Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) berencana menggelar manuver militer besar-besaran setelah merampungkan beberapa tahap latihan pendahuluan.
Latihan pendahuluan selama tiga hari diberi nama "Fadaeeyan Harim Wilayat-3" (Pembela Wilayat-3), sementara manuver utama akan dimulai pada Selasa (13/9), IRNA melaporkan.
Juru bicara manuver ini, Hossein Chit-Foroush mengatakan bahwa tahap ketiga dan terakhir dari manuver udara tersebut digelar di barat laut Iran pada Senin dini hari.
"Latihan itu melibatkan berbagai jenis jet tempur, termasuk Saeqeh, F-4, F-7, Mig-29 dan Sukhoi-24 serta C-130 penerbangan taktis," jelasnya.
IRIAF memainkan peran penting dalam mempertahankan wilayah udara negara. Latihan ini untuk menguji dan meningkatkan kemampuan defensif Iran dalam kasus serangan apapun.
Sementara itu, wakil ketua Pangkalan Pertahanan Udara Khatam Al Anbiya, Mohammad Qorbani mengatakan pada hari Ahad bahwa Iran telah mencapai swasembada dalam sistem simulator manufaktur rudal.
Pakar Iran saat ini memproduksi banyak sistem simulator, yang dibutuhkan untuk pertahanan udara dalam negeri, tambahnya.
Para komandan senior Iran mencatat bahwa pangkalan tersebut telah berhasil memproduksi sistem rudal, dengan kecanggihan taktis yang jauh lebih baik. (IRIB/RM)
|
Thursday, September 15, 2011
Gelar Manuver, Iran Kerahkan Semua Jenis Jet Tempur
Jet Tempur Iran Muntahkan Berbagai Jenis Rudal
Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) telah menembakkan berbagai jenis rudal pada pada hari pertama manuver udara terbesar.
Jet-jet tempur Iran dalam taktik ofensif, telah melepaskan berbagai jenis rudal dari udara ke darat, termasuk bom serta rudal termal dan laser. Tembakan-tembakan itu berhasil mengenai target di bumi, kata juru bicara manuver, Hossein Chitforoush pada hari Selasa (13/9).
Dia menambahkan bahwa manuver itu untuk menguji kinerja pasukan, pesawat pembom, pesawat pengangkut, dan penerbangan taktis serta pesawat tanpa awak.
Pesawat tempur Saeqeh serta F-4, F-5, F-7, Mig-29 dan Sukhoi-24, telah melakukan serangan udara terhadap sasaran-sasaran dengan gesit, ujar komandan Iran ini. (IRIB/RM)
Sumber IRIB
|
KSAU Harap Program Pesawat Tempur I/KFX Lancar
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU ), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengharapkan kerja sama yang sudah dirintis sekarang ini dengan Korea Selatan, dapat berjalan baik di waktu yang akan datang, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi akan datang.
Hal ini disampaikan Imam saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Korea, HE Young Sun Kim, dalam rangka kunjungan perkenalan, di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (15/9/2011).
Imam pada kesempatan itu menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.
Young Sun Kim menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan, sehingga nantinya kerja sama itu akan saling menguntungkan bagi kedua negara.
SUMBER kOMPAS
Nanggala-402 Perkuat TNI AL
SUMBER SUARA KARYA
TNI Wajib Merawat Alutsista
16 September 2011, Jakarta (SINDO): Personel TNI Angkatan Udara diperintahkan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap kondisi dan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki.
Perawatan harus terus dilakukan karena matra ini sangat mengandalkan sistem persenjataan. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, alutsista merupakan komponen utama dalam pertahanan. Kualitas alutsista, ujarnya, sangat menentukan tingkat kredibilitas pertahanan suatu negara.
Pada era teknologi seperti sekarang ini, jelasnya, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal. Selain itu, juga terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni.Di lingkungan TNI AU, tugas-tugas yang menyangkut kesiapan alutsista diemban oleh Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau).
Unit ini memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI AU, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi, serta publikasi teknik. ”Unit ini sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,” tegas Imam di Jakarta kemarin.
Dia menyatakan, sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek adalah mengantisipasi accident dalam satu tahun ke depan. Sedangkan sasaran jangka panjang adalah menjadikan TNI AU sebagai the first class air force.
Sumber: SINDO
Skadron 31 Angkat Nama Indonesia di Dunia Internasional
14 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Skadron Udara 31 TNI AU sarat pengalaman misi internasional yang mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.
Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI M. Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko secara sebagai Komandan Skadron Udara 31 di Jakarta, Rabu (14/9/2011) mengatakan, kualitas profesional harus dijaga dengan pengalaman tugas internasional yang dimiliki satuan itu.
"Kita harus menumbuh kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasikan", kata Danlanud.
Skadron Udaa 31 terlibat misi kemanusiaan bantuan bencana luar negeri seperti Iran, Pakistan, Philipina, Myanmar, China dan lain-lain. Di dalam negeri, Skadron Udara 31 terlibat Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya tsunami di Aceh, Sibolga, gempa bumi di Yogyakarta, Manokwari, Maumere dan Bengkulu.
Untuk menjaga kualitas kesatuan, Danlanud Halim meminta para prajurit menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan suasana negatif, menjaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktivitas kerja meningkat.
Komandan Skadron Udara 31 yang baru, Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko adalah Alumni AAU 1994 sebelumnya menjabat Kasi Base Ops Dinas Operasi Lanud Halim Perdanakusuma.
Sedangkan pejabat lama Letkol (Pnb) Iman Handojo, Alumni AAU 1993, akan menempati jabatan baru sebagai Pabandyadalkual Paban VI/Binprofops Sopsau di Mabes TNI AU Cilangkap.
Sumber: KOMPAS
Persenjataan Serbia Lebih Murah
LRSVM Selfpropelled Multitube Modular Rocket Launcher produksi Serbia. (Foto: vti)
13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.
“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).
Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.
Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.
“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.
Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar
Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)
Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Sumber: Jurnas
13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.
“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).
Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.
Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.
“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.
Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar
Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)
Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Sumber: Jurnas
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...