Guna memperkuat dan mempertahankan posisinya di Timur Tengah, rezim zionis Israel tengah mengupayakan rencananya untuk menggelar sebuah perang baru di kawasan. Press TV dalam laporannya mengutip harian As-Safir kemarin (Rabu, 2/3) mengungkap kabar tersebut dari seorang diplomat Barat di Amman, ibu kota Yordania yang tak ingin disebut namanya. Ia menambahkan bahwa keputusan Israel untuk menyerang Suriah dan Lebanon itu diambil pasca tumbangnya rezim Husni Mubarak, mantan diktator Mesir. Menurut diplomat Barat itu, Israel kini khawatir atas dampak kebangkitan rakyat Mesir dan masa depan transformasi di Timur Tengah. Karena itu Tel Aviv berusaha mengubah situasi yang ada supaya menguntungkan pihaknya dengan cara menggelar perang baru melawan Suriah dan Lebanon.
"Israel bermaksud menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad di Suriah dalam hitungan minggu setelah perang dengan gerakan perlawanan Hizbullah di timur Lebanon dekat perbatasan dengan Suriah," ungkap diplomat kepada As-Safir.
Masih menurut keterangan diplomat Barat tersebut, Tel Aviv bahkan telah menginformasikan rencana serangannnya ke Suriah dan Lebanon itu kepada Washington.
Mesir, yang berbagi perbatasan panjang dengan Israel, adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Tel Aviv pada tahun 1979, setelah negosiasi rahasia di Camp David, Amerika Serikat.
Selama bertahun-tahun, Mesir membantu Israel memberlakukan pengepungan mematikan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan menutup pintu perbatasan Rafah. Akibat blokade tersebut sekitar 1,5 juta penduduk Palestina terpenjara di wilayah Jalur Gaza.
Rezim Israel khwatir dengan dibukanya pintu perbatasan Rafah, Hamas selaku pemerintah yang terpilih secara demokratis di Gaza, akan mendapatkan lebih banyak kekuatan.
IRIB