitas industri pertahanan Serbia telah sesuai dengan standar internasional NATO. Hal ini terbukti secara teknis kemampuan industri pertahanan Serbia memiliki keuntungan dan kualitas dalam hal persenjataan, amunisi ringan, peralatan individu, mesin senjata, kapal patroli cepat dan beberapa lainnya yang diakui oleh banyak negara.
Namun, Sekjen menuturkan seluruh potensi kerjasama dengan beberapa negara akan tetap dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan serta postur pertahanan TNI. “ Pihak Indonesia akan membuka peluang kerjasama jika didalamnya terdapat kemungkinan program Transfer of Tecnology, dan Joint Production,Ujar, Marsdya TNI Eris Heriyanto. (MAW/SR).

DMC

Thursday, September 15, 2011

Mengapa Turki Terima Perisai Rudal NATO



Setelah sepuluh bulan berlalu pasca konferensi tinggi NATO di Lisbon, Ankara akhirnya menyatakan kesediaan menjadi tempat penempatan system perisai rudal NATO. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Selcuk Unal menyatakan bahwa Turki berperan aktif dalam penempatan sistem pertahanan NATO.
Pemerintah Washington berupaya menempatkan program ambisiusnya di negara-negara Eropa Timur, guna meningkatkan pangaruh kekuatan militernya. Menyusul penentangan keras Rusia atas penempatan sistem perisai rudal di Polandia dan Republik Cheko, AS melakukan sejumlah perubahan signifikan.
Presiden AS, Barack Obama menyatakan bahwa kesepakatan perubahan program penempatan sistem perisai rudal di Polandia dan Republik Cheko sebagai upaya meredakan ketegangan di era perang dingin dengan Rusia. Namun Washington sejatinya tidak mengubah kebijakan ekspansifnya. AS memainkan peran strategis dalam program penempatan perisai rudal NATO.
KTT NATO di Lisbon pada November lalu membahas strategi 10 tahun ke depan NATO. Dalam pertemuan itu, Turki diputuskan sebagai tempat paling strategis bagi perisai rudal NATO. AS dan sekutu Eropa mengajak Presiden Rusia Dmitry Medvedev menghadiri KTT NATO di Lisbon itu untuk menggandeng Moskow sekaligus menegaskan bahwa penempatan perisai rudal NATO bukan ancaman bagi Rusia. Ankara pun menerima usulan itu dengan prasyarat menghapus nama Republik Islam Iran sebagai ancaman dan anggota NATO pun menerimananya.
Kini, setelah 10 bulan pasca pengumuman strategi NATO itu, Turki menyatakan kesiapannya menjadi tuan rumah sistem perisai rudal NATO di kawasan. Sontak pernyataan kesiapan Ankara ini disambut hangat oleh AS dan sekutu Eropa, namun memicu kekhawatiran negara-negara tetangga Turki.
Victoria Nuland, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan Washingtom menyambut hangat kesiapan Turki menjadi tuan rumah perisai rudal NATO. Di sisi lain, Dmitry Rogozin memperingatkan Ankara atas keputusannya menerima usulan kontroversial NATO. Duta Besar Rusia untuk NATO itu, menyebut penempatan perisai rudal NATO-AS di Turki akan mengancam keamanan nasional Iran. Diplomat senior Rusia yang dijadwalkan akan bertolak ke Tehran pada akhir September ini mengungkapkan bahwa NATO tidak bisa menipu Rusia, karena di balik perisai rudal itu ada pedang yang siap menebas.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, menilai penempatan sistem rudal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Turki membahayakan stabilitas dan keamanan seluruh kawasan. Ramin Mehmanparast mengatakan, "Sesuai kebijakan pokoknya yang menekankan pencegahan langkah-langkah militer, Iran menyatakan bahwa setiap langkah yang mengacu pada militerisasi atmosfer internasional akan menimbulkan persaingan senjata di dunia dan di kawasan."
Bagi Iran, penguatan kehadiran NATO di kawasan merupakan sumber instabilitas yang tidak akan membuahkan hasil apapun kecuali mendukung dominasi Barat dan berlanjutnya kebijakan imperalis.
Mehmanparast memandang bahwa sistem rudal NATO merupakan kelanjutan proyek serupa yang sejak lama digalakkan Amerika Serikat di Eropa Timur. Menurutnya, Washington masik mengekor kebijakan yang sama pada Perang Dingin dengan menggulirkan rencana-rencananya yang berkedok misi NATO dan dengan cara menyimpangkan opini publik dalam menjustifikasi penempatan sistem perisai rudal di kawasan.
Jubir Deplu itu menegaskan pula bahwa Amerika Serikat terus melancarkan hegemoni politiknya untuk mengubah pilar-pilar keamanan di kawasan demi memuluskan kepentingan Barat. Mehmanparas menambahkan bahwa Iran berharap negara-negara sahabat dan tetangganya lebih peka dan tidak menyediakan tempat bagi kebijakan-kebijakan yang menyulut tensi yang akan berdampak buruk bagi kawasan dan dunia.
Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan mentolerir setiap agresi terhadap kepentingan nasional. Vahidi membuat pernyataan di Tehran pada Selasa (6/9), menyangkut fakta bahwa Turki telah menyetujui untuk menjadi tuan rumah sebuah sistem radar sebagai bagian dari sistem perisai rudal NATO, yang seolah-olah dimaksudkan untuk menangkal ancaman rudal balistik dari Iran. Vahidi mengatakan, "Kami menganggap kehadiran AS dan Barat sebagai sumber masalah dan percaya akan merusak keamanan di negara-negara Muslim serta membahayakan kepentingan mereka."
Banjir kritik atas kebijakan Ankara mengalir dari dalam negeri Turki sendiri. Namik Kemal Zeybek yang pernah menjabat sebagai Menteri Budaya Turki mengkritik pemerintah Ankara yang membeo Washington. Dikatakannya, "Kebijakan Ankara menerima penempatan sistem pertahanan rudal milik NATO di wilayah Turki merupakan langkah yang keliru." Kemal Zeybak menegaskan, "Prakarsa penempatan sistem pertahanan rudal NATO pada dasarnya adalah rencana AS yang akan berakibat buruk bagi Turki. Sebab, negara ini akan menjadi front terdepan bila terjadi perang di kawasan."
Menyusul kebijakan kontroversial Ankara tersebut, Organisasi Kebebasan di Turki mengecam prakarsa penempatan sistem pertahanan rudal di NATO, dan menilainya sebagai langkah anti-ummat Islam di kawasan. Untuk itu, Organisasi Kebebasan Turki menuntut supaya Ankara mencabut kembali pernyataannya menerima tawaran NATO tersebut.
Menyikapi gelombang kritik yang mengalir semakin deras atas kebijakan Turki menerima usulan NATO, Ankara menyatakan bahwa penempatan sistem perisai rudal itu tdak akan mengancam satupun negara tetangga Turki. Tampaknya statemen ini mengundang pertanyaan besar. Jika benar sistem perisai rudal itu tidak akan mengancam negara lain yang bertetangga dengan Turki, lalu untuk apa AS mengeluarkan biaya besar-besaran untuk mendanai penempatan sistem perisai rudal di NATO di Turki?
Sejarah membuktikan bahwa AS senantiasa punya motif terselubung seperti yang dilakukannya di Afghanistan dan Irak. Sikap terbaru Ankara menerima usulan NATO tidak bisa dilepaskan dari tekanan masif Washington terhadap Turki. Menlu AS, Hillary Clinton dan mantan Menteri Pertahanan, Robert Gates memperingatkan Ankara dengan menyebut penempatan sistem perisai rudal sebagai ujian bagi kemitmen Turki terhadap Barat.
Para analis politik menilai penempatan sistem perisai rudal NATO di Turki sebagai upaya Barat menyeret negara-negara tetangga Iran untuk memusuhi Tehran dan mengucilkannya di tingkat regional dan internasional. Padahal, Iran dengan kekuatan militernya yang tangguh justru berperan sebagai faktor penjaga stabilitas kawasan dan dunia. (IRIB)

IRIB

Tiga Kapal Perang Turki Akan Bayangi Israel



Seiring memanasnya hubungan antara Ankara dan Tel Aviv, sebuah koran cetakan Turki mengabarkan pengerahan tiga kapal perang Turki ke timur Laut Mediterania.
Koran Sabah, Senin (12/9) dalam situsnya menulis, tiga kapal perang Turki akan dikerahkan ke timur Laut Mediterania untuk mengambil strategi baru menghadapi rezim Zionis Israel.
Pengiriman kapal-kapal perang itu sejalan dengan kebijakan pemerintah Ankara untuk menciptakan keamanan laut di timur Mediterania dan mengawal kapal-kapal bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza.
"Jika Israel menggelar operasi terhadap kapal sipil di luar 12 mil garis pantai di Laut Mediterania dan perairan internasional, maka kapal-kapal perang Turki akan bertindak untuk memberi perlindungan," tambah harian tersebut.
Hubungan antara Turki dan Israel, dua sekutu dekat AS di kawasan, telah memburuk sejak pasukan komando Israel naik ke kapal Mavi Marmara pada Mei 2010. (IRIB/RM)

IRIB

BERITA POLULER