Pages

Sunday, December 5, 2010

Korsel Latihan Dengan Peluru Tempur

Korsel Latihan Dengan Peluru Tempur
Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan Senin mulai menggelar latihan besar dengan menggunakan peluru tempur di tengah tingginya ketegangan setelah Korea Utara melakukan pemboman mematikan terhadap pulau perbatasan bulan lalu, kata para pejabat.

Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan, pelatihan penembakan oleh kapal perang atau kesatuan artileri telah dilakukan di 29 lokasi, termasuk salah satu dari lima pulau-pulau garis depan dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan Korea Utara, sebagaimana dikutip dari AFP.

Pada 23 November, Korea Utara menewaskan dua warga sipil dan dua marinir dalam serangan artileri terhadap pulau Yeonpyeong, yang membuat ketegangan regional melonjak.

Pelatihan mendatang itu dilakukan pada Minggu, dijadwalkan akan berlangsung di tiga pantai semenanjung dari Senin sampai Jumat, dianggap sebagai upaya untuk memicu perang.

Seorang juru bicara JCS, dia "bahkan tidak merasa perlu untuk berkomentar" pada pernyataan terbaru Utara.

Dia mengutip pernyataan Menteri Pertahanan baru Korea Selatan Kim Kwan-Jin yang mengatakan: "latihan dilakukan di selatan Garis Batas Utara, di wilayah laut kita, dan jujur hanya latihan, dan kami akan melakukan latihan apa pun."

Pihak militer mengatakan latihan Senin itu sedang berlangsung di pulau Daecheong, 80 kilometer (50 mil) di barat Yeonpyeong, dan di 28 lokasi lain di seluruh negeri.

Kim pekan lalu berikrar untuk membalas dengan serangan udara jika Korea Utara melakukan serangan baru.

Utara menolak untuk menerima Garis Batas Utara perbatasan laut yang ditarik oleh Pasukan PBB setelah perang 1950-1953, dan menuntut garis batas itu ditarik kembali lebih lanjut ke selatan.
(ANT/A024)
ANTARA

Topol hits target at firing range in Kazakhstan

Topol hits target at firing range in Kazakhstan
22:54 05/12/2010
© RIA Novosti. Sergei Guneev
The intercontinental ballistic missile RS 12M Topol, launched on Sunday evening from the landfill Kapustin Yar in the Russia's Astrakhan region, successfully hit the target at the test site in Kazakhstan, Russian Defense Ministry press-secretary said on the Russia's Strategic Missile Forces (SMF) Col. Vadim Koval said. "The training-warhead part of the missiles hit a conditional target accurately at the landfill of Sary-Shagan in Kazakhstan," the spokesman said.
This was the second launch of this type of the missile this year. The first one was held on October 28 from the Plesetsk Space Centre in northern Russia.
The SMF will be rearmed with multiple-warhead RS-24 missiles instead of the RS-12M Topol-M (SS-27 Sickle) mobile intercontinental ballistic missile systems, SMF Commander Lt. Gen. Sergei Karakayev said on Tuesday.
RS-24 is believed to have up to six independent warheads, and is thus more likely to be able to penetrate anti-missile defense systems than the single warhead Topol-M.
The SMF said in August that the Topol-M and RS-24 missiles would be the mainstay of the ground-based component of Russia's nuclear triad and would account for no less than 80% of the SMF's arsenal by 2016.
As of June 2010, the SMF operated at least 50 silo-based and 18 road-mobile Topol-M missile systems. The RS-24 was commissioned in 2010 after successful testing.
The RS-12M Topol is a single-warhead intercontinental ballistic missile, approximately the same size and shape as the U.S. Minuteman ICBM. The first Topol missiles entered service in 1985.
The missile has a maximum range of 10,000 km (6,125 miles) and can carry a nuclear warhead with a yield of 550 kilotons.
Next year the SMF will hold 10 intercontinental ballistic missile launches, twice as many as in 2010, Karakayev said.
MOSCOW, December 5 (RIA Novosti)

RIANOVOSTI

Bandara Dikepung

Bandara Dikepung

Sejumlah anggota Pasukan Detasemen Bravo (Den Bravo) 90 TNI AU melakukan parameter tempur penyergapan saat Simulasi Penanganan Aksi Teror di Pesawat di Bandara Supadio Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (1/11) malam. Simulasi penanganan aksi teror bersandikan `Operasi Anti Lawan Bajak Udara (Albara)` yang diikuti 200 anggota Pasukan Khusus Den Bravo 90 TNI AU tersebut, bertujuan untuk mengantisipasi anti teror pada obyek vital. (FOTO ANTARA/Jessica Wuysang).Disiarkan: Kamis, 2 Desember 2010 10:54 WIB
 
ANTARA

Prortotype N-219 Mulai Di Produksi Tahun 2013




JAKARTA - Pemerintah menargetkan memproduksi prototipe pesawat perintis berkapasitas relatif kecil untuk menghubungkan daerah-daerah yang tidak bisa diakses jalur darat mulai 2013.

"Saya sudah berkoordinasi dengan Bappenas, Kementerian Perhubungan dan BPPT terkait produksi pesawat jenis N219 yang isinya 19 penumpang yang bisa mendarat pada landasan sederhana paling tidak tahun 2013," kata Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Soerjono di Jakarta, Sabtu (4/12).

Ia mengatakan, PT Dirgantara Indonesia paling tidak akan ditugasi membangun dua unit pesawat jenis berharga sekitar 3,8 juta dolar AS per unit tersebut tiga tahun mendatang.

Menurut dia, pemerintah sekurang-kurangnya harus mengucurkan modal awal sebesar 40 juta dolar AS untuk produksi awal pesawat yang dirancang mengangkut orang dan barang tersebut.

"Kalau menurut PT DI, untuk mencapai BEP (break even point) harus menjual 27 pesawat. Modalnya sekitar 250 juta dolar AS, tapi untuk modal dasar pembangunan butuh 40 juta dolar AS," katanya.

Pemerintah, kata dia, juga akan menyiapkan skema subsidi untuk operasi pesawat-pesawat penumpang berkapasitas kecil itu di daerah-daerah baru yang belum terakses moda transportasi darat dan laut.

"Mungkin nanti akan ada subsidi untuk tiket atau avtur," katanya.

Ia berharap pemerintah daerah dan maskapai penerbangan membeli pesawat-pesawat kecil produksi PT Dirgantara Indonesia tersebut dan mengoperasikannya ke daerah-daerah yang membutuhkan.

Kegiatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan keterhubungan antarwilayah dan selanjutnya memicu pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang sebelumnya terasing karena keterbatasan akses transportasi.

"Pemerintah mendorong ini karena jumlah pesawat yang beroperasi ke daerah-daerah yang ada di Papua, Sulawesi, dan Sumatera cenderung makin sedikit, padahal masyarakat di daerah sangat membutuhkan," demikian Soerjono.

Sumber : ANTARA

Japan, U.S. start largest ever military drills amid Korean tensions

Washington and Tokyo have invited South Korean military to observe the drills as a sign of solidarity with Seoul in light of its recent military clash with Pyongyang
07:42 03/12/2010
© AFP/ Korea POOL
Japan and the United States launched on Friday their biggest ever joint military exercises amid tensions on the Korean peninsula, the Kyodo news agency said. Around 34,000 Japanese military personnel with 40 warships and 250 aircraft joined more than 10,000 U.S. troops with 20 warships and 150 aircraft in the "Keen Sword" drills in the Sea of Japan, off Japan's southern island of Okinawa.
The agenda of the exercises, which will continue until December 10, include integrated air and missile defense, base security, close-air support, live-fire drills, maritime defense and search and rescue missions.
Washington and Tokyo have invited South Korean military to observe the drills as a sign of solidarity with Seoul in light of its recent military clash with Pyongyang.
North Korea's shelling of the South's Yeonpyeong Island in the Yellow Sea last Tuesday killed four people and led both sides threaten war.
On Wednesday, South Korea and the United States concluded four-day joint naval drills to the west of the Korean peninsula in a show of force to deter the North from launching further attacks across its disputed maritime border with the South.

TOKYO, December 3 (RIA Novosti)
RIA NOVOSTI

Iran Pamerkan Radar Udara Asr

Republik Islam Iran memamerkan radar udara Asr. Pameran ini dihadiri oleh Komandan Angkatan Laut Iran, Admiral Habibollah Sayyari. Sayyari di lokasi pameran menegaskan bahwa pertahanan udara menjadi prioritas dan sangat ditekankan oleh Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Dikatakannya, Rahbar menandaskan bahwa angkatan laut harus menfokuskan peningkatan kemampuan pertahanan anti-udara khususnya di unit selatan.
Ia menambahkan, mengingat langkah pertama untuk memperkokoh pertahanan udara adalah radar yang canggih maka dimulailah program radar Asr yang ditangani oleh para teknisi dalam negeri.
Sayyari menandaskan, program Radar Asr adalah radar udara yang dapat menjamin setiap kesatuan angkatan laut untuk menditeksi serangan udara. Ia menekankan, radar ini sepenuhnya karya anak bangsa dan untuk pertamanya menggunakan antena datar. (IRIB/MF/LV)

IRIB

Rusia Serius Ancam Amerika Serikat

 Rusia mengancam akan terus mengembangkan senjata nuklirnya jika Amerika Serikat gagal meratifikasi Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis baru (START). Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin, kepada pembawa acara televisi CNN, Larry King (1/12) menyatakan, "Kami sudah mengatakan bahwa ini adalah yang akan terjadi jika kita tidak menyetujui upaya bersama."
Ditambahkannya bahwa Rusia akan terpaksa bereaksi dengan mengembangkan teknologi baru senjata nuklirnya jika seluruh upaya gagal, demikian dilaporkan AFP.
START ditandatangani April lalu oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Meski demikian, perjanjian itu belum disahkan oleh Senat AS menyusul banyak tokoh di kubu Republik yang menunjukkan keengganan mereka terhadap perjanjian tersebut.
Berdasarkan START baru kedua negara hanya berhak memiliki maksimal 1.550 hulu ledak nuklir selama tujuh tahun mendatang. Jumlah itu berarti reduksi hingga 30 persen dari batas yang telah ditentukan tahun 2002.
Kedua negara juga harus mematuhi seluruh peraturan baru termasuk verifikasi dan pengawasan.
Pada hari Selasa (30/11), Obama menilai ratifikasi START "sangat penting untuk keamanan nasional Amerika setelah pertemuannya dengan pemimpin Partai Demokrat dan Republik di Gedung Putih.
Obama menegaskan bahwa hal itu akan memungkinkan AS untuk "memantau persenjataan nuklir Rusia, mereduksi jumlah senjata nuklir di dalam negeri dan memperkokoh hubungan dengan Rusia."
Kongres telah mengadakan 18 kali sidang dengar pendapat soal ratifikasi perjanjian selama tujuh bulan terakhir.
Partai Republik di Senat enggan menyetujui ratifikasi START dan berpendapat bahwa persenjataan nuklir AS perlu dimodernisasi dan penandatangan perjanjian itu hanya akan menghambat proses tersebut.
AS dan Rusia memiliki 95 persen dari cadangan senjata nuklir di seluruh penjuru dunia. v(IRIB/MZ)

IRIB

BERITA POLULER