INILAH.COM, Jakarta - Hibah dua skuadron pesawat tempur F-16 yang diterima Kementerian Pertahanan akan membuat Indonesia semakin tergantung kepada Amerika Serikat.
Anggota Komisi I DPR Ramadhan Pohan mengatakan, suku cadang pesawat F-16 tak bisa didapat dari negara lain selain Amerika Serikat. Hal ini akan menyebabkan pertahanan udara Indonesia dikendalikan negeri Paman Sam.
"Dependensi politik militer-pertahanan RI akan semakin kuat bila RI menerima hibah pesawat F16 AS tersebut. Dependensi kebijakan pertahanan RI atas AS tentu saja merugikan Indonesia mengingat negeri Paman Sam tersebut pernah memberlakukan embargo militer atas Indonesia. Dampak militernya cukup parah," ujarnya kepada INILAH.COM, Rabu (16/2/2011).
Lebih lanjut, Ramadhan menyatakan kebijakan menerima hibah F-16 tersebut akan merugikan industri pertahanan dalam negeri. Sebab anggaran perawatan Alusista akan terkuras untuk membeli suku cadang dan persenjataan dari Amerika bukan dari dalam negeri.
"Akuisisi F-16 dari AS secara besar-besaran bertentangan dengan kebijakan revitalisasi industri pertahanan," tegas Ramadhan.
Seperti diberitakan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerima tawaran hibah dua skuadron pesawat tempur F-16A/B Fighting Falcon dari Amerika Serikat (AS).
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengemukakan, proses persetujuan sudah disampaikan Kementerian Pertahanan dan kini menunggu konfirmasi dari pihak AS.
"Prosesnya sedang berjalan, sudah ditindaklanjuti juga oleh Kementerian Pertahanan dan saat ini kita menunggu konfirmasi lebih lanjut dari AS tentang persetujuan RI atas hibah tersebut,"ujarnya.
Agus menuturkan, pertimbangan TNI menerima hibah dua skuadron F-16A/B Fighting Falcon itu dikarenakan lebih efektif dan efisien jika membeli enam pesawat sejenis yang baru. [mah]
INILAH.COM
Anggota Komisi I DPR Ramadhan Pohan mengatakan, suku cadang pesawat F-16 tak bisa didapat dari negara lain selain Amerika Serikat. Hal ini akan menyebabkan pertahanan udara Indonesia dikendalikan negeri Paman Sam.
"Dependensi politik militer-pertahanan RI akan semakin kuat bila RI menerima hibah pesawat F16 AS tersebut. Dependensi kebijakan pertahanan RI atas AS tentu saja merugikan Indonesia mengingat negeri Paman Sam tersebut pernah memberlakukan embargo militer atas Indonesia. Dampak militernya cukup parah," ujarnya kepada INILAH.COM, Rabu (16/2/2011).
Lebih lanjut, Ramadhan menyatakan kebijakan menerima hibah F-16 tersebut akan merugikan industri pertahanan dalam negeri. Sebab anggaran perawatan Alusista akan terkuras untuk membeli suku cadang dan persenjataan dari Amerika bukan dari dalam negeri.
"Akuisisi F-16 dari AS secara besar-besaran bertentangan dengan kebijakan revitalisasi industri pertahanan," tegas Ramadhan.
Seperti diberitakan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerima tawaran hibah dua skuadron pesawat tempur F-16A/B Fighting Falcon dari Amerika Serikat (AS).
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengemukakan, proses persetujuan sudah disampaikan Kementerian Pertahanan dan kini menunggu konfirmasi dari pihak AS.
"Prosesnya sedang berjalan, sudah ditindaklanjuti juga oleh Kementerian Pertahanan dan saat ini kita menunggu konfirmasi lebih lanjut dari AS tentang persetujuan RI atas hibah tersebut,"ujarnya.
Agus menuturkan, pertimbangan TNI menerima hibah dua skuadron F-16A/B Fighting Falcon itu dikarenakan lebih efektif dan efisien jika membeli enam pesawat sejenis yang baru. [mah]
INILAH.COM