Pages

Sunday, January 30, 2011

Mubarak Lengser, Suplai Gas Mesir ke Israel Diputus!

Spekulasi tentang perubahan rezim di Mesir memicu kekhawatiran Tel Aviv mengenai kemungkinan diputusnya pasokan gas dari Mesir ke Israel jika terjadi revolusi di negara Afrika Utara itu. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan surat kabar Israel Yediot Aharonot, revolusi Islam di Mesir akan menciptakan kekacauan bagi ekonomi Israel. Artikel itu mengatakan aksi protes rakyat baru-baru ini di Mesir belum mempengaruhi pasokan gas ke Israel. Namun Tel Aviv khawatir perubahan rezim di Mesir kemungkinan akan merugikan impor gas.Cadangan gas Israel hanya bertahan hingga 2012.
Jalur pipa gas Mesir-Israel melewati Sinai utara, di mana protes massa sedang berlangsung terhadap Mubarak. Mesir memasok sekitar 40% dari konsumsi gas Israel.
Jika pasokan gas berhenti, pasar Israel kekurangan pasokan gas alam selama hampir satu tahun sampai pengeboran Tamar dimulai pada tahun 2014.
Israel berencana melakukan pengeboran gas di lapangan gas Tamar yang ditemukan di Laut Mediterania pada tahun 2009.
Area gas ini menjadi sumber sengketa antara Israel dan Lebanon. Beirut mengklaim ladang gas tersebut merupakan bagian dari wilayah Lebanon.
Israel dengan bantuan perusahaan-perusahaan energi Amerika Serikat, sedang mencoba untuk mengeksploitasi gas milik Lebanon.

Belum lama ini, korporasi minyak dan gas AS Noble Energy mengumumkan bahwa mereka telah menemukan dua ladang gas alam yang sangat besar, berisi sebanyak 25 triliun kubik gas alam di lepas pantai Mediterania.
Bagian terbesar dari penemuan ini adalah ladang gas Leviathan, yang diyakini mengandung 16 triliun kubik gas alam yang bernilai lebih dari $95 miliar, dan minyak senilai 4,2 miliar barel.(IRIB/PH/MF)

IRIB

Pasukan Komando Israel Masuki Kairo

 Laporan terbaru tentang kondisi di ibukota Mesir, menyebutkan bahwa sejumlah pasukan komando rezim Zionis Israel telah memasuki Kairo untuk menciptakan kekacauan dan mewujukan peluang untuk meneror dan membantai warga Mesir.
Sumber-sumber terpercaya, Ahad (30/1) kepada IRNA mengatakan, dengan pengangkatan Kepala Dinas Intelijen Mesir, Omar Suleiman sebagai Wakil Presiden negara itu, pada dasarnya Presiden Hosni Mubarak telah memberi lampu hijau kepada Israel untuk mengintervensi krisis di negaranya.
Seorang saksi mata dalam kontak telepon kepada wartawan IRNA di Ankara, mengatakan, serangan mencurigakan terhadap pusat-pusat bisnis dan perumahan serta teror atas orang-orang tertentu di Kairo, telah memunculkan kondisi yang tidak jelas. Ditambahkannya, isu ini mulai santer di tengah para demonstran Mesir bahwa anasir-anasir Israel telah menyusup ke tengah warga. Operasi ini bertujuan mengarahkan protes warga ke arah kekerasan dan perang kelompok dan sektarian.
Dilaporkan pula, Mubarak dalam sambungan telepon sepanjang 24 jam lalu dengan para pemimpin Tel Aviv dan Washington, memperingatkan bahwa kejatuhannya akan memberi peluang bagi keruntuhan Israel. Sementara para pejabat Israel dalam berbagai analisa, secara tegas mendukung Mubarak dan menghendaki langgengnya pemerintah diktator Mesir. Mereka menilai kemungkinan tergulingnya Mubarak sama dengan terisolasinya Israel di Timur Tengah.
Koran Washington Post terkait hal ini menulis, "Israel secara intens mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia Arab dan negara-negara tetangganya, terlebih Mesir. Mereka menyamakan peristiwa-peristiwa di kawasan dengan gempa."
Menanggapi transformasi di Mesir, mantan Dubes Israel untuk Turki, Alon Liel juga mengatakan, jika Mubarak lengser, Israel akan terkucilkan di Timur Tengah. (IRIB/RM/MF)

IRIB

Biografi Bapak Teknologi Indonesia B.J. Habibie

Prof. DR (HC). lng. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan “blaster” antara orang Jawa [ibunya] dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya). Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.

Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.

Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :

* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN - 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.

Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :

* 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia


Sejarah Bapak Teknologi Indonesia Habibie
Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio meruapakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia (PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dialami oleh industri strategis lainnya seperti PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, tiap tahun pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar untuk mengembangkan industri teknologi tinggi. Dan anggaran dengan angka yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana Habibie memimpin industri-industri strategis. Namun, Habibie memiliki alasan logis yakni untuk memulai industri berteknologi tinggi, tentu membutuhkan investasi yang besar dengan jangka waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin dirasakan langsung. Tanam pohon durian saja butuh 10 tahun untuk memanen, apalagi industri teknologi tinggi. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun industri strategis ala Habibie masih belum menunjukan hasil dan akibatnya negara terus membiayai biaya operasi industri-industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada akhirnya memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ Habibie terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.
Panser 6x6 Buatan Pindad
Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.

SUMBER:http://komunitasbloggers.blogspot.com/2010/06/biografi-bapak-teknologi-indonesia-bj.html

Komisi I DPR Undang Habibie

Prof. DR (HC). lng. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan “blaster” antara orang Jawa [ibunya] dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya).
Senin, 31 Januari 2011 10:46 WIB
Jadi tekad (saya) membangun industri strategis itu, bukan karena memenuhi panggilan Pak Harto, tapi karena Pak Harto itu ingin melanjutkan cita-cita Bung Karno agar bangsa ini unggul di pentas internasional
Jakarta (ANTARA News) - Komisi I DPR mengundang pakar teknologi dirgantara yang juga mantan Presiden Prof Dr BJ Habibie dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) di gedung DPR Jakarta, Senin.

Dalam RDPU yang beragendakan pembicaraan tentang pengembangan industri pertahanan strategis nasional itu dibuka oleh Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan selanjutnya diserahkan kepada Ketua Komisi I Mahfud Siddiq.

"Kami berharap DPR bisa mendapatkan berbagai masukan yang berharga dari Bapak Habibie terkait bidang keahliannya selama ini," ujar Priyo.

Hal senada juga ditegaskan Mahfud Siddiq. Politisi PKS itu mengatakan bahwa pendapat dan pandangan-pandangan Habibie sangat dibutuhkan mengingat mantan Presiden RI tersebut merupakan salah satu sosok yang meletakkan dasar bangunan kebangkitan teknologi Indonesia.

Diharapkan Indonesia kedepan, kata Mahfud, Indonesia bisa memiliki industri strategis pertahanannya sekaligus mandiri dalam berbagai aspek yang mendukungnya.

Berbagai pandangan Habibie itu juga dimaksudkan sebagai masukan untuk penyusunan RUU usul inisiatif DPR tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk Pertahanan.

Sementara itu Habibie dalam pemaparannya di depan anggota DPR menceritakan tentang kondisi awal bangsa Indonesia yang mencoba bangkit dengan kemandirian teknologinya.

Menurut dia, ketika dirinya dipanggil mantan Presiden Soeharto untuk membantu pembangunan Indonesia melalui pengembangan teknologi, pada hakikatnya Soeharto hanya melanjutkan pendahulunya, mantan Presiden Soekarno.

"Jadi tekad (saya) membangun industri strategis itu, bukan karena memenuhi panggilan Pak Harto, tapi karena Pak Harto itu ingin melanjutkan cita-cita Bung Karno agar bangsa ini unggul di pentas internasional," ujarnya.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © 2011

ANTARA

Batalyon-466 Paskhas Latihan SAR Terpadu


31 Januari 2011, Makassar -- (Pelita): Batalyon 466 Paskhas melaksanakan Latihan SAR (Search And Rescue) Terpadu bersama SAR Lantamal VI, SAR TNI AD, dan Badan SAR Nasional (Basarnas), serta SAR Unhas. Latihan diikuti 120 peserta dengan Ketua Tim Pengendali Latihan Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Raharjo, yang melibatkan unsur Heli Puma TNI AU HT-3315 yang disiapkan di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.

Menurut siaran pers Pentak Lanud Sultan Hasanuddin, Latihan SAR terpadu yang digelar di perairan Makassar tersebut dilaksanakan tanggal 25-28 Januari 2011 dengan melaksanakan berbagai kegiatan manuver lapangan diantaranya latihan pertolongan terhadap korban kapal tenggelam.

Dalam pelaksanaan latihan SAR terpadu tersebut, Tim SAR Batalyon-466 Paskhas melaksanakan pertolongan terhadap korban kapal tenggelam dengan cara free jump dari Heli Puma HT-3315, selanjutnya korban dievakuasi dengan cara hosting dengan menggunakan pesawat helikopter.

Kolonel Laut Rahmat Eko Raharjo sebagai Ketua Tim Pengendali Latihan mengatakan Latihan SAR terpadu yang dilaksanakan secara terjadwal tersebut merupakan salah satu upaya antisipasi SAR laut bilamana sewaktu-waktu diperlukan. Bencana alam bisa datang kapanpun, dimanapun dan kami harus siap memberi pertolongan, katanya.

Sumber: Harian Pelita

Kemandirian Teknologi Militer Indonesia

0diggsdigg

Industri Pertahanan Indonesia.(Foto: Ardava)

Indonesia mempunyai letak geografis sangat strategis di antara dua benua dan dua samudra. Selat Malaka, Sunda, dan Lombok adalah beberapa dari selat yang sangat strategis di dunia.

Lihat saja Selat Malaka yang dilewati sekitar 1/5 sampai 1/4 dari perdagangan laut dunia dan 1/2 dari minyak dunia yang diangkut oleh kapal tanker raksasa (Rahakundini, 2011). Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 17.000 pulau, mempunyai luas lautan sekitar 5,8 juta kilometer persegi. Indonesia mempunyai sumber daya alam (SDA) melimpah baik di daratan maupun di lautan yang terdiri dari mineral barang tambang, energi dan hasil laut.

Sumber daya ini berpotensi memunculkan konflik dengan negara tetangga di pulau terluar dan daerah perbatasan. Namun,kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut dengan jarak berjauhan membuat Indonesia menghadapi ancaman yang berbeda. Indonesia memerlukan angkatan bersenjata yang kuat dengan didukung peralatan militer yang tangguh sehingga mampu menjaga teritorial negara kesatuan Republik Indonesia.

Kemampuan persenjataan Indonesia tidak sebanding dengan luasnya wilayah kepulauan, jika dibandingkan dengan negara tetangga. Sebagai contoh jumlah pesawat jet tempur modern berdasarkan data dari Center for Strategic and International Studies (Cordesman & Kleiber, 2006), Indonesia mempunyai Sukhoi Su-30 (2 buah), Su-27 (2 buah) dan F-16 (10 buah), Malaysia mempunyai MIG-29 (16 buah),Singapura mempunyai F-16 (44 buah) dan E-2C (4 buah), sedangkan Thailand mempunyai F- 16 (50 buah). Indonesia menghadapi buah simalakama di sektor ini.

Peralatan militer yang kuat memerlukan anggaran yang besar. Dengan banyaknya agenda pembangunan dan prioritas agenda pembangunan sektor yang lain, pemerintah mengalokasikan anggaran militer yang terbatas. Realisasi anggaran Kementrian Pertahanan (Kemhan) tahun 2010 hanya Rp42,9 triliun, sedangkan untuk tahun 2011, anggaran pertahanan naik 10,72% menjadi Rp47,5 triliun atau 3,86% dari APBN tahun 2011 (SINDO, 31/ 12/2010).Sementara untuk anggaran modernisasi dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) direncanakan sebesar Rp150 triliun sampai tahun 2014.

Industri Militer

Indonesia mempunyai pengalaman pahit ketika Amerika Serikat (AS) mengembargo peralatan senjata dan kerja sama militer dengan Indonesia dari tahun 1999 s/d 2005. Dengan embargo tersebut, akhirnya Indonesia membuka kembali hubungan baik dengan Rusia untuk meningkatkan kemampuan persenjataan dengan membeli jet tempur Sukhoi sebagai pengganti F-16. Pengalaman pahit lainnya menimpa Indonesia dengan lepasnya Sipadan dan Ligitan pada 17 Desember 2002 ke Malaysia yang ada hubungannya dengan sumber daya mineral.

Padahal sebelumnya kedua negara menyepakati untuk status quo.Konflik perbatasan dengan Malaysia dan negara tetangga lainnya berpotensi sering terjadi seiring dengan ditemukannya sumber mineral dan energi yang sangat berharga di masa datang Belajar dari pengalaman pahit dan untuk mengoptimalkan anggaran alutsista, dibutuhkan kemandirian teknologi militer di mana sebagian alutsista yang sebelumnya direncanakan diimpor mulai untuk dapat diproduksi di dalam negeri.

Industri militer memerlukan fasilitas peralatan industri berat (heavy industry).Fasilitas yang telah dimiliki oleh PAL,PTDI (IPTN),dan Pindad jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Kemandirian teknologi militer akan meningkatkan kemandirian teknologi lainnya.China dapat kita jadikan contoh.Negara ini mempunyai tujuan jangka panjang untuk mandiri dalam memproduksi peralatan militer dan tidak tergantung dari negara lain untuk memodernisasi persenjataan.

Setelah 20 tahun berusaha, China menjadi negara ketiga terbesar dunia sebagai produsen kapal sipil-komersial (RAND,2005). Porter dan Forester (2001) menyimpulkan bahwa penguasaan teknologi China dimulai dengan kemandirian pengembangan teknologi pertanian dan teknologi peralatan militer dan persenjataan. Sejarah mencatat bahwa peralatan militer perang dunia kedua dibuat oleh perusahaan yang kita kenal sekarang ini seperti Boeing, General Motor,Fiat,Ansaldo,Renault, Daimler,Volkswagen, Krupp, Hitachi, Hino, Mitsubishi Heavy Industries dan lainnya.

Fakta lainnya bahwa perang dunia kedua berakhir setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom pada tahun 1945. Nagasaki dipilih sebagai target untuk dibom karena terdapat dua pusat industri perang yang sangat besar yang dipunyai Mitsubishi Heavy Industries (Laromkarnvapen, 2008). Penguasaan teknologi militer tidaklah mudah, karena harus mempunyai kemampuan desain engineering yang memerlukan pengalaman panjang dan akumulasi know how.

Cara yang paling singkat adalah dengan melakukan reverse engineeringsebagaimana dilakukan Korea,Taiwan,Jepang pada awal perkembangannya dan diikuti oleh China yang lebih agresif. China dalam membangun persenjataannya dengan membuat sendiri, membelidarinegaralain,mengimpor beberapa senjata modern kemudian melakukan reverse engineering dan memproduksinya (Yung, 2003).

Proses reverse engineering yang dilakukan adalah dengan mengimpor beberapa persenjataan modern, kemudian mempelajari cara kerjanya, membuat desain dan spesifikasi untuk prototipe model, membuat fisik model, training teknisi, tes dan evaluasi prototipe,setelah itu melakukan produksi.

Kita Jelas Mampu

Potensi untuk meniru hal yang dilakukan China sangat besar.Banyak fasilitas industri berat yang dimiliki swasta seperti Texmaco, Tjokro, Bukaka dan beberapa fabrikator besar lain.Adapun kelompok industri BUMN yang mempunyai kemampuan untuk mendukung produksi peralatan militer adalah PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, Dahana, Pindad, Barata, dan Krakatau Steel.

Perusahaan-perusahaan tersebut di era Menristek BJ Habibie termasuk dalam industri strategis. Industri pertahanan yang utama (alutsista) adalah: pesawat terbang, perkapalan, misil, IT dan elektronika pertahanan. BUMN dalam kelompok industri strategis. Dengan melakukan reverse engineering, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menguasai rancang bangun industri pertahanan, karena industri strategis tersebut sebelumnya sudah mempunyai banyak pengalaman. Pertama, industri pesawat militer.

PT DI yang sebelumnya bernama IPTN telah memiliki pengalaman untuk membuat pesawat militer CN-235,NC-212 ,helikopter, komponen Airbus, Boeing,Fokker, F-16, membuat persenjataan roket dan torpedo.Sempat membuat prototipe pesawat komersial N250 dengan mesin turbopropdan merencanakan pembuatan pesawat jet N- 2130. Sayang keduanya berhenti pengembangannya ketika krisis moneter 1997.

Pada 2010 Indonesia membuka kerja sama kembali dengan Korea Selatan yang sebelumnya tertunda, berkaitan dengan rencana produksi bersama, riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur KF-X.Pesawat single seatbermesin ganda ini adalah jenis pesawat siluman (stealth) yang kemampuannya di atas pesawat Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon dan pesawat F-16 Block 60.

Apabila PT DI diberi kesempatan lebih besar, bisa jadi banyak ilmuwan terbaik PT DI yang sebelumnya berpindah kerja ke Amerika Serikat, Inggris,Jerman,dan Singapura akan kembali ke Indonesia. Kedua, industri perkapalan. Indonesia memiliki PT PAL yang pada saat ini telah menguasai teknologi produksi untuk kapal bulker sampai dengan 50.000 DWT, kapal kontainer sampai dengan 1.600 TEUS, kapal tanker sampai dengan 30,000 DWT, kapal penumpang, kapal Chemical Tanker sampai dengan 30,000 DWT,kapal LPG carrier sampai dengan 5.500 DWT, kapal landing platform, kapal patroli cepat, tugboat, kapal ikan dan kapal ferry serta penumpang.

PT PAL juga telah mengembangkan desain untuk kapal corvette termasuk desain kapal pemburu ranjau. PT PAL seharusnya sudah mampu untuk melakukan reverse engineering kapal corvette dan frigate dari kapal eks Jerman timur yang dimiliki TNI AL. Ketiga, industri roket/misil. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada Juli 2009 telah berhasil meluncurkan roket dengan nama RX-420 (roket eksperimen diameter 420 mm) di Pameungpeuk Jawa Barat.

Roket yang akan digunakan untuk pengorbit satelit itu mampu menghasilkan daya 100 ton detik dengan membawa muatan 300 kg,mampu menjangkau radius 100 kilometer dengan kecepatan 4,4 mach atau sekitar 344 meter per detik. Pembuatan tahapan lanjut pengembangan roket dan pengembangan misil dapat melibatkan PT PAL, PTDI, Barata, Pindad, yang mempunyai peralatan industri berat, Dahana yang dapat membuat material high density energydan bahan peledak sebagai warheadmisil,dan LEN untuk teknologi kontrol misil dan torpedo.

Keempat, industri IT & elektronika pertahanan. LEN telah mampu membuat peralatan elektronika pertahanan. LEN telah berhasil mengembangkan peralatan tactical communication yang mempunyai matriks hopping yang dirancang khusus untuk mengurangi risiko penyadapan oleh pihak lain.Selain itu,telah mampu membuat peralatan surveillance dan combat management system yang canggih. Dari pengalaman tersebut seharusnya LEN mampu untuk mengembangkan kontrol misil jarak jauh,kontrol misil anti kapal dan kontrol misil surface to underwater torpedo.

LEN juga seharusnya mampu membuat sistem manajemen logistik peralatan tempur berbasis IT yang canggih. Kemampuan industri strategis apabila dipadukan akan mempunyai kapasitas setara dengan industri berat yang dimiliki Jepang, Korea dan China.Walaupun untuk mengintegrasikannya memerlukan project manageryang memahami kemampuan dari masing-masing industri tersebut.Kemandirian teknologi militer,dengan menggunakan kemampuan dan fasilitas dalam negeri akan menghemat devisa, meningkatkan multiplier effect ekonomi, meningkatkan kemampuan dalam negeri dan meningkatkan keahlian sumber daya manusia.

Sumber: SINDO

Turki Menggandeng Alenia Aeronautica Dan Embraer Dalam Pembuatan FX


0diggsdigg


ANKARA - Turki sedang mencari mitra asing untuk membantu membangun jet tempur dan kemungkinan untuk membuka pembicaraan dengan Italia Alenia Aeronautica dan Embraer dari Brasil untuk pengadaan program FX.

"Kami berharap TAI melakukan negosiasi dengan kedua produsen akhir tahun ini," kata seorang pejabat tersebut. "Dan pada tahun 2012 kita akan mengetahui dengan siapa kita akan mengambil keputusan dalam pengadaan dan pembuatan pesawat tempur tersebut."

Pemerintah telah meminta perusahaan penerbangan nasional yaitu Turki Aerospace Industries (TAI) untuk melakukan kemitraan dalam membangun pesawat tempur tersebut. TAI akan mendapatkan talangan dana sebesar $20 juta dari Industri Pertahanan Undersecretariat (SSM) untuk membuat "desain konseptual" dari sebuah pesawat tempur yang akan dibangun setelah 2020.

Dalam beberapa tahun terakhir Turki telah sanggup membuat persenjataan berteknologi tinggi untuk program alutsista Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Upaya ini bertujuan untuk membangun kekuatan udara semakin mandiri tanpa tergantung dari teknologi AS, kata pejabat tersebut.

Desember lalu, Menteri Pertahanan Vecdi Gonul mengatakan Turki akan mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur dengan dana pemerintah sendiri maupun bersama-sama dengan negara lain.

Gonul mengatakan bahwa Turki kemungkinan besar akan bekerja sama dengan Korea Selatan.

Tetapi para pejabat pertahanan Turki mengatakan "opsi Korea" gagal karena Seoul telah bersikeras karena korsel ingin menjadi pemegang terbesar dalam pembuatan pesawat tersebut.

Jika program ini berhasil Turki akan memiliki kekuatan udara yang sama dengan armada buatan AS kelak.

Angkatan Udara Turki sekarang mengoperasikan F-16 dan F-4. Turki juga merupakan mitra dalam konsorsium yang dipimpin oleh Joint Strike Fighter U. S. (JSF) yang dibangun pesawat tempur stealth F-35 Lightning II.

Turki berencana untuk membeli sekitar 100 pesawat F-35 senilai hampir $ 15 milyar. Turki juga akan menerima 30 F-16 Blok 50 dari Lockheed Martin, pembuat F-35, sebagai pengganti sementara sampai pengiriman F-35 yang dimulai sekitar 2015.

Para pejabat mengatakan bahwa pesawat tempur Turki yang baru akan mengganti pesawat lama buatan AS yaitu F-4Es dan memiliki kemampuan diatas F-16 dan dibawah F-35."

Mereka menegaskan bahwa pesawat baru terutama akan dimaksudkan untuk pesawat tempur serang udara udara. F-4ES adalah pesawat tempur serang dari udara-udara, sedangkan F-16 dan F-35 dirancang pesawat tempur udara ke darat.

Program FX berarti bahwa Turki akan melepaskan ketergantungan membeli pesawat tempur Eropa. Pada bulan Desember, Gonul mengesampingkan potensi akuisisi jet tempur Typhoon yang dibangun oleh konsorsium Eurofighter.

Tetapi pejabat Turki masih menyuarakan keinginan untuk melakukan pembicaraan dengan Alenia Aeronautica, salah satu mitra Eurofighter, serta melakukan pembicaraan secara terpisah untuk pesawat tempur Turki bersama dengan Embraer.

"Kami melihat kedua perusahaan merupakan mitra yang cocok untuk pengadaan pesawat tempur nasional dari program kami," kata pejabat.

Sumber: DN/WDN/MIK

BERITA POLULER