Pages

Sunday, April 10, 2011

Panglima TNI: Pelanggaran Kedaulatan Makin Mengancam


Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono (kiri) memeriksa barisan peserta upacara militer Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 ini dimeriahkan oleh atraksi rampak gendang Paskhas, atraksi udara dari Tim Jupiter Aerobatic dan Tim Thunder Aerobatic dengan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 serta demo pasukan anti teror dan penyelamatan SAR Udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/IP/11)

9 April 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan, pelanggaran kedaulatan wilayah Indonesia oleh pihak asing semakin mengancam sehingga harus menjadi perhatian dan prioritas utama, seiring dengan kemajuan industri dirgantara militer.

"Tantangan yang dihadapi TNI ke depan semakin kompleks, sejalan dengan dinamika yang berkembang," katanya pada peringatan HUT ke-65 TNI Angkatan Udara di Jakarta, Sabtu.

Ia mengemukakan, dua dinamika yang mengancam itu adalah kemajuan industri kedirgantaraan khususnya militer, dan luasnya wahana dirgantara yang makin strategis.

Agus mengatakan, perkembangan dan dinamika keduanya memberi dampak multidimensional terhadap pertahanan negara.

"Karena itu, betapa vital dan strategisnya peran TNI Angkatan Udara dilihat dari posisi geografis, global, dan regional," ujarnya menambahkan.

TNI, katanya, bertekad menegakkan hukum sesuai hukum nasional dan internasional dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara, sementara pemerintah akan meningkatkan kemampuan TNI menjadi lebih kuat dan efektif dalam mengawal kedaulatan NKRI.

Namun, semua itu harus tetap dilakukan tanpa mengabaikan keselamatan prajurit.

"Mantapkan keamanan guna mewujudkan zero accident dan terwujudnya loyalitas yang lurus dan cerdas serta operasi penerbangan harus aman dan sukses," kata Agus.

Seperti pada perayaan tahun-tahun sebelumnya, peringatan HUT ke-65 TNI-AU juga dimeriahkan parade, defile, demo darat serta demo udara.

Sebanyak 52 unit pesawat berbagai jenis memeriahkan perayaan HUT ke-65 TNI Angkatan Udara yang jatuh pada 9 April.

Sumber: ANTARA News

TNI AU Harus Siap Sambut Alutsista


T-50 segera memperkuat TNI AU. (Foto: KAI)

9 April 2011, Soreang -- (PRLM): Para prajurit TNI Angkatan Udara (AU) harus bersiap diri menyambut modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) termasuk mengemban misi nihil kecelakaan (zero accident).

“Kedaulatan udara sangat terkait dengan kemampuan TNI AU dalam menjaga wilayah udara dari pelanggaran hukum,” kata Kepala Staf AU Marsekal TNI Imam Sufaat dalam sambutan dibacakan Wakil Komandan Sesko AU Marsma TNI Madar Syahib, dalam upacara ke-65 Hari Angkatan Udara di Lanud Sulaiman, Sabtu (9/4).

Peringatan Hari Angkatan Udara dimeriahkan dengan atraksi para pecinta aeromodelling maupun terbang layang Federasi Aerosport Indonesia (FASI) Jabar. Sebelumnya Lanud Sulaiman juga menggelar berbagai acara seperti lomba bulutangkis, menembak, bola voli, futsal, tenis lapangan, dan bola gelinding (bowling). Acara lainnya berupa ziarah ke TMP Cikutra dan donor darah.

Sumber: PRLM

Angkatan Udara, 65 Tahun Mengawal NKRI


Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (AU) melakukan defile saat upacara militer Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 ini dimeriahkan oleh atraksi rampak gendang Paskhas, atraksi udara dari Tim Jupiter Aerobatic dan Tim Thunder Aerobatic dengan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 serta demo pasukan anti teror dan penyelamatan SAR Udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/IP/11)

9 April 2011 -- (Harian Pelita): Sebagai bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia selaku tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional; Angkatan Udara terus berupaya mengawal dirgantara nasional demi tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia yang letaknya strategis ditinjau dari segala aspek kehidupan, maka memiliki kekuatan udara yang andal sebagai pilar utama kekuatan udara nasional merupakan hal penting dalam upaya mewujudkan daya tangkal guna mempertahankan negara.

Peristiwa bencana alam maupun adanya sengketa perbatasan dengan negara lain, makin menyadarkan betapa pentingnya kekuatan udara nasional (National Air Power). Keberadaan Angkatan Udara yang kuat dapat diproyeksikan untuk berbagai kepentingan, sebagai wujud dari ciri khas kekuatan udara yang fleksibel.

Menyadari eksistensi ruang udara sebagai wilayah kedaulatan sekaligus wilayah kelangsungan hidup bangsa, bagi segenap komponen bangsa, khususnya yang berkecimpung di bidang matra udara, perlu merasa terpanggil untuk memadukan upaya dalam mewujudkan suatu postur kekuatan udara nasional yang andal.

Sejarah Perjuangan

Tim Rampak Gendang Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (AU) bersiap tampil saat Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 ini dimeriahkan oleh atraksi rampak gendang Paskhas, atraksi udara dari Tim Jupiter Aerobatic dan Tim Thunder Aerobatic dengan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 serta demo pasukan anti teror dan penyelamatan SAR Udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/IP/11)

Perjalanan Angkatan Udara tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa, yang menunjukkan bahwa sejak 65 tahun lalu Angkatan Udara telah berperan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, mencegah, dan menangkal serta menanggulangi setiap bentuk ancaman yang menggunakan media udara terhadap tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Angkatan Udara Republik Indonesia resmi berdiri hanya dalam tempo delapan bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, dengan dikeluarkannya Penetapan Pemerintah 1946 Nomor: 6/SD tanggal 9 April 1946. Keputusan pemerintah untuk menyempurnakan BKR Udara menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara yang kini dikenal dengan TNI AU.

Selama tahun 1946 hingga memasuki dekade tahun 1980-an, banyak tinta emas yang ditorehkan Angkatan Udara dalam perjalanan bangsa Indonesia. Berbagai operasi telah dilakukan oleh Angkatan Udara demi tetap berdiri tegaknya NKRI.

Selama kurun waktu itu pula Angkatan Udara berusaha terus mengepakkan sayapnya dengan alat utama sistem yang dimiliki mulai
beberapa pesawat peninggalan Jepang hingga pada awal tahun 70-an Angkatan Udara mendatangkan pesawat T-33 Bird dan F-86 Sabre dari negara Barat.

Memasuki pertengahan tahun 70-an Angkatan Udara mulai bangkit kembali. Secara bertahap pesawat-pesawat dari negara Barat masuk menjadi kekuatan Angkatan Udara. Pesawat tempur taktis OV-10 Bronco datang hampir bersamaan dengan pesawat angkut F-27 Troopship dan Helikopter SA-330 Puma. Untuk memenuhi kebutuhan pesawat latih didatangkan pesawat T-34A Mentor, T-34C Turbo Mentor, Helikopter Bell Soloy, dan T-41D Cesna.

Memasuki dekade 80-an kekuatan Angkatan Udara mulai pulih. Hal ini diawali pada akhir tahun 70-an, melalui kontrak-kontrak pembelian alutsista udara baru. Bertambahnya kekuatan Angkatan Udara tersebut ditandai dengan kedatangan beberapa pesawat Supersonik generasi ke-3 berupa F-5 Tiger II dan pesawat-pesawat baru lainnya seperti A-4 Skyhawk, pesawat latih HS Hawk, pesawat Helikopter SA-330 Puma, pesawat Boeing 737-200, pesawat C-130 Hercules tipe H yang sudah dilengkapi peralatan intai strategis, demikian juga pesawat latih AS-202 Bravo.

Pada dekade ini juga dilakukan pengaktifan kembali dua Skadron Udara yaitu Skadron Udara 32 Angkut Berat Lanud Abdulrachman Saleh dan Skadron Udara 8 Heli Angkut Sedang Lanud Atang Sendjaja. Kekuatan Angkatan Udara kala itu semakin membaik dengan kedatangan pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dari Amerika Serikat pada akhir 1989.

Alat Pertahanan

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono (kiri), dan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, menyaksikan atraksi udara saat Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara ke-65 Tahun 2011 ini dimeriahkan oleh atraksi rampak gendang Paskhas, atraksi udara dari Tim Jupiter Aerobatic dan Tim Thunder Aerobatic dengan pesawat tempur Sukhoi dan F-16 serta demo pasukan anti teror dan penyelamatan SAR Udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/IP/11)

Keberadaan alutsista udara yang moderen dan andal tersebut menjadikan Angkatan Udara dapat melaksanakan tugasnya sebagai alat pertahanan negara dan penegak kedaulatan di udara. Demikian pula dengan digelarnya sejumlah Radar pertahanan udara yang mampu mengamati wilayah udara nasional terhadap kemungkinan datangnya ancaman melalui media udara, sehingga semakin lengkaplah kemampuan Angkatan Udara dalam menjaga keutuhan NKRI.

Pada era ini pula Angkatan Udara memiliki Tim Aerobatik Elang Biru yang menggunakan pesawat F-16 Fighting Falcon dan Tim Aerobatik Jupiter yang menggunakan pesawat Hawk Mk-53. Untuk mendukung kemampuan para penerbang, Angkatan Udara membangun simulator untuk pesawat F-16 di Lanud Iswahjudi dan simulator untuk C-130 Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma.

Pada akhir tahun 1999 Angkatan Udara menambah kekuatan pesawat tempurnya dengan hadirnya pesawat Hawk Mk-209 dan Mk-109 dari British Aerospace, Inggris yang kemudian ditempatkan di Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadio.

Memasuki era 2000-an kekuatan alutsista udara Angkatan Udara mulai menurun. Hal ini dikarenakan tidak adanya tambahan pesawat, bahkan pesawat-pesawat yang dimiliki sudah memasuki usia uzur. Selain itu, adanya embargo dari Amerika Serikat sangat berpengaruh terhadap pesawat-pesawat dari Amerika seperti F-16 Fighting Falcon dan lain-lain. Angkatan Udara mulai mengalihkan perhatian ke Rusia dengan membeli pesawat Sukhoi dan membeli KT-1 Wong Bee dari Korea Selatan.

Dalam usianya yang genap 65 tahun, Angkatan Udara mengalami pahit-manis perjalanan pengabdian. Kesemuanya akan menjadi modal berharga untuk terus berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugas menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah udara yurisdiksi nasional.

Peringatan Hari Angkatan Udara akan memiliki arti yang strategis, apabila diikuti dengan semangat dan upaya untuk senantiasa melakukan evaluasi terhadap segala aspek, berkaitan dengan fungsi, tugas, serta peran Angkatan Udara dihadapkan pada perkembangan lingkungan serta tantangan ke depan.

Momentum Hari Angkatan Udara, selain sebagai sarana introspeksi institusi, juga dapat digunakan segenap personel Angkatan Udara untuk mawas diri guna melihat secara jernih sejauh mana tugas pengabdian kepada bangsa dan negara telah dilaksanakan. Disamping itu sebagai pendorong semangat untuk lebih meneguhkan jati diri prajurit Angkatan Udara sebagai Sayap Tanah Air.

Dirgahayu Angkatan Udara, Swa Bhuwana Paksa!

Sumber: Harian Pelita

Friday, April 8, 2011

Mengenang Maimun Saleh, Penerbang Pertama dari Aceh


PDF Cetak Email
Oleh: H Harun Keuchik Leumiek
Kalau Anda melintasi jalan raya Banda Aceh-Medan — dari arah Medan menuju Banda Aceh—di sekitar Km 14 sebelum memasuki kota Banda Aceh, tepatnya di simpang Desa Aneuk Galong, Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar, di sisi kiri akan terlihat sebuah monumen pesawat tempur jenis Hawk 200, milik TNI Angkatan Udara.
Monumen pesawat tempur itu dipasang di atas tugu Maimun Saleh, yang dimaksudkan untuk mengenang jasa Maimun Saleh sebagai penerbang pertama asal Aceh. Maimun Saleh gugur pada 1 Agustus 1952 dalam usia 25 tahun akibat kecelakaan pesawat intai di Pangkalan Udara Semplak, Bogor, Jawa Barat.
Monumen pesawat tempur ini sengaja ditempatkan di Aneuk Galong karena Maimun Saleh lahir di desa ini. Pendirian monumen itu tak lepas dari inisiatif Marsekal Udara Teuku Syahril, putra Aceh kelahiran Montasik Aceh Basar, yang pada 2008 menjabat sebagai Komandan Operasi Angkatan Udara I. Desa Aneuk Galong dan Desa Montasik tempat kelahiran Teuku Syahril tidak berjauhan.
Nama Maimun Saleh, selain diabadikan pada tugu di simpang Aneuk Galong, juga telah diabadikan pada bandara militer Lhoknga Aceh Besar. Setelah lapangan terbang Lhoknga tidak digunakan lagi, karena telah dibangun Bandara Blang Bintang yang sekarang bernama Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), maka nama Maimun Saleh kemudian diabadikan pada lapangan terbang Cot Bak U di Sabang. Selain itu, nama Maimun Saleh juga diabadikan sebagai nama jalan di pusat perbelanjaan Peunayong, Banda Aceh.
Pesawat tempur Hawk-200 buatan Inggeris, pada 1980-an yang dijadikan monumen atas tugu itu adalah pesawat tempur utuh dan asli. Hanya saja, pesawat ini tidak bisa lagi dipergunakan karena beberapa bagian badan pesawat ada yang sudah retak.
Atas usaha Marsekal Teuku Syahril dengan berbagai perjuangan yang membutuhkan waktu, akhirnya pesawat tersebut berhasil diboyong ke kampung Maimun Saleh untuk dijadikan monumen yang berjarak hanya sekitar 200 meter rumah Maimun Saleh sendiri.
Riwayat hidup
Maimun Saleh lahir 14 Mei 1929. Dia putra kedua dari lima bersaudara pasangan Tgk HM Saleh dan Aisyah, yaitu Tgk Hasballah, Maimun Saleh, Abasyah, Hadisyah dan Tgk Faisal. Maimun Saleh menempuh pendidikan di sekolah Taman Siswa dan sekolah menengah Islam di Koetaradja (sekarang Banda Aceh). Tahun 1949 Maimun diterima menjadi murid penerbang di Koetaradja. Pada 1950 dia dipindahkan ke sekolah penerbang di Kalijati Jawa Barat, dan 1 Februari 1951 berhasil memperoleh ijazah sebagai penerbang kelas 3.
Setelah itu, Maimun Saleh masuk Skuadron IV (pengintai darat) dan turut serta dalam semua operasi yang dijalankan oleh skuadron ini. Namun maut tak dapat disangka. Pada Jumat, 1 Agustus 1952, Sersan Maimun Saleh yang sedang menerbangkan pesawat intai Auster IV-R-80 mengalami kecelakaan di Pangkalan Udara Semplak Bogor pukul 09.25 WIB. Maimun gugur dalam kecelakaan itu.
Atas prakarsa Teuku Syahril, pembangunan monumen pesawat tempur di atas tugu Maimun Saleh, selain untuk mengenang jasa penerbang pertama dari Aceh, juga sebagai bentuk terima kasih dan ikatan batin antara Angkatan Udara dan masyarakat Aceh. Ini juga terkait dengan jasa masyarakat Aceh yang menyumbangkan pesawat terbang pertama RI-001 Seulawah kepada Indonesia sebagai modal awal saat Indonesia baru merdeka.
Prosesi peletakan pesawat tempur Hawk-200 di atas Tugu Maimun Saleh dilakukan Januari 2008, dan dipimpin Danlanud SIM, Letkol Pnb Fachri Adami.
Menurut Fachri, pesawat tempur yang dijadikan monumen itu pesawat asli, bukan replika, termasuk empat amunisi yang terdapat di atas sayap pesawat. Hanya saja, pada amunisi itu detonator dan peluru ledakannya tidak dipasang lagi.
Jet tempur itu sendiri sebenarnya sudah dibawa ke Aceh pada 2003, setelah pesawat mengalami kecelakaan saat melakukan penerbangan di Pekanbaru, Riau. Dalam kecelakaan itu beberapa bagian badan pesawat retak dan tak bisa diterbangkan lagi.
Masyarakat Aceh patut berbangga hati, karena satu-satunya daerah yang menerima pesawat tempur untuk dijadikan monumen adalah Aceh. Dengan demikian Aceh sekarang memiliki tiga monumen pesawat, yaitu monumen pesawat RI-001 Seulawah di Blang Padang (Banda Aceh), monumen pesawat tempur Hawk-200 di Tugu Maimun Saleh, dan pesawat jenis A4 SkyHawk TT-0435 buatan Amerika dari Skuadron 11 Makassar yang sekarang ditempatkan di apron Lanud Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar sebagai monumen kedirgantaraan.
Peresmian monumen pesawat tersebut oleh Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto ST pada 24 September 2010.

Analisa

US Fuel Stops Gripen Libya Mission

US Fuel Stops Gripen Libya Mission


The Swedish JAS Gripen aircraft deployed in Sicily as part of NATO's Libya mission remained grounded on Thursday as the fuel available is suitable only for US navy aircraft.
The eight fighter jets are located in the US part of the Sigonella airbase on Sicily and the only fuel available it that which is used for US navy aircraft.
The Gripen were due to participate in their first mission over Libya on Thursday but this has now been delayed and test flights have been postponed.
According to the outline plan, the eight aircraft were all due to monitor the UN no-fly zone over the civil-war torn country from Thursday but on arrival at the base they discovered that no fuel was available.
The Sigonella base is designed as a naval air force base, Lieutenant Colonel Mats Brindsjo, head of the Swedish Air Operation Center, said. "And US navy aircraft use somewhat different fuel to that which we use in our planes," he told the TT news agency.
The US fuel variety is known as JP5 while the Gripen normally fly using a civil fuel known as Jet A1.
"Certain additives and some equipment are needed to change JP5 to Jet A1 in a controlled manner. This equipment is not as yet in place down there and in the time being we are trying to buy the fuel from a place off the base."
"This really should have been investigated as soon as we arrived, but we didn't have time with all the other details," Mats Brindsjö said, adding that he expects the Gripen aircraft to be in the air on Friday.
The Swedish aircraft will undergo a test flight in order to familiarize themselves with the airspace before NATO authorities are informed that the Gripen stand at the ready.
Sweden is not a member of NATO, although it has been in NATO's Partnership for Peace programme since 1994 and has contributed some 500 troops to the alliance's International Security Assistance Force (ISAF) force in Afghanistan.
Sweden also took part in operations in Kosovo.
Nevertheless Sweden's air force has not been involved in action since it took part in a UN-mandated operation in the then Belgian Congo from 1961-63.
The Libyan operation will be the first combat tour for the JAS Gripen 39, produced by the Swedish defence group Saab.
Sweden's Nordic neighbors Denmark and Norway are already taking part in Libyan air operations.

Russia Delivers Two Combat Helicopters To Peru

Russia Delivers Two Combat Helicopters To Peru

Russia has delivered two Mi-35P Hind E attack helicopters to Peru under a contract to provide the South American country with air power to combat cocaine production and terrorism.
The disassembled helicopters were delivered to Peru on board a Russian An-124-100 Condor transport plane.
"The assembly of the helicopters by Russian technicians has already begun," Igor Korotchenko, the head of Russia's Center for Analysis of World Arms Trade, said on Tuesday.
"The helicopters will be tested in the air in the next few days before the official transfer to the Peruvian Air Force," he said.
The Mi-35 is an improved export version of the famed Mi-24 attack helicopter, which combines high fire power with troop transport capability.
Russia's state arms exporter Rosoboronexport and the Peruvian Defense Ministry signed a $108-million contract on the delivery of six Mi-171 Hip H multirole helicopters and two Mi-35 helicopters in July 2010.
The delivery of the first two Mi-171s to Peru is expected in May.
The helicopters will be used in anti-drug and anti-terrorism efforts in the valley of the Apurimac and Ene rivers.
The area was declared a zone of military operations in August 2009 as fighting between government troops and the Sendero Luminoso Maoist guerilla group intensified.
Sendero Luminoso, regarded by Peru as a terrorist organization, is believed to have strong ties with drug traffickers. The group is on the U.S. and EU lists of terrorist organizations.

Latihan Sistem Pengamanan Markas Gegana Brimob


SEMARANG - Sejumlah anggota Gegana Brimob Polda Jateng mendapat pengarahan dari Kepala Detasemen Gegana Brimob Polda Jateng, Kompol Andi Rifai (kanan), usai melakukan latihan sistem pengamanan markas, di Mapolda Jateng, di Semarang, Jumat (8/4). Latihan yang dilakukan secara mendadak itu untuk mengetahui sekaligus mengasah kemampuan anggota dalam mempersiapkan senjata, perlengkapan dan kecepatan bergerak untuk menangani berbagai aksi teror. FOTO ANTARA/R. Rekotomo/Koz/pd/11.




BERITA POLULER