Pages

Thursday, September 15, 2011

TNI Wajib Merawat Alutsista




16 September 2011, Jakarta (SINDO): Personel TNI Angkatan Udara diperintahkan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap kondisi dan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki.


Perawatan harus terus dilakukan karena matra ini sangat mengandalkan sistem persenjataan. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, alutsista merupakan komponen utama dalam pertahanan. Kualitas alutsista, ujarnya, sangat menentukan tingkat kredibilitas pertahanan suatu negara.

Pada era teknologi seperti sekarang ini, jelasnya, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal. Selain itu, juga terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni.Di lingkungan TNI AU, tugas-tugas yang menyangkut kesiapan alutsista diemban oleh Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau).

Unit ini memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI AU, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi, serta publikasi teknik. ”Unit ini sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,” tegas Imam di Jakarta kemarin.

Dia menyatakan, sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek adalah mengantisipasi accident dalam satu tahun ke depan. Sedangkan sasaran jangka panjang adalah menjadikan TNI AU sebagai the first class air force.

Sumber: SINDO

Skadron 31 Angkat Nama Indonesia di Dunia Internasional




14 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Skadron Udara 31 TNI AU sarat pengalaman misi internasional yang mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.

Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI M. Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko secara sebagai Komandan Skadron Udara 31 di Jakarta, Rabu (14/9/2011) mengatakan, kualitas profesional harus dijaga dengan pengalaman tugas internasional yang dimiliki satuan itu.

"Kita harus menumbuh kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasikan", kata Danlanud.

Skadron Udaa 31 terlibat misi kemanusiaan bantuan bencana luar negeri seperti Iran, Pakistan, Philipina, Myanmar, China dan lain-lain. Di dalam negeri, Skadron Udara 31 terlibat Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya tsunami di Aceh, Sibolga, gempa bumi di Yogyakarta, Manokwari, Maumere dan Bengkulu.

Untuk menjaga kualitas kesatuan, Danlanud Halim meminta para prajurit menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan suasana negatif, menjaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktivitas kerja meningkat.

Komandan Skadron Udara 31 yang baru, Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko adalah Alumni AAU 1994 sebelumnya menjabat Kasi Base Ops Dinas Operasi Lanud Halim Perdanakusuma.

Sedangkan pejabat lama Letkol (Pnb) Iman Handojo, Alumni AAU 1993, akan menempati jabatan baru sebagai Pabandyadalkual Paban VI/Binprofops Sopsau di Mabes TNI AU Cilangkap.

Sumber: KOMPAS

Persenjataan Serbia Lebih Murah



LRSVM Selfpropelled Multitube Modular Rocket Launcher produksi Serbia. (Foto: vti)

13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.

“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).

Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.

Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.

Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.

“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.

Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar

Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)

Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.

Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)

Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.

Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.

Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.

Sumber: Jurnas

KSAU Bahas Pesawat Tempur RI-Korea



 
KFX/IFX/F-33 STEALTH

Model jet tempur KF-X yang akan dikembangkan oleh Korsel dan Indonesia.

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat membahas proyek pesawat tempur RI-Korea Selatan dengan Duta Besar Korea HE Young Sun-kim dalam kunjungan perkenalan di Mabes TNI AU di Cilangkap, Kamis (15/9/2011).

"Agar kerja sama terus berlangsung baik, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang," kata KSAU.

KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Duta Besar Korea Selatan menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerja sama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.

KSAU pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.

KSAU didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M Syafii, dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Adapun Duta Besar Korea HE Young Sun-kim didampingi Atase Pertahanan Moon Dae Cheol.


Sumber: KOMPAS

RI Taksir Munisi Kaliber Besar Serbia



Self-Propelled Howitzer 122mm SORA buatan Serbia. (Foto: vti)

15 September 2011, Jakarta (Jurnas): Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) diperkirakan akan membeli Munisi Kaliber Besar (MKB) buatan Serbia. Siang ini, produsen senjata Serbia Yugoimport SDRP J.P melakukan presentasi produk industri pertahanan mereka dalam acara Lokakarya Kerjasama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo, Kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

“Kita nggak bisa bandingkan dengan negara lain karena masing-masing punya beberapa keunggulan.

Tapi dibanding yang lain, Serbia unggul di bidang munisi,”kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.

Menurut Eris, senjata buatan Serbia memiliki daya jangkau yang tinggi disebabkan faktor munisi yang baik. “Tapi masih akan kami kaji. Saya sampaikan pada Dirtekind untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan, yang ada pada mereka,”katanya.

“Untuk produk lain ada saingan misalnya Korea, Turki, Prancis. Tapi munisi besar mereka unggul,”kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso.

Namun begitu, kata Agus, Perlu dilakukan kajian mengenai fungsi, kebutuhan, dan biaya yang harus dikeluarkan Indonesia. “Nanti kita bilang, bikin munisi sama dia. Tapi nantinya Pindad harus investasi. Jadi harus dibicarakan,”katanya.

Dia menambahkan, Indonesia sudah pernah membeli munisi berat Serbia, ketika negara ini masih bernama Yugoslavia, T 105 mm. Agus berharap, RI- Serbia tidak hanya melakukan jual beli, tapi kerjasama dalam bentuk join production. “Kalau bisa ada transfer teknologinya, jangan cuma beli doang. Kita ingin ini betul-betul terealisasi,”katanya.

Jika ini dapat terwujud, lanjut Agus, kedua negara bisa melakukan kerjasama lebih lanjut. “Teknologi-teknologi lain yang merupakan turunannya, propelant, selongsong, komponen tank, komponen pesawat bisa saja dilakukan kalau dia sebagai original productnya,” tambah Agus.

Sekjen Kemhan: Kerja Sama RI-Serbia Harus Sesuai Kebutuhan

Indonesia dan Serbia sepakat untuk melakukan kerja sama produksi dibidang pertahanan. Hal ini akan ditindaklanjuti setelah Kementerian Pertahanan melakukan studi kelayakan terhadap industri pertahanan Serbia.

Menurut Sekjen Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, Kemhan akan mempelajari kemungkinan kerja sama sesuai kebutuhan Indonesia. Kerja sama produksi itu, kata dia, harus sejalan dengan postur dan agenda penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai Minimal Essential Forces (MEF) Indonesia. “Saya lihat mereka sangat memberi kesempatan pada kita untuk memberikan teknologi,”katanya usai menghadiri Lokakarya Kerja sama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

Menurut dia, kebijakan untuk melakukan kerja sama produksi dilakukan setelah evaluasi diantara negara yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan Indonesia. Kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan, dan keuntungan teknologi yang bisa didapatkan Indonesia. “Jika itu terpenuhi, itu yang akan ditindak lanjuti,”kata Eris.

Presentasi Alutsista oleh YugoImport SDPR J.P dari Serbia yang dilakukan siang ini, kata Eris, untuk menjajaki keinginan Indonesia di bidang senjata dengan apa yang bisa dipenuhi Serbia. “Saya sampaikan pada Direktur Teknologi Industri Pertahanan, untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan yang ada pada mereka,”jelasnya.

Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso mengatakan, Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan akan melakukan studi kelayakan agar dapat membandingkannya dengan tawaran negara lain. “Kita harus menghimpun datanya, hingga punya bandingan dengan negara lain, biayanya berapa, investasi industrinya berapa, jumlah yang bisa kita produksi, itu harus dibanding-bandingkan dengan yang lain,”kata Agus.

Sumber: Jurnas

Serbia Promosi Senjata ke Indonesia



Soko J-22 Orao hasil kerjasama perusahaan Serbia Soko dan Avioane Craiova dari Rumania. (Foto: Republic of Serbia MoD)

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Republik Serbia mempromosikan industri pertahanan mereka ke Indonesia, Kamis (15/9/2011) di Kementerian Pertahanan.

Menteri Pertahanan Serbia, Dragan Sutanovac, menjelaskan, pihaknya memiliki industri pertahananan sejak tahun 1950-an yang memproduksi beragam jenis senjata.

"Kami juga memiliki keahlian dalam pembuatan amunisi, kedokteran militer, dan fasilitas pelatihan," kata Dragan.

Dragan juga menawarkan beasiswa untuk siswa perwira TNI belajar di Serbia. Saat ini, siswa dari Jerman, China, dan Rusia belajar di Serbia.

Wakil Presiden Direktur Yugo Impor (produsen senjata Serbia) memberi paparan produk senjata Serbia dari tank tempur utama (main battle tank), rudal alas, pesawat jet latih tempur, hingga peluncur roket multi-tabung.

Sumber: KOMPAS

TNI AU dan Singapura Latihan di Pekanbaru



F-5 RSAF. (Foto: Australia DoD)

15 September 2011, Pekanbaru (KOMPAS): Skadron Tempur (Skapur) TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) berlatih bersama di Pekanbaru, Riau, Kamis (15/9/2011).

Latihan Joint Fighter Weapon Course (JFWC) TNI AU - RSAF diikuti Skadron F-5 dan F-16 RSAF, serta Skadron Hawk-109/209, Skadron F-5 dan Skadron F-16 TNI AU.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengatakan, latihan itu merupakan salah satu kegiatan latihan bersama terbesar, dari yang pernah dilaksanakan TNI AU dan RSAF.

Rencananya latihan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 11 November 2011 dan akan ditutup oleh KASAU dan CAF RSAF. Latihan itu merupakan lanjutan kegiatan serupa pada tanggal 11 Agustus 2011 di Singapura.

TNI AU-RAAF Persiapkan Latihan di Australia

Untuk meningkatkan profesionalitas penerbang, TNI Angkatan Udara Indonesia dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan menggelar latihan bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus, Rabu (14/9/2011), mengatakan, saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga perwira menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan, sedangkan dari RAAF sebanyak sepuluh perwira dipimpin Komandan Skuadron Sam Wright," kata Azman.

Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama di mana kedua pihak akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).

Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dengan Sandi Elang Ausindo.

Sumber: KOMPAS

BERITA POLULER