Pages

Monday, January 10, 2011

DPR: Kaji Ulang Kerja Sama Pesawat Tempur

F33- sebelumnya KFX 201
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah, terutama Menteri Pertahanan, diminta untuk mengkaji ulang kerja sama pembuatan pesawat tempur Korean Fighter eXperimental antara Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan. Dorongan ini disampaikan menyusul ketegangan antara Korea Selatan dan tetangganya, Korea Utara.

Di tengah situasi ini Indonesia memang memiliki kerja sama urunan dengan Korsel untuk proyek pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 mulai tahun 2012. Meski keduanya akan urunan dana pembiayaan, politikus PDI-P, Hasanuddin, mengatakan, Korsel akan memimpin proyeknya.

"Mau tak mau, suka tak suka, leader-nya adalah Korsel. Dengan demikian, visi dan misi ke depan dari KFX itu tentu acuannya harus dengan kekuatan yang melawan pesawat dari Korut. Dari sisi pertahanan kita barangkali enggak besar pengaruhnya, tapi dari sisi politik kita keluar dari politik bebas aktif karena menjadi tidak fair terhadap Korut," katanya di Gedung MPR/DPR/DPD, Selasa (11/1/2011).

Oleh karena itu, Hasanuddin ini meminta Menteri Pertahanan mempertimbangkan ulang perjanjian kerja sama itu. Menurutnya, selama ini pemerintah tak pernah membicarakannya dengan DPR karena perjanjian kerja sama tersebut bersifat teknis. Namun, secara politik, bisa mengganggu hubungan Indonesia dengan Korut. "Jadi kerja sama saja dengan negara yang lebih netral," tandasnya.

Sumber: KOMPAS

ADMIN INDONESIA DEFENCE
Menurut Pendapat saya kerjasama dalam pembuatan F33 yang sebelumnya KFX 201 antara RI dan KORSEL itu tidak mengurangi Politik Bebas Aktif Kita, kita perlu mandiri dalam bidang ALUTSISTA  agar kedepan kita tidak tergantung oleh pembuat senjata semisal USA dan Russia, sehubungan kita belum mampu untuk membuat sendiri kita harus kerjasama dengan negara lain, semoga proyek ini tidak dihentikan maju terus indonesiaku

Elang Hitam Stealth Baru Cina Menandingi F-22 Raptor





J-20
TEMPO Interaktif, Beijing - Jajaran pesawat jet tempur generasi kelima kini semakin ramai dengan kehadiran Chengdu J-20, pesawat jet stealth pertama Cina. Dengan panjang 23 meter, pesawat yang dijuluki elang hitam itu jauh lebih besar dan berat dibandingkan dengan pesawat sejenisnya, semisal F-22 Raptor milik Amerika Serikat dan Sukhoi T-50 dari Rusia.

Kemunculan Chengdu J-20 cukup mengejutkan militer Barat, yang menduga pesawat itu baru rampung pada 2017-2019. Pesawat yang terungkap keberadaannya lewat sejumlah foto jarak jauh itu adalah perpaduan antara teknologi mesin Rusia dan desain bodi pesawat mirip F-22 yang dapat menghindari deteksi radar.

Pesawat bermesin kembar dengan satu awak itu memiliki rentang sayap sekitar 14 meter, dan diperkirakan memiliki berat 34-36 ribu kilogram ketika lepas landas. Para analis militer memperkirakan pesawat prototipe itu menggunakan mesin Saturn 117S buatan Rusia. Namun Cina mengklaim dua mesin turbofan berdaya dorong 13.200 kilogram/WS-10 yang dilengkapi dengan nozzle thrust vector controlled (TVC) ini sepenuhnya buatan dalam negeri.

Belum adanya keterangan resmi dari pemerintah Cina tentang pesawat tempur generasi kelima itu membuat sejumlah analis militer Barat masih meraba-raba kemampuan J-20 atau JXX. Mereka memperkirakan pesawat itu memiliki kemampuan jelajah dan kecergasan yang masih berada di bawah pesawat F-22 buatan Lockheed Martin, tapi mempunyai anjungan senjata dan tangki bahan bakar yang lebih besar.

Dari foto-foto yang diambil di sekitar Chengdu Aircraft Design Institute di Provinsi Sichuan, sebelah barat Cina, tempat pesawat itu dikembangkan, diperlihatkan bahwa J-20 mempunyai bodi yang panjang dan lebar dengan sayap utama berbentuk delta, canard, kanopi berbentuk gelembung, dan saluran pembuangan mesin konvensional berbentuk melingkar. Dalam tes runway, bagian depan pesawat itu berujung tajam seperti F-22 Raptor, namun badan dan ekornya mirip prototipe Sukhoi T-50.

Matthew Buckley, pilot jet tempur Angkatan Laut Amerika, yakin J-20 memiliki kemampuan siluman yang hebat bila dilihat dari bentuk luar pesawat yang berlekuk-lekuk, mengindikasikan teknologi stealth di dalamnya. Pesawat itu juga tak banyak dilengkapi dengan komponen eksternal, seperti tangki bahan bakar dan misil. "Pesawat itu dirancang untuk mengurangi tanda-tanda yang dapat terbaca radar," ujarnya. "Pesawat itu mempunyai teknologi stealth yang hebat. F-18 yang saya pakai terlihat seperti truk besar dalam radar. Pesawat itu ada kemungkinan sama sekali tidak tampak."

Richard Fisher, senior fellow hubungan militer Asia di International Assessment and Strategy Center, think tank keamanan di Washington, menyatakan bahwa pejabat Cina mengaku program itu bertujuan menandingi F-22 Raptor. "Pesawat itu memiliki potensi besar mengalahkan F-22, dan jauh lebih unggul dibanding F-35," katanya.

Fisher menyoroti teknologi stealth Chengdu J-20 dan kemampuannya melakukan super-cruise atau terbang dengan kecepatan supersonik tanpa perlu menggunakan afterburner yang menyedot banyak bahan bakar. Dia mengatakan J-20 mempunyai kemampuan supermanuver karena mesin thrust-vectored yang membuatnya bisa membelok tajam.

Sang "elang hitam" dianggap sebagai langkah luar biasa Angkatan Udara Cina, yang selama ini masih mengandalkan pesawat buatan asing. "Pesawat itu akan segera mengadakan penerbangan perdananya dalam waktu dekat," kata Peter Felstead, editor Jane's Defence Weekly.

Meski masih beberapa tahun lagi sebelum J-20 dapat beroperasi, pesawat itu telah membuat Amerika Serikat merasa was-was bakal kehilangan dominasi di kawasan Pasifik. Namun Duta Besar Cina untuk Inggris, Liu Xiaoming, menegaskan bahwa negerinya tak berambisi menyaingi kekuatan militer Amerika di Pasifik barat. "Kami bukanlah rival Amerika," ujarnya. "Kami percaya Amerika dan Cina dapat bekerja sama di kawasan itu."

Sumber: TEMPO

Tejas Lakukan "Operational Clearance" Pertama






11 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Jet tempur buatan India LCA Tejas terbang saat 'Initial Operational Clearance' sebelum dioperasikan AU India di bandara Hindustan Aeronautical Ltd. (HAL) di Bangalore, India, Senin (10/1). Operational Clearance diharapkan selesai dalam dua tahun. Tejas akan gantikan jet tua MiG-21. Menhan India AK Antony mengumumkan AL dan AU India akan operasikan 200 Tejas. AU India mengharapkan mempunyai 7 skuadron (140 pesawat) Tejas akhir dekade ini. (Foto: Getty Images/AP)

berita hankam

Serial Latihan Tactman & Rasap Saat KRI Frans Kaisiepo-368 Menjadi MIO

KRI Frans Kaisiepo-368. (Foto: José Rubia)

10 Januari 2011, Lebanon -- (TNI AL): Kehadiran Maritime Task Force/UNIFIL di wilayah Lebanon terbukti cukup berpengaruh terhadapterciptanya situasi kondusif di sekitar wilayah perbatasan Lebanon –Israel. Hal ini tidak terlepas dari peranan MTF (Maritime Task Force) yang melaksanakan kegiatan MIO (Maritime Interdiction Operation) di wilayah Perairan Lebanon sebagai salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Mandat UNSCR 1701 dan 1884. Dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut dikoordinir oleh MIO Commander yang dituntut untuk mampu melaksanakan identifikasidan penentuan status seluruh kontak yang melewati/berada di AMO (Area of Maritime operation)berdasarkan laporan permukaan dan kontak udara guna membangun RMP (Recognized Maritime Picture) dan AMP (Air Maritime Picture).

Tuntutan tersebut seringkali menempatkan unsur-unsur frigate MTF khususnya yang berasal dari Negara NATO dengan kemampuan sewaco (sensor wepon and command systems) yang memadai dan sustainability terhadap cuaca buruk untuk mengemban fungsi sebagai MIOCommander. Namun demikian kehadiran KRI Frans Kaisiepo-368 yang ditunjang profesionalisme prajurit pengawak, dan kemampuan sewaco yang memadai mampu menampilkan performa yang meyakinkan dalam berbagai kegiatan operasi MTF telah meraih simpati dan kepercayaan, hal tersebut dapat terlihat dengan ditunjuknya kembali KRI Frans Kaisiepo-368 sebagai MIO Commander.

FGS Auerbach M-1093. (Foto: Cpt. Lawrence Dalli)

Selama menjalankan tugas sebagai MIO Commander, selain diisi dengan latihan internal juga dimanfaatkan untuk melaksanakan latihan bersama dengan unsur MTF lainnya melalui serial latihanTactical Maneuvering Exercise. Selain bertujuan untuk memelihara profesionalisme prajurit pengawak, latihan ini merupakan salahsatu bentuk latihan dasar untuk melatih kerja sama kapal-kapal dalam suatu satuan tugas/task force.

Dalam suatu peperangan laut setiap aksi peperangan baik dalam rangka penyerangan maupun pertahanan hampir selalu diawali dengan pergerakan/manuver taktis dimana dalam pelaksanaannya seluruh kapal dalam satuan tugas secara terkoordinir bergerak dengancepat, dan bersamaan/serentak. Serial latihanTactical Maneuvering Exercise yang berlangsung pada tanggal 09 Januari 2011 ini diikuti KRI Frans Kaisiepo-368, TCG Fatih F-242 (Turkey) dan FGS Auerbach M-1093 (German)diawali dengan penyusunan organisasi untuk bergerak dalam suatu fomasi dalam konteks peperangan laut. Selanjutnya kapal-kapal melaksanakan pembentukan single line formation untuk seterusnya melaksanakan manuver taktis dengan kecepatan tinggiberdasarkan berita taktis yang dikirim melalui radiokomunikasi maupun isyarat kibaran bendera. Dalam latihan tersebut KRI Frans Kaisiepo-368 dan TCG Fatih F-242 dari TG 448.01 yang dilengkapi dengan peralatan sewaco dan kemampuan tempur yang merupakan tulang punggung MTF melaksanakan maneuver taktis pembentukan berbagai formasi untuk mendukung aksi-aksi pertahanan dan mutual defense guna melindungi FGS Auerbach-M1093 dari TG 448.03.

TCG Fatih F-242. (Photo: Arda Mevlutoglu)

Secanggih apapun unsur-unsur/kapal perang yang dimiliki suatu satuan tugas laut, maneuver taktis tetap merupakan salah satu factor penting dalam aksi-aksi peperangan laut. Serial latihan Tactical Maneuvering Exercise melatih kerja sama baik internal kapal dalam hal ini Tim anjungan, Tim komunikasi, Tim CIC (Combat Information Centre) dan Tim Pengawak Mesin Pendorongan maupun kerja sama dengan kapal counterpart. Kerja sama ini salah satunya dapat tercermin melalui manuver taktis yang cermat, akurat dan cepat yang akan sangat mendukung aksi-aksi dalam konteks peperanganlaut untuk meraih kecepatan dan akurasi yang merupakan hal yang esensialguna memperoleh momentum penyerangan tepat yang menentukan kemenangan dalam pertempuran laut, demikian dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST.

Rangkaian kegiatan latihan selama KRI Frans Kaisiepo-368 sebagai MIO Commander diakhiri dengan Latihan RASAP (Replenishment At Sea Approach) antara Frans Kaisiepo-368denganTCG Fatih F-242padatanggal09 Jan 2011 di Zone 1 Center AMO. Latihan RASAP ini melengkapi pelaksanaan latihan RASEX/UNREPyang telah dilaksanakan sebelumnya antara KRI Frans Kaisiepo-368 dengan BNS Osman F-18. Dalam latihan RASAP tersebut KRI Frans Kaisiepo-368 dan TCG Fatih F-242 secara bergantian melaksanakan approach maneuver sebagai receiving ship (kapal penerima) terhadap delivering ship (kapal pemberi). LO LT Jalal Douaihy (LAF Navy) yang menyaksikan langsung rangkaian kegiatan latihan selama on board di KRI Frans Kaisiepo-368 (MIO Commander) memberikan komentar positif : You have very good ship, very clean & smart, well managed and very good handling. The officers & crews is professional, reliable and always eager to have exercise … I wonder how do u guys train the crew“

Walaupun menghadapi tantangan cuaca musim dingin yang kurang bersahabat, seluruh rangkain kegiatan latihan selama KRI Frans Kaisiepo-368 dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar berkat kerja sama dan koordinasi yang baik antara unsur-unsur MTF. Komandan KRI Frans Kaisiepo-368, TCG Fatih F-242 dan FGS Auerbach M-1093 memberikan apreasiasi yang positif atas keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan rangkaian kegiatan latihan. Melalui latihan tersebut profesionalisme dan performa yang ditunjukkan KRI Frans Kaisiepo-368 dalam kegiatan operasi MTF semakin memperkua tkepercayaan dunia internasional bahwa unsur TNI AL yang berpangkalan di Armada Timur ini pantas untuk disejajarkan dengan unsur NATO yang selama ini mendominasi kegiatan operasi Maritime Task Force/UNIFIL.

Sumber: Dispenal

Iraq Belanjakan 26 Milyar Dolar Senjata Buatan AS


Kapal perang AL Iraq buatan Amerika Serikat diresmikan pengoperasiannya di Pangkalan AL Iraq Umm Qasr, 26 September 2010. (Foto: Getty Images)

11 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Iraq akan membeli senjata senilai 13 milyar dolar dari Amerika Serikat hingga 2013 dan akan membelanjakan 13 milyar dolar lagi, diberitakan harian Al Ittihad mengutip pernyataan juru bicara Kementrian Pertahanan Mayor Jenderal Mohammed Al Askari.

Mayjen Askari mengatakan Iraq telah meneken kontrak lebih dari 13 milyar dolar dengan AS.

Iraq memborong pesawat udara, helikopter, tank, ranpur, kapal perang dan rudal, dioperasikan Angkatan Bersenjata dan Kementrian Dalam Negeri Iraq.

Sumber: RIA Novosti

Korsel dan Jepang Tandatangani Nota Kerjasama Militer

Menteri Pertahana Korea Selatan, Kim Kwan-jin bertemu dengan sejawatnya dari Jepang, Toshimi Kitazawa membahas kerjasama militer kedua negara. Kim Kwan-jin dan Kitazawa Senin (10/1) bertemu di Seoul, Korsel membicarkan upaya peningkatan kerjasa bilateral di bidang militer. Demikian lapor Kantor Berita Xinhua.
Dalam pertemuan tersebut keduanya juga menandatangani sejumlah nota kerjasama militer dan menyampaikan kekhawatirannya soal keamanan kawasan.
Sejumlah laporan menyebutkan agenda utama perundingan keduanya membahas mekanisme penyimpanan data dan informasi militer. Media massa Jepang menepis sejumlah pemberitaan soal kemungkinan penandatanganan nota kesepahaman militer bersama antara Seoul dan Tokyo guna meningkatkan kerjasama militer kedua negara. (IRIB/Xinhua/MF/PH)
irib

Sunday, January 9, 2011

Korsel Pasang Sensor Bawah Laut Dekat Korut

Seoul  (ANTARA News) - Militer Korea Selatan akan memasang sensor bawah laut dekat perbatasan lautnya dengan Korea Utara untuk mengantisipasi serangan kapal selam dari seterunya itu, menurut laporan pada Senin.

Harian bisnis The Maeil mengatakan militer Korsel berencana untuk menempatkan sensor itu di pulau terluar yang berada di Laut Kuning, tempat pertempuran luat berdarah pada 1999, 2002 dan November 2009.

Sebuah korvet Korsel tenggelam dekat wilayah perbatasan yang masih dalam sengketa pada Maret tahun lalu, yang menurut Korsel merupakan serangan torpedo dari kapal selam Korut, sebuah tuduhan yang dibantah Pyongyang. Tenggelamnya kapal itu merenggut nyawa 46 orang.

Pada November tahun lalu Korut juga membombardir Pulau Yeonpyeong yang menewaskan empat orang termasuk warga sipil.

"Kami merencanakan untuk menempatkan sejumlah sensor bawah laut guna meningkatkan kapabilitas pertahanan di kepulauan penting timur laut seperti Baengnyeong dan Yeonpyeong menyusul penenggelaman kapal perang Cheonan," kata seorang perwira militer yang tidak diidentifikasi seperti dikutip koran itu.

Pusat kontrol yang akan memantau sensor tersebut akan ditempatkan di pulau Baengnyeong, titik terdekat dengan perbatasan Korut, tulisnya.

Namun kementerian pertahanan menolak berkomentar terhadap laporan itu dengan menyebut informasi semacam itu tergolong rahasia.

Ketegangan lintas perbatasan kedua Korea semakin akut sejak bombardir Korut terhadap pulau Yeonpyeong.

Sejak itu Korsel telah menggelar sejumlah latihan militer, baik laut maupun daratan, termasuk sebuah latihan besar yang melibatkan Amerika Serikat, dalam upaya untuk unjuk kekuatan terhadap Pyongyang.(*)

ANTARA

BERITA POLULER