Pages

Tuesday, February 22, 2011

Perbatasan Gaza-Mesir Kembali Dibuka


Selasa, 22 Februari 2011 23:45 WIB | 497 Views
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla melihat kota Ramallah, Palestina dari Markas Pusat Palestina Red Crescent, Kamis (14/10) . (ANTARAFOTO/SjK)
Saya sangat senang bisa ke Mesir untuk perawatan anak saya"
Berita Terkait
Kota Gaza, Palestina (ANTARA News) - Warga Palestina terlihat menunggu untuk menyebrang ke Mesir, Selasa, ketika jalur lintas perbatasan Rafah dibuka kembali untuk warga Jalur Gaza setelah ditutup hampir sebulan.

Terminal tersebut ditutup untuk semua lalu lintas setelah unjukrasa menentang pemerintah di Mesir, namun dibuka kembali bagi warga Mesir yang akan menuju Gaza,  Jumat, sehingga warga Palestina yang terjebak, bisa kembali ke tanah air mereka.

Minggu, sejumlah pejabat dari pemerintah Hamas mengatakan terminal tersebut akan dibuka hari Selasa bagi warga Palestina yang akan menyeberang ke Mesir, termasuk orang sakit dan mahasiswa.

"Terminal kini dibuka untuk warga Palestina, dengan tingkat penggunaan 300 kali sehari," kata pejabat terminal tersebut, Ayoub Abu Shaar, pada Selasa.

"Lebih dari 3.000 orang terdaftar untuk menyeberang," tambahnya seraya menyampaikan harapan terminal itu akan dibuka 24 jam sehari, walaupun kini masih dibuka antara pukul 11.00 hingga pukul 16.00 waktu setempat.

Jalur penyeberangan  yang merupakan jalan ke dunia luar bagi warga Palestina di Gaza itu ditutup pada 30 Januari ketika unjukrasa menentang pemerintah Mesir mulai merambat cepat.

Mohammed Al Awda berencana pergi ke Mesir dengan anak perempuannya yang berusia 10 tahun dan mengidap masalah ginjal.

"Saya sangat senang bisa ke Mesir untuk perawatan anak saya. Kami memiliki dokumen kesehatan dari pemerintah Palestina dan kami memiliki semua dokumen resmi lain," katanya.

"Kami telah mendaftarkan diri untuk menyeberang selama beberapa hari dan kami menerima izin pensahan kemarin," katanya.

Rami Abu Hassira, mahasiswa berusia 25 tahun di Universitas Yordania, terjebak di Gaza setelah menyeberang dari Rafah pada 27 Januari untuk kunjungan keluarga.

"Tadinya, saya berencana tinggal beberapa hari sebelum kembali ke Yordania untuk melanjutkan sekolah saya, tapi kami terjebak di sini, karena perbatasan ditutup," katanya kepada AFP.

KR-PPT/B002
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011
ANTARA

Kapal perang Iran melintasi terusan Suez

Dua kapal perang Iran telah memasuki terusan Suez untuk menuju Laut Mediterania, kata petugas terusan Suez.
Pejabat Iran mengatakan kapal perang akan menuju ke Suriah untuk melakukan latihan, Israel menggambarkannya sebagai tindakan provokasi.
"Mereka masuk ke terusan Suez pada pukul 05.45 waktu setempat," kata petugas terusan Suez.
Kapal perang milik Iran itu adalah Alvand dan Kharg.
Kapal perang Iran ini diyakini merupakan yang pertama kali melintas di terusan Suez sejak terjadinya revolusi Islam tahun 1979.
Iran mengatakan kapal milik pemerintah itu tidak mengangkut peralatan militer, material nuklir ataupun kimia dalam perjalanan itu, kata menteri pertahanan Mesir.
Kantor berita Iran Fars melaporkan pada Januari lalu, militer angkatan laut Iran akan memulai misi latihan selama setahun dengan melewati terusan Suez dan Mediterania, seperti diberitakan kantor berita Reuters.
Pejabat terusan Suez mengatakan Mesir hanya dapat menolak kapal untuk transit di perlintasan yang strategis ini dalam keadaan perang.
Israel menyoroti Iran karena program nuklir yang kontroversial, pembangunan senjata rudal, dan mendukung kelompok militan Lebanon dan Palestina dan berjanji untuk menghancurkan Israel.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan: "Saya menyesal, komunitas internasional tidak menunjukan kesiapan dalam menghadapi provokasi Iran. Komunitas internasional harus paham bahwa Israel tidak akan selamanya mengabaikan provokasi ini."

BBC

Pesawat Tempur Sukhoi Giat Latihan Aerobatik Udara



22 Februari 2011, Makassar -- (Pentak Lanud Sultan Hasanuddin): Satu flight pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 yang berhome base di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin selama bulan Pebruari 2011 giat melaksanakan latihan fly pass dan Aerobatik Udara di wilayah udara Lanud Sultan Hasanuddin.

Kegiatan latihan Pesawat tempur Sukhoi disaksikan langsung oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna, Komandan Wing 5 Kolonel Pnb Mujianto dan para Kadis. Latihan ini merupakan persiapan dalam rangka ikut meramaikan HUT TNI AU 9 April 2011 di Lanud Halim Perdanakusuma.

Adapun beberapa gerakan aerobatik udara yang cukup mengundang perhatian warga Lanud Sultan Hasanuddin dan warga sekitarnya adalah melaksanakan 14 gerakan aerobatickudara meliputi Loop, Inverted, 4 Point Roll, Aleron Roll, HiG Turn, Knife dan gerakan Low Speed Pass, serta Hi Speed Pass, selain juga gerakan Oblique Loop, Half Cuban, Calypso, Enverted To Enverted, Cross Over Break Tail Slide dan gerakan Bomb Burt.

Sedangkan para penerbang tempur Sukhoi SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 yang terlibat dalam latihan aerobatik udara adalah Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Letkol Pnb Tonny Hariono, Letkol Pnb Untung Suropati, Mayor Pnb Dedy Ilham, Mayor Pnb Viencent, Mayor Pnb David Ali, Kapten Pnb I Gusti Ngurah Surga dan Kapten Pnb Riyanto Dwi Putra.

Sumber: TNI

Monday, February 21, 2011

Diminta Tembaki Demonstran 2 Pilot Libya Bawa Kabur Pesawat Tempur


libya_pilot_desersiTripoli, Seruu.com - Dua jet tempur Mirage F1 milik Libya mendarat secara mendadak di Malta, Senin, kata sejumlah saksi.Wartawan surat kabar setempat melihat jet-jet Mirage dengan satu tempat duduk itu di bandara internasional Malta pada Senin sore.
Menurut beberapa pejabat pemerintah Malta, dua pilot itu membelot setelah diperintahkan untuk membom pengunjuk rasa di Benghazi, Libya. Kedua pilot berpangkat kolonel itu lepas landas dari satu pangkalan di dekat ibu kota Libya, Tripoli. Salah seorang dari mereka telah meminta suaka politik. Kedua pilot yang kemudian diinterogasi polisi Malta itu mengaku memutuskan terbang ke Malta, setelah diperintahkan menyerang demonstran anti-pemerintah di kota terbesar kedua di Libya, Benghazi.
Selain itu polisi juga memeriksa tujuh penumpang yang mendarat di Malta. Ketujuh orang itu mendarat di negara anggota Uni Eropa tersebut menggunakan dua helikopter dari Libya, memiliki nomor pendaftaran Prancis. Beberapa sumber pemerintah mengatakan helikopter itu meninggalkan Libya tanpa izin dari pihak penerbangan Libya dan cuma satu dari ketujuh penumpang tersebut - yang mengaku warga negara Prancis - memiliki paspor.
Kekuasaan pemimpin Libya Muammar Gaddafi yang telah berlangsung empat dasawarsa diguncang protes keras beberapa hari yang pada Senin mencapai Tripoli, ibukota negara itu. Demonstran telah berhasil menguasai beberapa kota besar di Libya diantaranya Benghazi dan Albaeda.

Human Right Watch telah merilis bahwa ratusan orang diperkirakan tewas dalam aksi penyerangan yang sudah dilakukan oleh militer dan polisi Libya pendukung Khaddafi untuk memadamkan demonstrasi di negeri ini. Diperkirakan korban akan terus bertambah mengingat putera Khaddafi sudah berikrar akan menumpas pemberontakan dan demonstrasi hingga titik darah penghabisan.

sumber: seruu.com

Gejolak Timteng Petanda Warga Arab Begitu Membenci AS



Dunia menjadi saksi betapa rezim-rezim Arab, boneka Barat sebelum kebangkitan rakyat mereka membolehkan militer Amerika memanfaatkan pelabuhan dan bandara militer mereka. Namun kebangkitan rakyat Timur Tengah memunculkan keraguan apakah Amerika masih bisa berlaku yang sama seperti sebelum ini. Benar, ada kesepakatan antara militer AS dan negara-negara Timur Tengah untuk mengizinkan militer Amerika mengontrol jalur laut di Teluk Persia. Tujuannya tidak lain untuk mengontrol milisi-milisi Islam dan pengaruh Iran di kawasan. Satu hal yang paling ditakuti oleh Washington. Saat ini saja ada sekitar 27 ribu pasukan Amerika di pangkalan-pangkalan militernya di negara-negara sekitar Teluk Persia. Selain itu, Amerika masih memiliki sekitar 50 ribu tentara di Irak dan ribuan lainnya ada di kapal-kapal perang negara ini yang berkeliaran di perairan Timur Tengah. Belum lagi bandara dan pangkalan udara penting Amerika di Qatar dan Uni Emirat Arab, begitu juga pangkalan besar militer AS di Kuwait dan basis armada kelima angkatan laut AS di Bahrain. Semua ini menjadi sangat vital bagi Washington untuk memindahkan persenjataannya ke mana saja dan kapan saja di Timur Tengah bila muncul perang.
Bila kekuatan armada kelimat AL AS di Bahrain saja mampu mengontrol Laut Merah, Teluk Persia dan Laut Arab, maka dapat dibayangkan betapa kerugian strategis Amerika bila Bahrain terlepas dari pengaruhnya. Tumbangnya sistem monarki di Bahrain dan jatuh ke tangan kelompok-kelompok Islam berarti satu kekalahan besar bagi Washington. Sekalipun dianggap bahwa pangkalan-pangkalan militer Amerika di Timur Tengah bukan yang terpenting, tapi tetap saja sangat penting bagi militer negara ini. Namun yang lebih penting lagi, kemampuan militer Amerika untuk hadir di Timur Tengah berada dalam bahaya.
Periode perang dengan mengerahkan pasukan sebanyak-banyaknya telah berakhir. Hal itu dikarenakan strategi seperti ini sangat tidak efisien. Oleh karenanya, Amerika berusaha mengantongi izin dari negara-negara Timur Tengah untuk memanfaatkan pangkalan-pangkalan udara mereka atau mendapat akses memanfaatkan terusan Suez. Amerika mendapat prioritas untuk melewatkan kapal-kapal perang di terusan ini. Bila hak prioritas kapal-kapal perang AS melewati terusan Suez atau hak menggunakan pangkalan udara negara-negara Arab terlepas dari tangan AS, maka sudah barang tentu kemampuan manuver Amerika akan menurun. Lebih dari itu, akan membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar untuk melakukan setiap aksinya.
Ada sekitar 15 gudang dan pusat bantuan Amerika di Teluk Persia yang mampu membuat militer AS dengan mudah memindahkan tank, amunisi, bahan bakar dan perlengkapan militer lainnya untuk pasukannya di seluruh Timur Tengah. Selain itu, para komandan Amerika selalu berusaha memperluas jaringan pengaruhnya di Timur Tengah. Mereka berusaha mendukung rezim-rezim Arab pro Amerika agar dapat menekan segala bentuk ketidakpuasan atas kehadiran pasukan asing di sana.
Oleh karena itu, sebagian dari pangkalan militer Amerika masih tetap melanjutkan aktivitasnya secara sembunyi-sembunyi, seperti pangkalan udara al-Dhafra di Uni Emirat Arab. Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) hingga saat ini tidak mengakui secara resmi aktivitas militer AS di sana. Namun berdasarkan sejumlah laporan, sejumlah pesawat mata-mata U2 milik Amerika terbang dari pangkalan ini untuk melakukan tugasnya. Selain itu, sebagian persenjataan yang dibutuhkan dalam perang Afghanistan dan Irak dibawa oleh pesawat-pesawat Amerika dari pangkalan udara ini. (IRIB/SL/MF) 

IRIB

Pilot Jet Tempur Libya Minta Suaka Politik ke Malta



Kantor berita Reuters mengutip keterangan militer Malta, melaporkan bahwa pilot dua jet tempur Angkatan Udara Libya, Senin (21/2) secara mendadak mendarat di salah satu bandara negara itu. Kedua pilot tersebut dilaporkan meminta suaka politik. Wartawan surat kabar setempat melihat jet-jet Mirage dengan satu tempat duduk itu di bandara internasional Malta pada Senin sore. Menurut Reuters, pendaratan dua jet tempur Libya di bandara internasional Malta dilakukan setelah dua helikopter sipil yang mengangkut tujuh warga Perancis dari Tripoli lebih dulu mendarat di bandara tersebut.
Sumber-sumber militer Malta menyatakan bahwa dua pilot jet tempur itu terbang dari sebuah pangkalan di dekat kota Tripoli.
Kekuasaan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, yang telah berlangsung empat dasawarsa diguncang protes luas dan kemarin aksi itu telah mencapai Tripoli. (IRIB/IRNA/RM)

IRIB

Dua Pilot Libya Membelot Diinstruksikan Mengebom Tripoli

Dua pilot Angkatan Udara Libya mendaratkan pesawat mereka di Malta dan mencari suaka politik dari pemerintah Malta setelah mereka mengaku diinstruksikan untuk menyerang kumpulan masa yang berdemo anti-rezim Muammar Gaddafi, di Tripoli.
Dua jet itu mendarat kemarin (21/2) di Malta dan para pilotnya meminta suaka politik di tengah serangan brutal rezim Gaddafi terhadap rakyatnya.
Pilot Libya itu menyatakan kepada pihak berwenang Malta bahwa mereka membelot dari instruksi atasan untuk membombardir warga yang berdemo
Namun televisi nasional Libya mengutip keterangan putra Gaddafi, Seiful Islam, menyebutkan bahwa serangan udara yang dimaksud menarget kawasan terpencil, jauh dari perumahan. Targetnya adalah sebuah gudang amunisi. Seiful Islam juga menyangkal bahwa jet-jet tempur Libya menyerang para demonstran di Tripoli dan Benghazi.
Adapun televisi Aljazeera sebelumnya melaporkan bahwa jet tempur Libya telah menghujani para demonstran di Tripoli dengan peluru tajam kemarin (senin, 21/2). Televisi yang berbasis di Qatar itu mengutip keterangan para saksi mata.
Adel Mohamed Saleh, seorang saksi mata saat diwawancarai langsung mengenai serangan jet dan helikopter tempur militer Libya mengatakan, "Apa yang kami saksikan hari ini sungguh tidak terbayangkan. Helikopter dan pesawat tempur membombardir wilayah satu persatu tanpa belas kasihan. Banyak yang mati. Mereka akan menembak siapapun yang bergerak, bahkan meski di dalam mobil mereka, mereka akan menembak Anda."
Muhammad Abdul-Malek, seorang aktivis oposisi Libya yang berada di London setelah mengontak warga di Tripoli mengatakan, "Jet-jet tempur tempur Libya terbang rendah di atas ibukota pada malam hari sementara para penembak jitu juga ditempatkan di atap gedung-gedung, yang tampaknya dalam upaya menghentikan masuknya warga dari luar ibukota untuk bergabung dengan protes di Tripoli."
Jaringan komunikasi ke ibukota telah diputus dan kini warga tidak bisa lagi menerima telepon dari luar negeri.
Julien Barnes-Dacey, seorang analis di di lembaga konsultan Control Risk di London menilai serangan udara tersebut merupakan indikasi akhir yang dekat bagi rezim Muammar Gaddafi.
Dikatakannya, "Ini benar-benar merupakan tanda akhir dan keputusasaan. Jika Anda membom ibukota negara Anda sendiri, maka sulit terbayangkan Anda akan dapat bertahan." (IRIB/MZ)

IRIB

BERITA POLULER