Pemberitaan hari ini (Kamis, 20/1) situs Lebanon New Orient News mengutip pernyataan sebagian para diplomat yang hadir dalam pertemuan beberapa bulan lalu Bashar Assad, Presiden Suriah dan Raja Abdullah, Raja Arab Saudi di Damaskus, mengungkap peran destruktif Saud al-Faisal, Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Dalam pertemuan itu Saud al-Faisal berkali-kali menyatakan penentangannya terkait kandungan kesepahaman dan kesepakatan Presiden Assad dan Raja Abdullah guna melawan fitnah Israel di Lebanon.
Sikap Menlu Saud al-Faisal dalam pertemuan itu membuat Raja Abdullah saat menyambut Presiden Bashar Assad di Bandara Riyadh tidak didampingi Saud al-Faisal. Ketiadaan al-Faisal dianggap Raja Abdullah dapat menyegerakan kesepahaman dan kesepakatannya dengan Presiden Assad. Akan tetapi tidak lama berselang, Jeffrey D. Feltman, Deputi Menteri Luar Negeri Amerika melawat Arab Saudi guna melicinkan kesuksesan konspirasi Amerika. Benar, konspirasi baru ini disempurnakan di New York dan Washington dalam pertemuan segi tiga Amerika, Arab Saudi dan Perancis yang diikuti oleh Saad Hariri, mantan Perdana Menteri Lebanon.
Sementara kemarin, (Rabu, 19/1) dengan tanpa mengindahkan upaya baru yang dilakukan Qatar dan Turki yang menyatakan akan melanjutkan usaha Arab Saudi dan Suriah, Menlu Saud al-Faisal menyatakan bahwa Arab Saudi mengundurkan diri dari upaya yang telah dilakukannya selama ini.
Sebenarnya, Saud al-Faisal, Menteri Luar Negeri Arab Saudi memilih waktu yang tidak tepat untuk mengungkapkan fase kedua dari konspirasi yang ingin dijalankan Amerika di Lebanon. Karena sejak awal proses munculnya konspirasi ini, Arab Saudi juga terlibat. Konspirasi itu adalah perang saudara dan membagi Lebanon dalam waktu dekat ini.
Arab Saudi lupa bahwa mereka punya saham besar bila terjadi perang saudara di Lebanon dan negara ini terbagi dua. Lewat pernyataan Menlu Saud al-Faisal, Arab Saudi diperintah Amerika untuk menghancurkan upaya menyelesaikan krisis politik Lebanon yang kini tengah diupayakan oleh Turki dan Suriah. Namun ketika kedua negara ini menyatakan bahwa upaya mereka hanya ingin melanjutkan kesepakatan Arab Saudi, Menlu Arab Saudi ini langsung turun tangan. Saud al-Faisal menyatakan bahwa Arab Saudi keluar dari upaya penyelesaian krisis politik Lebanon dan berbicara mengenai perang saudara dan pembagian Lebanon dalam waktu dekat ini.
Situs Lebanon ini menambahkan bahwa mereka yang berkuasa di Arab Saudi tahu betul betapa Amerika senantiasa menghancurkan peran regional Arab Saudi. Apa yang dilakukan Amerika selama ini hanyalah menghina dan menistakan bangsa Arab Saudi. Betapa tidak, dalam Kesepakatan Mekah yang ditandatangani Raja Abdullah dengan pihak Hamas dan Fatah, ternyata Amerika mengintervensi kesepakatan ini dan membuatnya tidak berfungsi. Ini menjadi tamparan keras bagi Raja Abdullah sebagai pemrakarsa kesepakatan ini. Baru-baru ini Amerika juga menghancurkan Arab Saudi dari konstelasi politik di Irak dan kini giliran Amerika mempermalukan Arab Saudi di Lebanon.
Fenomena perang saudara dan konflik mazhab yang diberitakan Menlu Saud al-Faisal telah dimulai oleh Amerika dan Israel dengan alasan Pengadilan Internasional untuk Lebanon (STL). Dalam strategi tahap kedua ini, lembaga-lembaga Arab Saudi juga punya saham besar. Lembaga-lembaga yang tidak lagi mau mendengarkan ucapan Raja Abdullah yang dikelola oleh para ulama ekstrim Wahhabi. (IRIB/SL/MF)
IRIB
Sikap Menlu Saud al-Faisal dalam pertemuan itu membuat Raja Abdullah saat menyambut Presiden Bashar Assad di Bandara Riyadh tidak didampingi Saud al-Faisal. Ketiadaan al-Faisal dianggap Raja Abdullah dapat menyegerakan kesepahaman dan kesepakatannya dengan Presiden Assad. Akan tetapi tidak lama berselang, Jeffrey D. Feltman, Deputi Menteri Luar Negeri Amerika melawat Arab Saudi guna melicinkan kesuksesan konspirasi Amerika. Benar, konspirasi baru ini disempurnakan di New York dan Washington dalam pertemuan segi tiga Amerika, Arab Saudi dan Perancis yang diikuti oleh Saad Hariri, mantan Perdana Menteri Lebanon.
Sementara kemarin, (Rabu, 19/1) dengan tanpa mengindahkan upaya baru yang dilakukan Qatar dan Turki yang menyatakan akan melanjutkan usaha Arab Saudi dan Suriah, Menlu Saud al-Faisal menyatakan bahwa Arab Saudi mengundurkan diri dari upaya yang telah dilakukannya selama ini.
Sebenarnya, Saud al-Faisal, Menteri Luar Negeri Arab Saudi memilih waktu yang tidak tepat untuk mengungkapkan fase kedua dari konspirasi yang ingin dijalankan Amerika di Lebanon. Karena sejak awal proses munculnya konspirasi ini, Arab Saudi juga terlibat. Konspirasi itu adalah perang saudara dan membagi Lebanon dalam waktu dekat ini.
Arab Saudi lupa bahwa mereka punya saham besar bila terjadi perang saudara di Lebanon dan negara ini terbagi dua. Lewat pernyataan Menlu Saud al-Faisal, Arab Saudi diperintah Amerika untuk menghancurkan upaya menyelesaikan krisis politik Lebanon yang kini tengah diupayakan oleh Turki dan Suriah. Namun ketika kedua negara ini menyatakan bahwa upaya mereka hanya ingin melanjutkan kesepakatan Arab Saudi, Menlu Arab Saudi ini langsung turun tangan. Saud al-Faisal menyatakan bahwa Arab Saudi keluar dari upaya penyelesaian krisis politik Lebanon dan berbicara mengenai perang saudara dan pembagian Lebanon dalam waktu dekat ini.
Situs Lebanon ini menambahkan bahwa mereka yang berkuasa di Arab Saudi tahu betul betapa Amerika senantiasa menghancurkan peran regional Arab Saudi. Apa yang dilakukan Amerika selama ini hanyalah menghina dan menistakan bangsa Arab Saudi. Betapa tidak, dalam Kesepakatan Mekah yang ditandatangani Raja Abdullah dengan pihak Hamas dan Fatah, ternyata Amerika mengintervensi kesepakatan ini dan membuatnya tidak berfungsi. Ini menjadi tamparan keras bagi Raja Abdullah sebagai pemrakarsa kesepakatan ini. Baru-baru ini Amerika juga menghancurkan Arab Saudi dari konstelasi politik di Irak dan kini giliran Amerika mempermalukan Arab Saudi di Lebanon.
Fenomena perang saudara dan konflik mazhab yang diberitakan Menlu Saud al-Faisal telah dimulai oleh Amerika dan Israel dengan alasan Pengadilan Internasional untuk Lebanon (STL). Dalam strategi tahap kedua ini, lembaga-lembaga Arab Saudi juga punya saham besar. Lembaga-lembaga yang tidak lagi mau mendengarkan ucapan Raja Abdullah yang dikelola oleh para ulama ekstrim Wahhabi. (IRIB/SL/MF)
IRIB