Bersamaan dengan bergaungnya gema kebangkitan Islam dan munculnya transformasi baru di Timur Tengah, AS dan rezim zionis Israel berusaha menyesatkan opini publik dengan menyuguhkan beragam analisa dan tafsiran menyimpang soal akar persoalan dan penyebab munculnya perkembangan akhir di kawasan. Pernyataan tak berdasar Presiden Rezim Zionis Israel Shimon Peres yang menuding Iran menciptakan unit-unit teror di Timur Tengah dan Amerika Latin merupakan salah satu contoh nyata dari upaya penyesatan opini tersebut. Peres saat melakukan lawatan resmi ke Spanyol, juga sempat menuding Hizbullah Lebanon dan Hamas sebagai gerakan teroris dan mengklaim Iran mengirim bantuan persenjataannya guna menyokong kedua gerakan muqawama itu.
Tak hanya itu saja, presiden rezim zionis bahkan mengaku gembira dengan terjadinya transformasi di dunia Arab belakangan ini. Pasalnya, ia menilai bahwa transformasi tersebut bakal membantu memperluas arus demokrasi di kawasan dan bisa menjadi peluang bagi Tel Aviv untuk menghidupkan kembali perundingan damai dengan Palestina. Tak ketinggalan seperti biasanya, isu nuklir Iran pun tak luput dari perhatian Peres. Kali ini seperti sebelumnya, ia pun kembali menegaskan bahwa progam nuklir Iran bukan hanya menjadi ancaman bagi rezim zionis tetapi juga bagi perdamaian global.
Masih menyangkut soal Iran, sejumlah petinggi rezim zionis Israel juga memanfaatkan isu pengiriman kapal perang Iran menuju Laut Mediterania melewati Terusan Suez. Isu tersebut seakan menjadi amunisi bagi Tel Aviv untuk menebar ketakutan soal Iran. Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu menyebut pelayaran dua kapal perang Iran melalui Terusan Suez sebagai aksi provokatif. Senada dengan Benjamin, Deputi PM Israel, Moshe Yalon juga melontarkan hasudan serupa seraya menyatakan, "Jika kita melihat ke Timur Tengah, kita saksikan bahwa tiap kali ada orang-orang Iran, situasi tidak pernah membaik".
Melihat realitas yang ada, tampaknya negara-negara arogan berusaha memanfaatkan gerakan kebangkitan rakyat di Mesir dan Tunisia untuk kepentingannya. Sebab mereka juga sadar bahwa apa yang terjadi Afrika Utara dan negara-negara Arab merupakan imbas dari fenomena kebangkitan Islam yang dipelopori oleh Revolusi Islam Iran. Munculnya reaksi pasif AS dan rezim zionis Israel terhadap perkembangan akhir di Timur Tengah juga mengindikasikan bahwa mereka merasa kecolongan dan terkejut dengan apa yang terjadi. Pasalnya prediksi dan analisa AS dan Israel soal Timur Tengah selama ini benar-benar gagal sehingga memaksa mereka untuk menyusun ulang strategi dan berusaha memanfaatkan situasi yang ada untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin.
Yang jelas skala kebangkitan rakyat di dunia Islam sudah terpampang nyata di depan mata dan menjadi saksi nyata penentangan mereka terhadap rezim-rezim otoriter yang selama ini hanya menjadi boneka bagi kepentingan AS dan sekutu-sekutunya. Karena itu, AS dan rezim zionis sebagai biang utama persoalan di kawasan juga tak luput menjadi sasaran utama protes dan penentangan rakyat Timur Tengah. (IRIB/LV/NA)
IRIB