Pages

Sunday, January 16, 2011

No Hiding from the Skyblade


Skyblade III complete equipment (photo : ST Aerospace)
The Army gained a new friend in the skies as six units were equipped with the Skyblade III mini-UAV late last year. Hauling day-use and night-use cameras skywards, the mini-UAV is used by scout teams to conduct recce operations.

Details of Skyblade III equipment (photos : Cyberpioneer)

Previously, scout teams relied primarily on visual surveillance, which required them to be in close proximity to their targets. But with the Skyblade III, they can be further away, reducing the chance of being spotted by the enemy.


Army units will also be able to respond faster to threats in its area of operations. "During an assault, we are able to see much further a field,and in defence, we can plan counter-manoeuvres earlier because the scout teams are able to detect the presence of opposing forces much earlier," said Lieutenant Colonel Willy Lock, Commanding Officer, 3rd Battalion, Singapore Infantry Regiment, during a training exercise on 25 Nov 2010.


Opposition forces will not have an easy time trying to locate the scout teams operating the Skyblade III, as the operators could be anywhere within its 8km range. The mini-UAV is also difficult to spot visually: its silhouette in flight resembles a bird to the naked eye.

Skyblade operations (photo : AsiaOne)

According to Senior Lieutenant Colonel Ong Chee Boon,Deputy Group Head, General Staff, all active Army battalions will be equipped with the Skyblade III by 2012.

Elisra to Supply South Korean CN-235s with EW Suites



South Korea's CN-235 (photo : Airliners)

Elisra Electronic Systems has won a $29 million deal to supply the South Korean air force with airborne electronic warfare suites and missile warning systems for its Airbus Military CN-235 transports. The equipment will provide protection against various threats, the Israeli company says.

South Korea has an active fleet of 20 CN-235s, saysFlightglobal's MiliCAS database.

F/A-50 strike aircraft (photo : Defense Studies)

Elisra has signed similar deals with South Korea in recent years. In 2009 Seoul awarded it a $25 million contract to supply an integrated electronic warfare suite for its air force fleet of Lockheed Martin C-130H tactical transports.

In the same year the company also received a $7 million contract to provide EW equipment for four prototypes of the Korea Aerospace Industries F/A-50 strike aircraft, including an advanced radar warning receiver and chaff and flare dispensers.

Elbit Systems owns 70% of Elisra and Israel Aerospace Industries 30%.

Saturday, January 15, 2011

Melebihi Target, Satelit Pertama Buatan Indonesia Masih Mengorbit!



14 Januari 2010, Jakarta --(Lapan.go.id): Lapan-Tubsat, satelit pertama buatan Indonesia, berulang tahun ke-4 pada 10 Januari 2011. Padahal, dalam rancangan awal, satelit ini diperkirakan hanya akan berusia tidak lebih dari dua tahun. Ternyata masa hidup satelit ini melampaui target. Keberhasilan ini merupakan suatu pembuktian bahwa engineer Indonesia mampu membuat satelit yang andal.

Menurut Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Ing. Soewarto Hardhienata, Dipl. Ing., Lapan-Tubsat masih berfungsi dengan baik dan masih terus memberikan gambar dari ruang angkasa. ”Bahkan, jika tidak ada anomali, Lapan-Tubsat masih akan terus beroperasi hingga beberapa tahun lagi,” ujarnya. Soewarto mengatakan, ”ini merupakan hal yang luar biasa bagi sebuah satelit mikro karena banyak satelit semacam ini hanya berusia dua tahun” ia mengungkapkan.

Lapan-Tubsat merupakan satelit mikro atau satelit berukuran kecil dengan bobot 57 kg. Satelit ini berorbit polar atau mengelilingi bumi dengan melewati kutub. Satelit tersebut melewati wilayah Indonesia sebanyak dua kali per hari. Selama empat tahun, Lapan-Tubsat telah menghasilkan berbagai video pemantauan bencana misalnya gunung meletus, pemantauan kebakaran hutan, dan pemantauan perkembangan jembatan Suramadu.

Bahkan, menurut Kepala Bidang Teknologi Ruas Bumi Dirgantara Lapan, Chusnul Tri Judianto, ST, Lapan dapat mengambil gambar letusan Gunung Merapi pada 2010. Saat itu, satelit-satelit penginderaan jauh milik negara-negara maju, tidak dapat mengambil gambar gunung itu karena seluruh wilayah udara di Merapi tertutup awan akibat erupsi.

”Inilah kelebihan Lapan-Tubsat. Satelit ini dapat digerakkan, sehingga mampu 'melirik' dari sisi samping wilayah yang ingin dilihat. Pada satu hari itu, hanya Lapan-Tubsat yang berhasil melihat Merapi dari 650 kilometer di atas permukaan bumi,” ujar Chusnul.

Program pengembangan satelit terus berkembang. ”Sekarang, penguasaan teknologi satelit sudah berjalan di Indonesia dan ini akan terus dilanjutkan,” Soewarto menjelaskan. Saat ini, Lapan sedang membangun dua satelit yaitu Lapan-A2 dan Lapan-Orari. Kedua satelit yang disebut Twin-Sat atau Satelit Kembar berorbit ekuatorial, sehingga akan melewati Indonesia lebih banyak dari Lapan-Tubsat, yaitu 14 kali per hari. Kedua satelit akan mengemban misi untuk mitigasi bencana. Rencananya Twin Sat akan diluncurkan pada 2011 ini dengan menggunakan roket India.

Lapan-A2 akan membawa muatan AIS (Automatic Identification System) untuk mengindentifikasi kapal laut di perairan Indonesia dan kamera video dengan cakupan tiga kali lebih lebar dari Lapan-Tubsat. Lapan-Orari akan membawa muatan voice repeater dan APRS Repeater untuk komunikasi anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) saat bencana. Satelit ini juga akan membawa ADI star (Attitute Determination Instrument). Instrumen ini akan mengeluarkan cahaya seperti bintang yang terlihat dari bumi dengan mata telanjang. ADI star bertujuan untuk menguji sistem pengendalian sikap satelit. Mantan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara Lapan, Drs. Toto Marnanto Kadri, menjelaskan apabila cahaya menyorot ke titik yang sama selama satelit lewat di tempat yang ditentukan, artinya sistem pengendalian sikap satelit berjalan dengan baik.

Lapan-Orari juga akan membawa Imager Experiment . Hasil muatan ini akan menyerupai data citra satelit penginderaan jauh. Imager pada Lapan-Orari masih bersifat eksperimen. ”Nantinya, imager tersebut akan digunakan pada satelit Lapan berikutnya, yaitu Lapan-IPB,” ujar Toto. Satelit Lapan-IPB adalah satelit kerja sama Lapan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Satelit ini nanti akan mendukung program ketahanan nasional di bidang pangan.

Indonesia sangat memerlukan satelit. Toto memaparkan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas sehingga membutuhkan suatu alat pengamatan dan komunikasi yang dapat mencakup seluruh wilayah. ”Satelit merupakan alat yang paling baik untuk kebutuhan tersebut karena biayanya murah,” kata Toto.

Soewarto menegaskan, kunci untuk penguasaan teknologi ini adalah sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan dan transfer teknologi dari para peneliti senior kepada peneliti junior.

Sumber: Humas Lapan

AS Hibahkan 9 RHIB ke Satpaskaarmabar



13 Januari 2011, Jakarta -- (Dispenarmabar): Komandan Satuan Pasukan Katak Komando Armada RI Kawasan Barat (Dansatpaskaarmabar) Kolonel Laut (T) Andi Kriswanto, SE., menerima kunjungan Tim US Office Defence Cooperation (ODC) Kedutaan Besar Amerika Serikat yang dipimpin oleh Lenan Kolonel White di Markas Komando Satpaskaarmabar, Pondok Dayung, Jakarta Utara, Kamis (13/1).

Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan rencana dan kesiapan Satpaskaarmabar dalam menerima hibah Sembilan unit Rigid Holl Inflatable Boat (RHIB).

Sumber: Dispenarmabar

Friday, January 14, 2011

Pos Perbatasan TNI Diserang

Merauke (ANTARA News) - Pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG Batalyon Infantri 132/Bima Sakti, di kampung Nasem, Distrik Merauke, Kabupate Merauke, Papua, Jumat sekitar pukul 07.00 Wit diserang oleh dua orang menggunakan senjata tradisional.

Klemen Samkakai dan Amandus Galum meninggal ditempat setelah diterjang timah panas aparat TNI yang melakukan perlawanan.

Jasad Klemen tergeletak di sebelah pos jaga, sementara Amandus sekitar 10 meter dari pos jaga.

Anggota TNI, Pratu Sukirman mengalami luka terkena panah di lengan kiri dan kini dirawat di ruang UGD RSUD Merauke.

Setelah insiden itu, sekitar 100 aparat gabungan TNI/Polri diterjunkan ke lokasi kejadian untuk melakukan peyisiran dan olah tempat kejadian perkara. Motif penyerangan itu belum diketahui, namun pelaku diberondong peluru aparat setelah merampas satu pucuk senjata api milik seorang anggota TNI

Jene (50) saksi mata, melihat kedua pelaku yang juga warga setempat masuk ke halaman pos penjagaan dengan menenteng panah dan parang.

"Tiba-tiba saya mendengar ada suara tembakan, waktu itu saya tidak langsung masuk ke dalam rumah, sambil tiarap saya mengintip dari celah-celah dinding teras rumah, saya melihat dua orang itu langsung terjatuh karena di tembak dari dalam pos," ujar Jene yang menyaksikan dari jarak 20 meter, kepada wartawan.

Komandan Korem 174/ATW, Kolonel CZI, Hadi Prasojo, menjelaskan bahwa enyerangan itu terjadi tiba-tiba.

"Saat penyerangan itu hanya ada satu anggota yang sedang berjaga sementara lainnya sedang di dalam barak melakukan aktifitas seperti biasa."

"Anggota yang jaga itu langsung diserang dengan panah dan parang. Lalu senjata api diambil oleh pelaku dan mereka  hendak menyerang. Anggota di dalam barak langsung mengeluarkan tembakan peringatan, namun tidak dihiraukan pelaku, sehingga akhirnya pelaku dilumpuhkan," kata Danrem.

Pos Satgas Pamtas RI-PNG Batalyon Infantri 132/Bima Sakti, di kampung Nasem, Distrik Merauke, Kabupate Merauke, Papua berjarak 30 kilo meter dari ibu kota kabupaten. Kampung ini dihuni  40 kepala keluarga.
(KR-MBK/A038)
ANTARA/SUARA PEMBAHARUAN

5 Hercules TNI AU di Retrofit di ARINC, AS


OKLAHOMA CITY - ARINC Engineering Services telah memulai program upgrade pesawat angkut Hercules TNI AU, varian C-130B terhadap struktur dan perangkat elektroniknya. Diharapkan program retrofit ini selesai antara 32 dan 36 bulan kedepan.

ARINC menerima kontrak dari TNI-AU sebesar US$63,7 juta untuk memodernisasi sebanyak 5 pesawat Hercules. Ini merupakan kontrak ke-2 yang diterima ARINC dari TNI AU, setelah sebelumnya USAF memberikan Foreign Military Sales (FMS) bagi depo pemeliharaan
dan perbaikan TNI AU.

Sumber : AUSTRALIANAVIATION.COM.AU

Litbang AU Ujicoba Parasut Personel MC1-1C


KALIJATI - Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) melaksanakan pengujian pada 8 Payung Udara Orang (PUO) baru tipe MC1-1C produksi JM Korea dan Aerodyne Amerika Serikat yang akan digunakan TNI AU di landasan Lanud Suryadarma, Kalijati, Rabu (12/1).

Kegiatan dinamakan uji dinamis melibatkan Pesawat Herkules Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma selama dua hari, Selasa dan Rabu 11-12 Januari 2011 untuk menerjunkan 2 dummy (beban barang), setelah dinyatakan layak pada round berikutnya dua personel Prajurit Paskhas juga diterjunkan menggunakan MC1-1C. Hari kedua round pertama diterjunkan 2 dummy dan round kedua 2 personel Paskhas juga diterjunkan memakai senjata.



Menurut Letkol Tek Surip Suparjo selaku Kepala Pelaksana Kegiatan yang menjabat Kepala Sub Dinas Material Khusus Dislitbangau tujuan uji dinamis adalah mengetahui secara nyata kualitas dan performance parasut PUO baru tipe MC1-1C di lapangan setelah sebelumnya melalui uji laboratorium dan uji statis di Dislitbangau dan Balai Besar Tekstil Bandung.

Uji laboraturium meliputi kuat sobek kanopi, kuat tarik tali parasut, tali kemudi, kuat tarik jahitan antar gore dan antar seksi dan aspek lainnya. Dari uji laboratorium dengan cara merusak parasut didapat hasil kedua tipe PUO tersebut mampu menahan beban minimal yang dipersyaratkan sehingga memenuhi syarat untuk digunakan.

Sumber : DISPENAU

BERITA POLULER