Ujicoba penembakan rudal Yakhont dari KRI Oswald Siahaan-354 di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4). Rudal buatan Rusia tersebut mempunyai jangkauan tembak 300 km dengan kecepatan terbang 2 mach, daya ledak 300 kg, ketinggian (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/spt/hm/11)
21 April 2011, Bengkulu (ANTARA News): TNI Angkatan Laut melakukan uji coba enam senjata strategis di Samudera Hindia atau sebelah barat Selat Sunda, Rabu (20/4).
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, mengatakan, uji coba beberapa senjata strategis itu sebagai upaya untuk menjaga kedaulatan dan tegaknya NKRI.
"TNI AL sebagai salah satu pertahanan negara dituntut berperan aktif dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara," katanya.
Penembakan uji coba itu bertujuan untuk mengetahui kehandalan, akurasi sasaran dan daya hancur yang ditimbulkan serta untuk meningkatkan kemampuan anggota TNI AL dalam melaksanakan operasi tempur laut.
Uji coba enam senjata strategis, yakni rudal Yakhont, Exocet MM-40, Torpedo SUT, Mistral, Sea Cat dan RBO 6000 itu tanpa disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, tiga kepala staf angkatan dan anggota Komisi I DPR RI, yang rencananya akan hadir.
Dalam uji coba itu, rudal Yakhont saat ditembakkan KRI Oswald Siahaan (OWA)-354 jenis perusak kawal rudal kelas Fregat Van Speijk langsung melesat ke atas menuju sasaran eks kapal perang KRI Teluk Bayur-502 produk Amerika hingga tenggelam dengan jarak sekitar 250 kilometer. KRI Teluk Bayur yang telah memperkuat TNI AL sejak 1961 sudah tidak lagi digunakan oleh sejak 2011.
Rudal Yakhont yang ditembakkan itu merupakan bagian dari empat rudal tersebut yang dibeli dalam sepanjang anggaran TNI hingga 2024.
Sedangkan, rudal Exocet MM-40 dan rudal penangkis serangan udara Mistral akan ditembakkan dari KRI Hassanuddin-366 (jenis PKR kelas Korvet Sigma, dan torpedo SUT ditembakkan dari kapal selam KRI Cakra-402, "Sea Cat" ditembakkan dari KRI Karel Satsuit Tubun-358 (jenis PKR kelas Fregat Van Speijk, dan RBO 6000 ditembakkan dari KRI Cut Nyak Dien-375 (perusak kawal kelas Korvet Parchim).
"Kapal yang menjadi sasaran telah berhasil dihancurkan dan tenggelam," ujarnya.
Alasan dibelinya rudal Yakhont dari Rusia, kata Iskandar, karena berdasarkan kajian rudal Yakhont bisa memenuhi standar geografi di Indonesia.
"Rudal ini kita sudah dibeli dan di uji coba," katanya yang enggan menyebutkan berapa jumlah rudal yang telah dibelinya tersebut.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Tri Prasodjo, mengatakan, uji coba senjata strategis itu untuk menguji kehandalan dan akurasi senjata terhadap sasaran.
Menurut dia, beberapa rudal Yakhont yang dibeli oleh TNI AL dari Rusia itu memiliki kecepatan hingga mencapai dua mach atau dua kali melebihi kecepatan suara dengan jangkauan sasaran 300 kilometer. Harga satu rudal Yakhont mencapai 12 juta dollar Amerika.
"Sebagai TNI yang siap bertempur kita harus melengkapi persenjataan, kapal perang kita harus dilengkapi dengan senjata yang cocok dan canggih," kata Tri.
Menurut dia, sekitar 1000 orang personil dilibatkan dalam latihan tersebut dengan kapal perang sebanyak 12 unit dan pesawat intai maritim.
Komandan Gugus Tugas Senjata Strategis TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjarnahor, mengatakan, dalam uji coba rudal Yakhont, KRI OWA-354 berada pada posisi 250 kilometer dari sasaran.
"Dengan jarak seperti itu hanya membutuhkan waktu sekitar enam menit hingga mencapai sasaran," katanya.
Sulaeman mengatakan, TNI AL melibatkan sekitar 19 kapal perang dan empat unit helikopter untuk melakukan uji coba itu.
Menurut dia, rudal Yakhont sebenarnya sudah dimiliki TNI AL sejak tahun 2007, namun baru bisa melakukan uji coba rudal Yakhont karena untuk mengintegrasikan kapal dengan rudal membutuhkan waktu yang lama.
"Rudal Yakhont tidak didesain untuk menenggelamkan kapal, tapi hanya untuk melumpuhkan kapal," kata Sulaeman seraya menambahkan masa pakai rudal bisa mencapai 20 hingga 30 tahun, namun perlu dikaji kembali, mana yang lebih pas.
Sumber:
ANTARA News