Pages

Tuesday, April 19, 2011

Kadispenal: Uji Coba Rudal Untuk Akurasi Sasaran


Sejumlah anggota TNI AL berada tak jauh dari nose cap Rudal Yakhont milik TNI AL, di buritan KRI Oswald Siahaan-354 saat sandar di Dermaga Madura Koarmatim, Ujung Surabaya, Sabtu (16/4). Rudal Yakhont buatan Rusia tersebut memiliki spesifikasi, kecepatan 750 m per detik, jangkauan sasaran 300 Km, berat 3040 Kg, panjang 8,9 m dan berat hulu ledak 200 Kg. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/nz/11)

19 April 2011, Jakarta (ANTARA News); Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Muda Tri Prasodjo, mengatakan, uji coba senjata strategis yang akan dilakukan di Samudra Hindia atau sebelah barat Selat Sunda pada Rabu (20/4) dilakukan untuk mengetahui kehandalan akurasi sasaran.

Kepada wartawan di Jakarta, Selasa, Tri Prasodjo mengatakan, sejumlah senjata strategis yang akan diuji coba adalah rudal Yakhont, Exocet MM-40, Torpedo SUT, Mistral, Sea Cat dan RBO 6000.

"Rudal Yakhont yang dibeli dari Rusia sekitar 1,2 juta dolar Amerika Serikat merupakan senjata baru, sehingga perlu diuji coba," katanya.

Menurut dia, beberapa rudal Yakhont yang dibeli oleh TNI AL dari Rusia itu memiliki kecepatan hingga mencapai dua march atau dua kali melebihi kecepatan suara dengan jangkauan sasaran 300 kilometer.

"Sebagai TNI yang siap bertempur, kita harus melengkapi persenjataan, kapal perang kita harus dilengkapi dengan senjata yang cocok dan canggih," kata Tri.

Dia mengatakan, sekitar 1.000 personel dilibatkan dalam latihan tersebut dengan kapal perang sebanyak 12 unit dan pesawat intai maritim.

"Kapal-kapal perang kita akan menghancurkan eks kapal perang KRI Teluk Bayur hingga tenggelam," ujarnya seraya mengatakan bahwa uji coba akan dimulai pada Rabu (20/4) pagi.

Masing-masing akan ditembakan dari sebuah KRI menuju satu target sasaran berupa kapal di tengah laut. Rudal Yakhont yang akan ditembakan dari KRI OWA-354, merupakan bagian dari empat rudal tersebut yang dibeli dalam sepanjang anggaran TNI hingga 2024.

Sedangkan, Exocet MM-40 dan Mistral akan ditembakan dari KRI Hassanuddin 366, sementara torpedo SUT ditembakan dari KRI Cakra-402, "Sea Cat" ditembakan dari KRI Karel Satsuit Tubun-358, dan RBO 6000 ditembakan dari KRI Cut Nyak Dien.

Uji coba akan disaksikan pula Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, tiga kepala staf angkatan, Menko Polhukam Djoko Suyanto dan beberapa anggota Komisi I DPR.

Uji coba itu juga merupakan pertanggungjawaban TNI kepada publik.

Sumber: ANTARA News

Monday, April 18, 2011

Melawan Bajak Laut Somalia


Kapal Indonesia dan awaknya disandera perompak Somalia. Negosiasi atau aksi militer?
Jum'at, 15 April 2011, 22:35 WIB
Edy Haryadi, Fadila Fikriani Armadita, Mohammad Adam, Dedy Priatmojo, Denny Armandhanu, Elin Yunita Kristanti
Pasukan khusus Korsel membekuk perompak Somalia di Laut Arab (AP Photo/Arabian Navy via Yonhap)
Tiba pukul 11 siang. Kiki merasa ada yang ganjil di rumah itu. Ibu dan sang kakak cuma sekedar menyambut  Sesudah itu mereka diam. Lalu murung. Kiki tak bertanya ada apa gerangan. Perut lapar mengajak ke dapur. Siang itu dia makan dengan lauk dua rendang.
Sesudah itu dia masuk kamar. Membaca buku, lalu shalat Dzuhur pukul 12 siang. Belum lagi membereskan mukena, ibunya masuk kamar. Berusaha tenang dia menyampaikan. “Ayahmu diculik bajak laut di Somalia.”
Reski Judiana begitu nama lengkap Kiki semula tak percaya, lalu menangis histeris. Pecahlah tangisan di keluarga ini. Kiki, sang ibu juga abangnya, Rezka Judittya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
Sang ayah, Slamet Jauhari, adalah nahkoda Kapal Sinar Kudus berangkat ke Belanda Februari 2011. Kapal itu mengangkut nikel milik PT Aneka Tambang senilai ratusan miliar. Melaut dari Pomala Sulawesi Tenggara, kapal itu melepas jangkar terakhir di Rotterdam. Berpuluh hari di laut lepas.
Tanggal 11 Maret sang ayah sempat memberi kabar. Sudah tiba di Kolombo. Tak ada kabar buruk. Sampai tanggal 17 Maret dua orang tak dikenal bertamu ke rumah mereka di Ciledug Tanggerang. Mereka datang pukul 10 pagi. Di rumah itu cuma ada Rezka.
Dua tamu itu rupanya utusan PT Samudera Indonesia, pemilik kapal Sinar Kudus. Mereka lah yang berkisah soal aksi bajak laut di Somalia itu. Ketika sedang berlayar di 320 mil timur laut Pulau Socotra, Rabu pagi 16 Maret 2011, serombongan orang mengurung kapal itu.
Menumpang sejumlah speed boat, jumlahnya 50 orang. Menenteng senjata dengan moncong mengarah ke Sinar Kudus. Kapal itu memperlambat laju. Sekitar 30 perompak naik geladak. Ada yang nekat masuk lewat buritan.
Lalu ke ruang kemudi. Kendali kapal jatuh ke tangan perompak. Kabar pembajakan itu diketahui Samudera Indonesia di Jakarta sebab pada Sinar Kudus itu ada alat yang jika dipencet akan mengirim sinyal darurat ke kantor pusat.
Dari tengah laut, kapal itu dibawa ke pelabuhan. Lalu membuang sauh di tepi Somalia. Diparkir bersama 30 kapal lain yang sukses dibajak. Kapal-kapal yang dibajak itu milik sejumlah negara. Dua puluh Anak Buah Kapal (ABK) Sinar Kudus itu dicekam ketakutan. Para perompak minta uang tebusan US$2,6 juta dolar. Sekitar Rp22 miliar.
Lautan Samudera dan pemerintah Indonesia  berusaha berunding dengan para perompak soal uang tebusan itu. Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menuturkan bahwa pemerintah juga tengah mengumpulkan segenap informasi tentang kondisi, lokasi kapal dan keadaan para awak.
Keluarga di sini menunggu cemas. Tak ada berita.  Anak-istri mereka berusaha mencari kabar ke sana ke mari. Juga mengunduh semua berita dari dunia maya.
Kiki, misalnya, rajin googling mencari berita soal para lanun itu. Menembus situs-situs asing di Afrika. Dari situ dia tahu bagaimana cara kerja para bajak laut itu. Juga gaya hidup mereka. Rajin menelusuri informasi itu membuat irama hidup mahasiswi ini berubah. “Semenjak pembajakan itu, saya tidur subuh hari, padahal kuliah jam 7,” kata mahasiswi Universitas Trisakti ini. Sulit memejam mata sebab cemas dengan keadaan sang ayah.
Ditunggu berhari-hari sang ayah menelepon. Senin 21 Maret 2011. Keluarga ini girang bukan kepalang. Tetapi sang ayah cuma bicara tiga suku kata. “Papa sehat, aman.” Ketika istrinya menyahut, telepon itu putus. Gembira bercampur penasaran. Sang istri balik menelepon. Senyap.
Belakangan diketahui bahwa sang ayah memakai telepon satelit yang dipinjamkan para lanun itu. Sesudah itu tak ada kabar berita lagi. Kiki kembali tenggelam di dunia maya. Mencari berita soal kasus ini, juga soal bajak laut. Kerap kali hingga subuh.
Sampai suatu pagi dia membaca berita soal keadaan para awak kapal itu. Persediaan makan dan minum nyaris tandas. Sejumlah orang diserang diare. Obat hampir habis. 

Tak sudi berdiam diri, Kiki menulis surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Surat itu diberi judul, “Pak Presiden tolong bebaskan ayah saya.” Kiki menuturkan bahwa dia sesungguhnya tak mau membuka kasus ini ke muka umum. Tapi, katanya, “Saya tak tahan melihat Ibu menangis terus.”
Surat itu dikirim ke sejumlah media massa tanggal 8 Agustus 2011. Dan semenjak itulah kasus ini riuh diberitakan di muka umum. Lalu muncul gerakan di situs jejaring soial. #FreeABKKudus di Twitter dan sejumlah gerakan lain. Pemerintah dihujat. Lamban membereskan kasus ini.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi I Bidang Luar Negeri, Effendi Choirie, menuduh  pemerintah terlalu lamban membebaskan para awak kapal itu. Negara, lanjutnya, memiliki kewajiban konstitusional melindungi warga. Dalam kasus ini, katanya, “Pemerintah lemah betul."
Sejumlah tokoh politik juga menuding pemerintah lamban. Tidak seperti sejumlah negara, seperti Malaysia dan Korea Selatan, yang sukses menyerbu para bajak laut ketika kapal mereka disandera. Kontroversi soal sikap pemerintah ini riuh dibahas.
Ramai diberitakan media massa, para bajak laut itu kian berkibar. Uang tebusan naik menjadi US$3 juta dolar. Jumlah uang tebusan itu lalu melonjak ke bilangan US$3,5 juta dolar.
Uang tebusan terus kian meroket, tapi kondisi para awak kapal terus merosot. Berhari-hari dalam situasi yang tak menentu dan tertekan, sejumlah awak kapal stres berat. Pencernaan terganggu. Adapula yang diare berat.
Kabar dari dalam kapal itu disampaikan Persatuan Pelaut Indonesia. Dalam siaran yang digelar di Jakarta, Senin 11 April 2011, Toto Sugianto, salah seorang kawan Slamet Jauhari,  menuturkan bahwa dia sempat berkomunikasi dengan Slamet. “Dia mengaku stres dan buang-buang air. Satu forment yaitu Riyadi kini dalam kondisi kritis,” kata Toto.
Slamet sempat berkomunikasi dengan Toto dan mengabarkan bahwa semua awak kapal berada di anjungan. Di situ ada 16 perompak yang bersiaga dengan senata AK-47.
Bukan Cuma Soal Nyali
Dituding lamban hadapi para lanun itu, Presiden SBY membantah keras. Selasa 12 April SBY memangil sejumlah menteri. Mengatur jalan membereskan kasus ini.
Hadir dalam rapat ini Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Panglima TNI dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Presiden mengaku sudah cepat tanggap. “Begitu mendengar pembajakan di lepas pantai Somalia itu, kami langsung bekerja,” kata Presiden Yudhoyono. Ada dua pilihan. Negosiasi atau serang. Membayar tebusan atau menghela bala tentara. Dua pilihan ini ada untung ruginya.
Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana Agus Suhartono menegaskan bahwa tentara Indonesia mampu menumpas para bajak laut ini.   “Menumpas para pembajak itu, kami bisa,” kata Agus. Militer Indonesia memiliki unit khusus yang dilatih untuk situasi darurat. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Indonesia sudah bersiap. Tinggal menunggu perintah. “Jika diperintahkan Panglima tentu kami siap,” kata Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Lodewijk F Paulus.
Lampu hijau untuk menyerang juga sudah dinyalakan pemerintah Somalia. Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barrow menegaskan bahwa perairan Somalia bebas dimasuki siapa saja yang ingin memberantas para perompak.
Ketentuan itu sesuai dengan resolusi 1916 tahun 2008 yang diterbitkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). "Indonesia tidak perlu minta izin. Silahkan masuk dan bunuh saja preman-preman itu," ujar Barow
Tapi menyerang sama saja menaruh 20 awak kapal itu dalam mara bahaya. Ini jelas bukan perkara nyali belaka. Nyawa 20 awak kapal itu jauh lebih penting dari sekedar urusan nyali itu. Itu sebabnya, kata Presiden SBY, pemerintah bekerja diam-diam. Menghindari publikasi media, demi keselamatan para sandera. Jalan negosiasi terus ditempuh.
Repotnya negosiasi dengan para bajak laut itu kerap kali alot. Setidaknya ini menurut Wakil Presiden Direktur PT Samudera Indonesia, David Batubara. Dari data pembajakan sepanjang 2010, katanya, rata-rata waktu pembebasan 150 hari. “Waktu tersingkat 60 hari,” kata David. Jadi jika menempuh proses negosiasi bisa makan waktu 5 bulan.
Bahkan bisa pula lebih lama dari itu. Lihatlah kisah Aep Saepudin. Aep adalah awak kapal Taiwan, Win Far 161. Kapal itu disandera bajak laut Somalia, 6 April 2009. “Saya disandera selama 10 bulan,” kata Aep.
Bebas 22 Februari 2010, setelah pemilik kapal membayar tebusan.
Semula pembajak meminta US$9 juta dolar. Turun jadi US$3 juta. Dan pada akhirnya setuju dibayar US$700 ribu dolar. (Baca: 10 Bulan Disandera Lanun)
Bisnis Miliaran Rupiah
Perairan laut Somalia itu memang surga bagi para lanun. Di situ perompak seperti sepasukan serdadu. Memanggul senapan mesin. Membawa sekeranjang granat. Menghadang lalu membajak kapal. Sesudah itu dengan enteng meminta tebusan miliaran rupiah.
Geng bajak laut itu tumbuh subur semenjak sejumlah panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Baree tahun 1991. Sejak itu Somalia sering disebut sebagai negara gagal. Gagal dalam segala hal. Keamanan gagal, politik gagal, ekonomi gagal. Jumlah penganggur hampir sama besarnya dengan jumlah anggkatan kerja.
Perompak adalah lapangan kerja baru. Terutama bagi generasi muda. Abdulrashid Muse Mohammed, salah seorang gembong bajak laut di sana kepada Al Jazeera menegaskan, “Kami melakukan ini sebab kehidupan kami hancur, terutama sesudah pemerintah terguling.”
Kini menjadi lanun tampaknya bukan semata urusan kerja, tapi jalan pintas menuju kemewahan. Lihatlah Adani. Pemuda berusia 19 tahun ini hidup di jalanan Kota Bossaso.Seperti anak muda lain di negeri itu, Adani hidup dari kekerasan di jalanan.
Tapi semua berubah sesudah dia menjadi perompak. Dalam usia yang terbilang belia, Adani bergelimang harta. Uang miliaran, rumah megah dengan mobil mewah di garasi, plus wanita cantik yang siap diranjang. Dan dengar apa katanya, “Kau akan dihormati kalau punya uang.”
Para lanun bukan cuma menyulap hidup sendiri, tapi juga kota-kota kecil di pesisir Somalia. Dari ringkih menjadi gemerlap. Dari gelap menjadi terang. Jalan berbatu menjadi licin. Kesenjangan ekonomi di negeri ini mengangga lebar, antara mereka yang berhati baik dengan bajak laut yang bernyali  merompak.
Lihatlah kota Harardhere. Berpenduduk 6000 orang, ini ibukota bajak laut. Simbol kesuksesan sekaligus kegilaan para lanun. Harardhere adalah kota uang, seks, orgy dan nyawa dibandrol dengan harga murah. Desing peluru sering saban malam.
Meski usia terbilang muda, bajak laut umumnya memiliki tiga istri. Dan menikahi bajak laut adalah mimpi wanita kota itu. (Baca: Seks, Uang dan Narkoba).  Para perompak berusia belia itu juga sudah terbiasa bernegosiasi dengan perusahaan raksasa, bahkan dengan negara adikuasa seperti Amerika Serikat.
Mereka dengan gampang menaikkan uang tebusan, menurunkan lagi ketika tersudut atau proses negosiasi berjalan lamban. Itulah yang terjadi dengan kasus Aep. Semula minta US$9 juta dolar. Sepuluh bulan kemudian harga itu turun ke US$700 ribu dolar.
Para pembajak Sinar Kudus semula meminta US$2,6 juta, naik menjadi US$3,5 juta. Dan kemudian mereka bersedia menerima US$3juta dolar. Jumlah yang terakhir itu disanggupi Samudera Indonesia.
Kabar itu sungguh menyenangkan Kiki dan keluarganya di Ciledug. “Tentu itu berita gembira bagi kami,” kata Kiki.  Jika itu benar, lanjutnya, janji ayah untuk berkumpul bersama keluarga Mei nanti akan dilunasi. (wm)





• VIVAnews

PBB Minta TNI di Kongo Tingkatkan Kesiapan

Senin, 18 April 2011 18:50 WIB | 452 Views
 
TNI di Kongo (Puspen TNI)
Jakarta (ANTARA News) - PBB melalui perwakilannya dalam misi perdamaian di Kongo ("Mission de l`Organisation des Nations Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo"/Monusco), meminta kontingen TNI meningkatkan kesiapannya menjalankan misi perdamaian PBB di wilayah itu.

Perwira penerangan Kontingen Garuda XX-H/Monusco Lettu Inf Imam Mahmud dalam surat elektroniknya kepada ANTARA di Jakarta, Senin, mengatakan selama ini kinerja kontingen TNI dalam misi perdamaian PBB di Kongo dinilai sangat berhasil.

Ia mengatakan, Tim inspeksi kesiapan operasi PBB (Operational Readiness Inspection/ORI) dalam pemeriksaan rutinnya kepada Kontingen TNI di Kongo, menilai Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-H/Monusco yang baru bertugas lima bulan di wilayah Dungu, Kongo, telah melakukan tugasnya dengan baik.

"Karena itu, Tim ORI PBB meminta Kontingen TNI untuk terus meningkatkan kesiapannya sehingga mampu menjalankan setiap misi perdamaian PBB masa kini dan di masa mendatang dengan baik," kata Ketua Tim ORI PBB Letkol Umar Bala Garba, seperti dikutip Perwira penerangan Kontingen Garuda XX-H/Monusco Lettu Inf Imam Mahmud.

Pengecekan oleh Tim ORI PBB meliputi pengecekan administrasi, pemeriksaan perlengkapan dan peralatan yang digunakan Kontingen Garuda serta pengecekan terhadap lingkungan tempat tinggal personel Kontingen Indonesia.

Kegiatan pemeriksaan kesiapan operasional Kontingen Indonesia diawali dengan pengecekan kesiapan Kontingen seperti praktik alarm "stelling", pengecekan Tim Jihandak, perlengkapan personel, alat kesehatan dan alat berat serta melihat secara langsung pekerjaan jalan Dungu-Faradje yang tengah dan telah dilakukan oleh Kontingen Garuda XX-H/Monusco di Kongo.

"Secara garis besar, tujuan dari inspeksi kesiapan operasional untuk menilai kelayakan dan kemampuan kontingen dalam melaksanakan tugas yang diberikan PBB di daerah misi, memeriksa apakah perintah dan petunjuk dari "Force Commander" dapat dilaksanakan oleh kontingen, mengevaluasi status personel dan material kontingen dilihat dari perspektif bidang operasi, logistik serta administrasi," kata Garba.

Selain itu, inspeksi bertujuan memutuskan apakah perlengkapan yang digunakan kontingen telah memenuhi standar yang diisyaratkan PBB serta memastikan kontingen telah melaksanakan prosedur operasional, logistik dan administrasi sesuai standar PBB," katanya menambahkan.



ANTARA

TNI AL dan RAN Mantapkan Kerja Sama

Senin, 18 April 2011 18:48 WIB | 636 Views
TNI Angkatan Laut. (ANTARA News/Saptono)
"Selama ini, meski hubungan politik kedua negara kerap mengalami pasang surut namun hubungan militer terutama angkatan laut kedua negara berjalan baik dan terus mengalami peningkatan."
Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) dan Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy/RAN) sepakat memantapkan kerja sama di masa datang, terutama pendidikan, latihan bersama dan pengamanan perbatasan laut kedua negara.

Demikian terungkap dalam pertemuan Panglima Armada Australia, Laksamana Madya Steve Gilmore, dengan Wakil Kepala Staf TNI AL, Marsekal Madya TNI Marsetio, di Jakarta, Senin.

Juru Bicara TNI AL, Marsekal Pertama TNI Tri Prasodjo, usai menghadiri pertemuan itu mengatakan, "Seperti diketahui, wilayah perbatasan laut kedua negara masih banyak terjadi kegiatan ilegal seperti penangkapan ikan ilegal, penyelundupan dan pelanggaran wilayah."

Ia mengatakan, tingginya angka kegiatan ilegal di wilayah Timur Indonesia dan perbatasan laut RI-Australia membuat kedua pihak harus membangun kerja sama yang konstruktif dalam berbagai bidang, seperti patroli bersama, pertukaran perwira, serta latihan bersama angkatan laut kedua negara.

"Selama ini, meski hubungan politik kedua negara kerap mengalami pasang surut namun hubungan militer terutama angkatan laut kedua negara berjalan baik dan terus mengalami peningkatan," ujar Tri menambahkan.

Untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit matra laut, angkatan laut kedua negara rutin mengadakan latihan bersama bersandikan "Cassowary Exercise" (Cassoex).

"Kerja sama dalam bentuk latihan bersama terus kami lakukan dan tingkatkan, termasuk dengan Angkatan Laut Australia dengan tetap dilandasi rasa saling menghormati dan dan saling percaya," kata Tri.
(T.R018/R010)

ANTARA

Pemilik Kapal-Perompak Sepakati Tebusan


(Foto: NATO)

18 April 2011, Bogor (KOMPAS.com): Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, negosiasi antara pemilik kapal MV Sinar Kudus dan perompak di Somalia yang menawan 20 anak buah kapal asal Indonesia telah sampai pada proses jumlah uang tebusan. Terkait nominalnya, Djoko enggan mengungkapkannya.

"Begini, mengenai jumlahnya, kalau saya bilang jumlahnya "X", nanti dibilang terlalu besar. Ada yang bilang terlalu kecil. Ini pasti menimbulkan polemik. Nanti saja kalau masalah ini sudah selesai. Yang penting semua crew kapal selamat, bisa dibawa pulang. Manusia itu tidak bisa dinilai dengan uang. Prioritas utama kita adalah keselamatan awak, sesuai dengan direktif Presiden," kata Djoko di sela-sela rapat kerja mengenai Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (18/4/2011).

Djoko mengakui, proses negosiasi antara pemilik kapal dan perompak memang sangat memakan waktu. "Ini kan tidak mudah. Tidak (seperti) mengirim barang ke Jawa Timur. Ke Somalia itu, kita berhubungan dengan siapa, mekanismenya bagaimana, delivery-nya bagaimana," kata Djoko.

Menko Polhukam mengatakan, dirinya terakhir berkomunikasi dengan Kapten ABK pada Senin pagi ini. Semuanya, sambung Djoko, masih dalam keadaan baik. Soal adanya perasaan tertekan, hal tersebut memang tak terhindarkan mengingat mereka semua dalam keadaan disandera.

Adanya perkembangan terbaru bahwa perusahaan menyanggupi membayar tebusan terhadap para perompak kapal MV Sinar Kudus, membuat keluarga ABK harap-harap cemas. Di Kediri, Jawa Timur, keluarga Masbukhin, muallim 1 kapal, terus memantau realisasi pembayaran. Mereka mengisi penantian tersebut dengan memantau melalui media serta juga tidak henti berdoa untuk kelancarannya.

Yunita, Istri Masbukhin mengatakan bahwa dirinya mendapat kabar kesanggupan perusahaan membayar tebusan dari suaminya melalui jaringan telepon. Percakapan yang terjadi pada Jum'at (15/4/2011) malam tersebut, membuatnya merasa harap-harap cemas.

"Syukurlah akhirnya perusahaan mau membayar tebusan," ujar Yunita yang ditemui daerah Rembang, Ngadiluwih, Sabtu (16/4/2011).

Saat ini, yang dilakukannya adalah berdoa semoga drama pembajakan kapal pengangkut bijih nikel yang terjadi sejak satu bulan lalu itu segera berakhir tanpa ada korban. "Semoga semuanya dapat secepatnya kembali ke rumah," ujarnya.

Sementara terkait kondisi kapal, menurut suaminya saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Para kru kapal sudah merasa lega. "Mereka saat ini lebih tenang," ujar Yunita menirukan suaminya.

Adapun proses pembebasannya, suaminya mengatakan belum dapat memastikan sebab hal tersebut menjadi kewenangan para perompak. "Yang jelas saat ini kapal sudah mulai mendekat ke pantai Somalia," pungkas Yunita.

Sumber: KOMPAS.com

TNI Sudah Mengirim Pasukan


KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Abdul Halim Perankusuma-355 tiba di pelabuhan Colombo, Sri Lanka disambut perwira AL Sri Lanka. Kedua frigate dikirm ke Laut Arab untuk membebaskan awak kapal MV Kudus yang disandera perompak Somalia. (Foto: Sri Lanka Navy)

16 April 2011, Jakarta (Kompas): Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/4), mengungkapkan, pemerintah telah mengirim dua kapal perang kelas fregat dan satu helikopter ke perairan Somalia untuk operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dan para awaknya.

Dua kapal perang itu membawa 401 personel pasukan khusus gabungan dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Kopassus TNI Angkatan Darat. Selain mengirim kapal, pemerintah juga mengirim personel Badan Intelijen Negara ke Nairobi, Kenya, untuk mengumpulkan informasi.


Akan tetapi, dengan posisi Kapal Sinar Kudus yang berada di dekat markas pembajak di tepi pantai, risikonya sangat tinggi bagi keselamatan para sandera jika dilakukan penyerbuan.

”Banyak pendapat, pemerintah tidak melakukan apa-apa, lemah, tidak mencari opsi keras menghadapi pembajakan ini. Padahal, opsi militer keras pun jadi pilihan,” kata Djoko.

Empat kali

KRI Yos Sudarso -353 tiba di pelabuhan Colombo, Sri Lanka, 29 Maret 2011 guna mengisi bahan bakar dan menjemput pasukan komando yang diterbangkan ke Colombo. (Foto: Sri Lanka)

Djoko memaparkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah empat kali memimpin rapat koordinasi dalam menangani kasus pembajakan ini. ”Tanggal 17 Maret sore dapat informasi, tanggal 18 rapat. Arahan utamanya, selamatkan awak kapal. Kemudian, rapat lagi tanggal 20, tanggal 22 Maret finalisasi,” ujarnya.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menambahkan, setelah mendapat arahan pada 18 Maret, sehari kemudian dilakukan pemaparan rencana operasi. Presiden langsung memerintahkan pasukan untuk berangkat.

Tanggal 23 Maret dua fregat berangkat. ”Kami harapkan bisa bertemu di laut, sampai di posisi tanggal 5 April. Tetapi, kapal Sinar Kudus sudah di pantai, di antara delapan kapal lain yang dibajak,” ungkap Agus.

Djoko menegaskan, prioritas utama pemerintah tetap keselamatan para sandera sehingga tidak mau gegabah melakukan operasi penyelamatan.

Sumber: KOMPAS

4 Negara Asia dengan Belanja Militer Terbesar

Sejumlah angkatan bersenjata di dunia tahun lalu menghabiskan dana US$1,63 triliun.
Minggu, 17 April 2011, 06:03 WIB
Syahid Latif
Pameran Senjata di Brasil (AP Photo/ Felipe Dana)
VIVAnews - Amerika Serikat (AS) selama ini terkenal sebagai pasar penghasil persenjataan dunia dan ditaksir bakal menjual hingga US$50 miliar pada tahun ini. Walaupun diketahui bisnis persenjataan dunia pada 2011 tidak akan sebaik setahun sebelumnya.

Sejumlah angkatan bersenjata di berbagai negara tahun lalu tercatat menghabiskan dana hingga US$1,63 triliun, atau naik tipis 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran dana tersebut, termasuk untuk pembelian senjata, keperluan prajurit, serta dana untuk memelihara perlengkapan dan infrastruktur militer yang sudah dimiliki.

Berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute seperti dikutip VIVAnews.com dari laman 247wallst.com, Sabtu, 16 April 2011, disebutkan bahwa banyak negara yang hingga kini belum menyerah untuk mengurangi anggaran pertahanan mereka. Bahkan, belanja militer di negara-negara Afrika dan Amerika Selatan justru meningkat hingga 6 persen.

Di antara 10 negara di dunia yang mengeluarkan anggaran besar selama 10 tahun terakhir, tercatat empat negara dari kawasan Asia masuk dalam daftar tersebut. Sementara itu, dari kawasan Eropa tercatat lima negara memiliki anggaran militer terbesar yaitu Italia, Jerman, Rusia, Prancis, dan Inggris.

Posisi pertama dalam daftar 10 negara yang mengalokasikan dana terbesar selama 2010 dipegang oleh Amerika Serikat yang mengeluarkan dana hingga US$698 miliar. Kenaikan anggaran militer tersebut meningkat 81,3 persen dibandingkan posisi pada 2001.

Berikut empat negara Asia yang menganggarkan miliaran dolar AS selama 2010 untuk kegiatan militer :

4. India
Rudal berhulu ledak nuklir jarak jauh Agni III milik India
Belanja militer 2010: US$41,3 miliar.
Perubahan 2001-2010: 54,3 persen.
Persentase terhadap produk domestik bruto (PDB): 2,7 persen.

India menempati posisi kelima negara di Asia atau kesembilan dunia sebagai negara yang mengalokasikan dana cukup besar untuk kegiatan militernya. Anggaran belanja militer India tahun lalu sebesar US$1 miliar memang menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, penurunan ini diperkirakan tidak bertahan lama karena pada Februari lalu, pemerintah India meningkatkan belanja militernya sebesar 11,6 persen. Hal itu dilakukan seiring makin kuatnya militer di China dan Pakistan.

3. Arab Saudi
Konvoi pasukan Arab Saudi tiba di Bahrain, 14 Maret 2011
Belanja militer 2010: US$45,2 miliar.
Perubahan 2001-2010: 63 persen.
Persentase terhadap PDB: 10,4 persen.

Tingginya anggaran belanja militer Arab Saudi tidak terlepas dari kekuatan ekonomi yang begitu besar. Anggaran sebesar US$45,2 miliar tahun lalu merupakan 10,4 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara Teluk  ini. Persentase ini merupakan yang terbesar dibandingkan negara-negara dengan anggaran belanja terbesar dalam daftar 10 negara ini. Arab Saudi juga menjadi negara yang mengalami peningkatan belanja militer terbesar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4 persen.

2. Jepang
Prototipe pesawat jet siluman Jepang pada 2006
Belanja militer 2010: US$54,5 miliar.
Perubahan 2001-2010: minus 1,7 persen.
Persentase terhadap PDB: 1 persen.

Jepang selama ini sudah mempertahankan anggaran militernya hanya sebesar 1 persen terhadap PDB sejak 1967. Sebagai hasilnya, penghematan anggaran militer Jepang telah membuat perekonomian negara tersebut semakin kuat. Di saat berbagai negara Asia Timur meningkatkan belanja modal lebih dari 55 persen selama 10 tahun terakhir, Jepang justru mengalami penurunan anggaran 1,7 persen.

1. China
Para pejabat militer China berkumpul di Beijing
Belanja militer 2010: US$119 miliar (perkiraan).
Perubahan 2001-2010: 189 persen.
Persentase terhadap PDB: 2,1 persen (perkiraan).

China merupakan negara kedua di dunia yang menghabiskan dana paling besar untuk belanja militer sepanjang 2010. Negara Tirai Bambu ini juga mengalami pertumbuhan tercepat di antara negara-negara lainnya. Sejak 2001 hingga 2010, tercatat anggaran militer China mengalami pertumbuhan yang melesat hingga 189 persen. Pertumbuhan itu lebih dari dua kali lipat di antara 10 negara yang masuk dalam daftar ini.

Pelemahan ekonomi pada 2009 menyebabkan kenaikan anggaran belanja China hanya meningkat 3,8 persen. Namun, anggaran pada 2011 diperkirakan naik 12,7 persen.
Banyak analis yang yakin anggaran pertahanan China sebetulnya lebih tinggi dari laporan yang selama ini beredar di masyarakat. (art)
• VIVAnews

BERITA POLULER