Pages

Monday, January 31, 2011

LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis (V)




Sistem Kendali dan Komunikasi

Selain sebagai sarana angkut heli, ranpur dan pasukan, Mistral juga berfungsi sebagai kapal komando dalam mengendalikan operasi amfibi. Fungsi ini diperjelas dengan adanya ruang pertemuan sebagai pusat komando yang mampu menampung hingga 150 personil. Seluruh informasi pergerakan yang didapat dari berbagai sensor kapal dan pendukungnya dipusatkan ke ruang komando menggunakan command system yang diberi nama SENIT 9(Système d'Eksploitasi Navale des Informations Tactiques). Sistem ini merupakan turunan dari sistem yang sama milik US Navy's Naval Tactical Data System (NTD).

Tenggat waktu pengerjaan Mistral pernah terlambat satu tahun yang disebabkan sistem SENIT yang tidak berfungsi seperti yang diharapkan, SENIT 9 dikembangkan berdasarkan sistem radar multi-peran Thales 3D/ MRR3D-NG, yang beroperasi pada sinyal C band dengan kemampuan identifikasi teman atau musuh (IFF). SENIT 9 juga dapat tersambung ke format pertukaran data taktis NATO.

Untuk mengatur lalu lintas helikopter di atas dek kapal, Mistral mengadopsi sistem radar DRBN-38A Decca Bridgemaster E250 yang dilengkapi dengan perangkat Optical Landing System.


Untuk mengatur lalu lintas heli di landasan Mistral menggunakan radar Decca Bridgemaster

Untuk perangkat komunikasi, Mistral menggunakan sistem komunikasi satelit Syracuse, sistem ini dibuat dengan memanfaatkan jaringan satelit Perancis Syracuse 3-A dan Syracuse 3-B dengan keamanan frekuensi 45% lebih tinggi dalam berkomunikasi, terutama antar anggota NATO.

Pengujian sistem komunikasi ini pernah dilakukan di depan pengunjung VIP di Paris Air Show 2007, dimana secara live dalam komunikasi berupa konferensi audio-video dilakukan dengan aman tanpa gangguan. Konferensi via satelit ini dilakukan di kapal Tonnerre saat melakukan pelayaran dari Brasil ke Afrika Selatan.

Persenjataan

Sejak tahun 2008, dua kapal kelas Mistral dipersenjatai dengan dua peluncur rudal Mistral Simbad dan empat senapan mesin 12,7 mm Browning M2-HB. Rencananya bakal ada tambahan dua senapan mesin Breda-30 mm/70 Mauser dalam inventori persenjataan kapal, namun batal diinstalasi pada 2009.

Belajar dari insiden nyaris tenggelamnya korvet Israel INS Hanit oleh tembakan rudal anti kapal Hizbullah dalam Perang Lebanon 2006, menunjukkan betapa rentannya kapal perang modern dalam pertempuran laut asimetris. Demikian pula halnya dengan Mistral, oleh sebagian pihak kapal ini dianggap tidak memiliki senjata pertahanan diri yang mumpuni untuk menghadapi situasi semacam itu.

Konsekuensinya, Mistral dan Tonnerre tidak mungkin diturunkan ke konflik perairan terbuka tanpa ada pengawalan unsur kapal eskorta. Masalah ini diperparah dengan kurangnya jumlah kapal eskorta di AL Perancis, karena ada gap lima tahun antara pe-non aktifan kapal selam kelas Suffren dengan penggantinya kelas Horizon dan frigat FREMM.

Selain itu juga berdasarkan pengalaman panglima AL Perancis di Opération Baliste, (evakuasi warga Eropa di perang Lebanon 2006), beliau mengusulkan perlu adanya peningkatan kemampuan pertahanan kedua kapal kelas Mistral dari yang ada saat itu. Usulan ini didukung oleh salah satu kepala staf AL Perancis, dan menjadi pertimbangan di departemen pertahanan pada 2008.


rudal Simbad-RC

Salah satu usulan adalah meng-upgrade dua peluncur manual rudal Simbad dengan empat peluncur otomatis rudal Tetral atau rudal Simbad-RC (setelah prototypenya berhasil). Berbeda dengan Perancis, walaupun belum mengumumkan secara resmi persenjataan apa yang bakal di adopsi di Mistral barunya nanti, Rusia rencananya bakal melengkapinya dengan sejumlah rudal, torpedo buatan lokal. Isyu yang beredar salah satu dari sistem senjata pertahanan Kashtan, rudal anti kapal 3M-54 Alfa (Club), meriam 100mm (A140) dan torpedo (type 91RE2) bakal diadopsi di Mistral.

Rumah Sakit

Fasilitas medis Mistral dibuat mengikuti standar layanan medis NATO, jika dibandingkan dengan layanan lainnya, standar layanan perawatan di Mistral setara dengan rumah sakit di kota besar.

Fasilitas layaknya rumah sakit ini menyediakan 20 bangsal perawatan, termasuk 7 bangsal ICCU dan ruang radiologi yang telah dilengkapi dengan CT/MRI scanner. Total kapasitas perawatan kapal memiliki 69 tempat tidur, termasuk 50 tempat tidur perawatan intensif.





Dalam keadaan darurat, fasilitas perawatan dapat diperluas hingga 120 tempat tidur dengan memanfaatkan hanggar helikopter.

Untuk setiap kasus patologi bisa ditangani langsung di atas kapal, termasuk kasus-kasus kompleks seperti bedah saraf dan jantung. Jika diperlukan pembedahan bisa dilakukan dengan memanfaatkan Syracuse telemedicine system, yakni teleconference secara online audiovisual saat melakukan pembedahan.


Copyright ALUTSISTA

Roket Yang Ditembakkan ke Kantor Polisi Mesir Hantam Pusat Medis


Jumat, 28 Januari 2011 06:46 WIB
Asap mengepul dari sebuah kebakaran di kantor pemadam kebakaran Suez saat terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa anti pemerintah dan polisi di kota pelabuhan Suez, 134km timur Kairo, Kamis (27/1).(FOTO ANTARA/REUTERS/Mohamed Abd El-Ghany/djo/11)

Kairo (ANTARA News/AFP) - Para pemrotes menembakkan dua roket granat ka kantor polisi di kota Sheikh Zuweid, Sinai Utara, pada Kamis, tapi luput dan menghantam pusat kesehatan terdekat, beberapa jam setelah polisi menembak mati seorang pengunjuk rasa, kata perwira keamanan.

Salah satu roket granat luput menghantam beberapa gedung dan mendarat di sebuah ruang kosong, kata perwira itu.

Tidak ada laporan segera tentang korban dari pusat medis yang terhantam roket tersebut.

Seorang koresponden AFP melaporkan, para demonstran juga menembakkan sebuah alat peluncur roket granat ke satu kantor polisi tiga kilometer (1,86 mil) dari kota itu, dan menimbulkan kebakaran.

Kantor pemeriksaan polisi itu dievakuasi pada hari sebelumnya.

Para demonstran tersebut terdiri atas orang Badui, beberapa di antara mereka bersenjata lengkap dan mengeluhkan diskriminasi yang dilakukan pemerintah.

Kerusuhan di Sinai berlangsung sesekali dan terjadi Selasa bertepatan dengan protes antipemerintah secara nasional. (AK/M016/K004)


ANTARA

Panglima: Tak Ada Mark-up di TNI


TNI AU memesan Super Tucano gantikan OV-10 Bronco dari Embraer. (Foto: Embraer)

31 Januari 2011, Jakarta -- (KOMPAS.com): Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan, tak ada praktik mark-up atau menaikkan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan non-alutsista di tubuh TNI. Mengenai pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta agar tak ada praktik mark-up anggaran, ia menilai, hal itu berupa peringatan saja.

"Selama saya di militer, belum menemukan mark-up. Mungkin Beliau mensinyalir, tapi sekarang belum ketemu lah. Jadi semua itu tergantung mutunya, kualitasnya. Ya, mungkin barangnya sama, tapi beda merek. Kualitasnya kan pasti beda. Satunya sedan, satunya Mercedez, satunya Toyota. Itu tidak bisa dibilang mark-up," kata Panglima kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/1/2011).

Permintaan agar tak ada lagi mark-up disampaikan Presiden ketika memberikan pengarahan pada acara Rapat Pimpinan TNI dan Polri di Gedung Balai Samudra Indonesia, Jakarta, Jumat (21/1/2011).

"Apabila ada kasus yang tidak bisa ditoleransi, saya minta BPK dan BPKP untuk melakukan audit. Jadi, saya ingatkan sekali lagi hari ini," kata Presiden di hadapan jajaran petinggi TNI dan Polri.

Presiden juga mengingatkan agar TNI dan Polri dapat terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran TNI dan Polri yang ditingkatkan setiap tahunnya. Anggaran tersebut juga diimbau agar dioptimalkan dan tepat sasaran.

Tak hanya itu, Kepala Negara meminta agar TNI dan Polri selalu konsisten dengan program yang telah direncanakan. Pergantian pimpinan tak mesti diiringi dengan pergantian program.

"Dan, belilah hasil-hasil industri nasional kita. Saya akan lihat dari dekat implementasi (instruksi) ini," kata Presiden.

Ditambahkan, pemerintah berkomitmen melakukan modernisasi peralatan TNI dan Polri.

Sumber: Kompas.com

Rakyat Mesir Siap-Siap Gelar Demonstrasi Jutaan Umat

 Slogan "mundur Mubarak" terus menggema di seluruh kota di Negeri Piramida itu. Di saat puluhan ribu demonstran berkonsentrasi di Bundaran Tahrir, Kairo, kini para penyelenggara demonstrasi menyerukan digelarnya "protes sejuta umat" di Kairo.
Para panitia demonstrasi di Mesir hari ini (31/1) menyerukan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam demonstrasi sejuta umat di Kairo guna memperuncing desakan terhadap Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk meninggalkan kekuasaan. Demikian dilaporkan AFP.
Seruan demonstrasi sejuta umat itu dikemukakan menyusul perintah tembak mati yang diinstruksikan oleh Mubarak kepada militer negara ini.
Sedikitnya, 150 orang tewas dalam instabilitas di Mesir dan ribuan lainnya cedera. (IRIB/MZ/SL)

IRIB

Israel Paksa Barat Berhenti Mengkritik Mubarak

 Israel meminta Barat untuk berhenti mengkritik Presiden Mesir Hosni Mubarak di tengah pemberontakan rakyat negara itu.
Tel Aviv berusaha untuk meyakinkan sekutu-sekutunya bahwa kepentingan Barat sangat bergantung pada stabilitas rezim Mesir.
Dalam sebuah pesan khusus yang dilayangkan oleh Kementerian Luar Negeri Israel kepada kedutaan besarnya di Amerika Serikat, Kanada, Cina, Rusia dan beberapa negara Eropa, para dubes Zionis diminta untuk menekankan kepada negara tuan rumah mereka soal pentingnya menjaga stabilitas Mesir.
Seorang pejabat senior Israel kepada koran Haaretz terbitan Tel Aviv mengatakan, "Amerika dan Eropa sedang terseret oleh opini publik dan tidak lagi mempertimbangkan kepentingan utama mereka ... Bahkan seandainya mereka mengkritik Mubarak, mereka harus mampu membuat sekutu-sekutu mereka tidak merasa sendirian."
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama meminta Mubarak untuk mengambil "langkah konkrit" menuju reformasi demokratis dan menahan diri melakukan tindak kekerasan terhadap para demonstran.
Namun, pada saat yang sama, Wakil Presiden AS Joe Biden justru mendukung sikap Mubarak. Tidak hanya itu, selain menolak menilai Mubarak sebagai seorang diktator, Biden juga menyatakan belum waktunya bagi Mubarak untuk mundur.(IRIB/MZ/SL)


IRIB

Skenario Berbahaya, Mubarak Kerahkan Penembak Jitu

 Seorang purnawirawan polisi Mesir, Omar Afifi, mengkonfirmasikan masuknya senjata-senjata dari Israel untuk membantai para pengunjuk rasa serta penempatan pasukan penembak jitu di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi yang ikut dalam demonstrasi.
Kantor Berita AFP melaporkan, Afifi dalam wawancaranya dengan televisi BBC bahasa Arab mengatakan, "Pemerintahan perang telah terbentuk di Mesir dan pemerintahan itu terdiri dari Wakil Presiden, Omar Sulaiman yang sebelumnya menjabat sebagai ketua dinas rahasia negara, dan Ahmad Shafik, Perdana Menteri Mesir. Saat ini pemerintahan tersebut tengah bekerjasama dengan musuh, Israel."
Ditambahkannya bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari lembaga-lembaga keamanan dalam negeri, senjata-senjata yang digunakan oleh para penembak jitu Mesir itu disuplai dari Israel dan dikirim dengan menggunakan dua helikopter.
Lebih lanjut dijelaskannya, "Saat ini, kondisi sangat berbahaya karena sejumlah penembak jitu telah di tempatkan di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi. Saya menyatakan bahwa kondisi ini sangat berbahaya karena mungkin dalam beberapa jam mendatang rezim Mubarak akan melakukan pertumpahan darah. Oleh karena itu saya menuntut masyarakat internasional segera turun tangan untuk mencegah hal itu terjadi."
Di bagian akhir wawancaranya, Afifi mengatakan, "Anda tentu mengetahui bahwa baik Mubarak maupun wakilnya, Omar Sulaiman, keduanya memiliki hubungan baik dengan rezim Zionis Israel. Jelas bahwa masuknya senjata dan penembak jitu dari Israel ke Kairo akan sangat berbahaya. Karena alih-alih meredam demonstrasi, justru akan membuat warga semakin marah."
Afifi juga meminta seluruh aparat keamanan pemberani Mesir untuk bergabung dengan rakyat.(IRIB/MZ/SL)

IRIB

Sunday, January 30, 2011

Israel Kirim Senjata ke Mesir Untuk Menumpas Demonstran

 Berbagai laporan menyebutkan bahwa Israel telah menyuplai pemerintah Mesir dengan senjata di tengah perlawanan rakyat negara itu menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak.
Laporan tersebut menyusul percakapan telepon antara AS, Mesir dan Menteri Pertahanan Israel mengingat protes anti-pemerintah secara nasional di Mesir hari ini (31/1) telah memasuki hari ketujuh.
Menteri Pertahanan Mesir Mohamed Hussein Tantawi memperingatkan para demonstran yang berani melanggar jam malam.
Pada hari Kamis (27/1), seorang menteri kabinet Israel yang tidak ingin namanya dipublikasikan kepada media Zionis menyatakan bahwa Presiden Mesir, Hosni Mubarak akan mampu memadamkan krisis berkat kecakapan militer kuat. Demikian dilaporkan The Washington Post.
"Rezimnya (Mubarak) telah mengakar pada struktur militer dan keamanan," kata menteri Israel itu seraya menambahkan bahwa, mereka harus mengasah kekuatan, berkuasa di jalan dan melakukannya. Mereka (Mesir) cukup kuat untuk mengatasinya.
Pada hari keenam (30/1), para pengunjuk rasa turun ke jalan meskipun militer telah memberikan peringatan keras.
Militer Mesir mengancam akan melakukan tindakan keras terhadap siapapun yang melanggar pemberlakuan jam malam di kota-kota besar.
Situs Ikhwanul Muslimin melaporkan, Mubarak dilaporkan berulangkali berkunjung markas komando militer dan bertemu dengan para panglima. Setelah kunjungan tersebut, militer menerima instruksi untuk menembak para demonstran dalam upaya melindungi rezim Mubarak. (IRIB/MZ/SL)

IRIB

BERITA POLULER