KFX/IFX/F-33 STEALTH
KLAIM Malaysia atas blok
konsesi Ambalat di Provinsi Kalimantan Timur lima tahun lalu dengan
menggerakkan kapal perangnya di sekitar Karang Unarang membuat marah
petinggi TNI. Cilangkap menganggap ini merupakan penghinaan teritorial
NKRI terbesar sepanjang 40 tahun terakhir karena berkaitan dengan
manuver kapal perang asing yang melakukan provokasi terang-terangan
sampai menyandera pekerja pembuatan mercusuar Karang Unarang.
SUKHOI 35-BM Yang diminati TNI AU
Mabes TNI kemudian melakukan operasi militer dan intelijen dengan
mengerahkan gugus tempur laut berupa kapal perang jenis fregat dan
korvet serta satuan tugas pasukan marinir ke lokasi Ambalat, Sebatik,
Nunukan dan Tarakan. TNI juga menempatkan sejumlah pesawat tempur di
Balikpapan dan Tarakan, kemudian mengusir tegas kapal perang Malaysia
dari perairan Ambalat sekaligus memastikan kehadiran permanen 5-6 kapal
perang yang siap siaga 24 jam dalam sehari di perairan itu.
Kondisi ini tentu bukan untuk hangat-hangat tahi ayam. Petinggi TNI
pasti tahu bahwa urusan klaim teritorial memerlukan waktu penyelesaian
bertahun-tahun dan selama waktu itu TNI harus terus melakukan pengawasan
penuh atas wilayah konflik perbatasan.
Dalam perjalanan waktu itu tentu saja pemikir strategis TNI bersama
Kementerian Pertahanan melakukan olah pikir dan olah daya sembari
menginventarisasi kekuatan alutsista yang dimiliki dan lalu dibandingkan
dengan kekuatan alutsista milik tetangga.
Sebagai negara kepulauan terbesar, tentu saja kekuatan angkatan laut dan
udara merupakan kekuatan pukul utama manakala negara dalam keadaan
diserang negara lain, baik skala terbatas maupun skala luas. Nah,
setelah dihitung-hitung dengan cermat, maka dimulailah program
peremajaan alutsista dengan membeli ke berbagai negara.
Beberapa jenis alutsista yang dibeli bisa disebut beli murni, misalnya
jet tempur Sukhoi, namun beberapa jenis lain dibeli dengan metode ToT
(transfer of technology), contohnya kapal perang jenis LPD dari Korea
Selatan.
Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 ini, berbagai alutsista
strategis sudah ada dalam genggaman TNI bersama perkuatan personel.
Bisa disebut 4 korvet Sigma buatan Belanda, 4 LPD (Landing Platform
Dock) kerja sama Korsel-PAL, integrasi sistem tempur dengan rudal
Yakhont pada KRI Fregat Ahmad Yani Class,pasang rudal C802 di sejumlah
Kapal Cepat Rudal, dan kerja sama pembuatan rudal C705 dengan China.
Kemudian overhaul Kapal Selam KRI Nanggala di Korsel (bonusnya hibah 10
tank amfibi LVT-77 ), pembuatan puluhan kapal cepat rudal di PAL dan
galangan kapal nasional, pembuatan kapal perang jenis LST. Tambahan 6
Sukhoi, 17 tank amfibi BMP-3F sudah memasuki pangkalan arsenal TNI, juga
instalasi radar militer di Indonesia Timur yaitu di Biak, Merauke,
Timika dan Saumlaki.
Langkah Berani
Saat ini, TNI juga sedang mempersiapkan pembentukan skuadron UAV di
Pontianak dan Pekan Baru, menunggu kedatangan 16 Super Tucano, menanti
kedatangan 16 jet latih / tempur T-50 dari Korsel dan menambah kembali
pesanan 6 Sukhoi untuk melengkapi jumlah yang ada saat ini, yaitu 10
unit, menjadi kekuatan penuh satu skuadron (16 unit).
Yang menggembirakan tentu saja adanya hibah 30 unit F16 blok 32 dari
Amerika Serikat yang sudah disetujui, kemudian melakukan upgrade 8
Hercules, pesan 4 heli Cougar dari Prancis, pesan 4 CN 235 ASW dari PT
DI. Tak ketinggalan juga menambah inventory tank amphibi dengan memesan
kembali 56 unit BMP-3F dari Rusia.
Kekuatan lima heli tempur serbu jenis MI35 dan 12 Mi17 buatan Rusia
sudah hadir di skuadron Penerbad. Kemudian pengadaan ratusan rudal QW3
untuk Marinir dan Paskhas, pembelian rudal Exocet terbaru untuk 4 KRI
Sigma, pembuatan 154 panser Pindad, kerja sama pembuatan 44 panser Canon
dengan Korsel, pengadaan rudal antitank.
Perluasan pangkalan TNI AL di Padang, Tarakan, Kupang dan Merauke sudah
selesai, pembangunan pangkalan TNI AU di Tarakan untuk menampung segala
jenis pesawat tempur, penambahan puluhan batalyon infantri, mekanis,
marinir dan Paskhas, pembentukan divisi 3 Kostrad. Setidaknya ini yang
tampak di depan mata.
Pada 2010, program alutsista dipertajam dengan membangun industri hankam
dalam negeri dengan memberdayakan PT PAL, PT DI, Pindad, Lapan dan
industri alutsista swasta untuk menghasilkan produksi dalam negeri,
termasuk kerja sama dengan LN membangun alutsista di Tanah Air.
Senjata SS2, mortir, amunisi, bom Sukhoi, kapal cepat rudal, kapal
trimaran, kapal jenis LST, helikopter, pesawat angkut dan patroli CN235,
roket Lapan, panser Anoa adalah buah pemberdayaan industri alutsista
dalam negeri yang sudah menampakkan hasil. Kerja sama melalui transfer
teknologi dengan Korsel adalah 4 kapal LPD, dua dibuat di Korsel dan dua
lainnya di PAL Surabaya. Demikian juga dengan pembuatan 40 panser
Canon, separo di Korsel sisanya di Pindad. Langkah berani Kemhan adalah
melakukan terobosan besar di bawah kepemimpinan Menhan Purnomo
Yusgiantoro dengan melakukan kerja sama strategis pembuatan pesawat
tempur KFX bersama Korsel. Kualitas jet tempur ini di atas F16 dan
hasil kerja sama ini nantinya Indonesia akan menerima 50 unit jet tempur
generasi 4,5 dan bisa memproduksi sendiri.
Kerja Sama
Kemudian Kemhan juga meluncurkan pembuatan 10 kapal perang jenis PKR
kerja sama dengan Damen Schelde Belanda. Akhir tahun 2010 sudah dimulai
pengerjaannya dengan membuat 2 PKR Light Fregat. Perusahaan swasta
Lundin yang berlokasi di Banyuwangi sedang mempersiapkan beberapa kapal
perang jenis trimaran.
Galangan kapal swasta di Batam sudah menghasilkan 1 kapal cepat rudal
yaitu KRI Clurit dan sedang membuat beberapa KCR lainnya. Proyek rudal
strategis Lapan-Pindad sedang berjalan, bahkan Lapan-Pindad saat ini
sedang memproduksi massal ribuan roket Rhan setelah dilakukan uji tembak
di pusat latihan tempur Baturaja Sumatera Selatan beberapa waktu yang
lalu.
Untuk jangka panjang, memproduksi alutsista buatan negeri sendiri
sesungguhnya memberikan nilai yang tinggi bagi generasi bangsa. Betapa
tidak, mereka yang diwarisi dengan industri hankam strategis akan merasa
sangat bangga bahwa tanah airnya yang bernama Indonesia sudah mampu
memproduksi pesawat angkut, pesawat tempur, helikopter, kapal perang,
kapal selam, tank, rudal dan lainnya. Kondisi ini akan memberikan
semangat bertanah air yang tinggi.
Ingat cara Soekarno membuat proyek bernilai nasionalis tinggi, Masjid
Istiqlal, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monas, Jembatan Semanggi,
Jembatan Ampera. Itu semua dibangun ketika ekonomi rakyat berkategori
sangat miskin, namun sekarang menjadi kebanggaan bangsa dan rakyat kita.
Kita berharap pembangunan industri alutsista dalam negeri ini berjalan
konsisten, terpadu, terarah dan transparan tanpa benturan konflik
kepentingan.
Soalnya musuh terbesar dalam program ini adalah ketidakkonsistenan itu
sendiri dan intelijen makelar senjata yang selalu merayu petinggi Kemhan
dengan berbagai cara, dengan iming-iming komisi menggiurkan untuk
memakai alutsista buatan pabrik kapitalis ini dan itu. Mudah-mudahan
Menhan Purnomo yang enerjik, lincah dan berakal cerdik itu bersama
pengambil keputusan di Kemhan dan Mabes TNI mampu berjalan seiring, seia
sekata untuk menghasilkan alutsista strategis buatan anak bangsa,
mewariskan kehormatan dan kebanggaan pada generasi bangsa. (24)
—Jagarin Pane, pemerhati alutsista TNI.
Sumber :
Suara Merdeka