Pages

Sunday, August 15, 2010

Obama Ingatkan Turki Soal Keinginan Pembelian Senjata AS


Rita Uli Hutapea - detikNews

AFP
Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengingatkan Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan terkait keinginan Turki untuk membeli senjata-senjata AS. Diingatkan Obama, sikap Turki soal Israel dan Iran bisa mengurangi peluang negara itu untuk mendapatkan persenjataan AS.

Surat kabar Inggris, Financial Times memberitakan PM Erdogan berkeinginan membeli pesawat tempur AS untuk menyerang gerilyawan separatis Kurdi setelah militer AS ditarik dari Irak pada akhir 2011 mendatang.

Gerilyawan Kurdi tersebut, Partai Pekerja Kurdi atau Kurdistan Workers' Party (PKK), memiliki basis di daerah pegunungan di sebelah utara Irak, dekat perbatasan Turki.

"Presiden (Obama) telah mengatakan pada Erdogan bahwa beberapa tindakan yang telah dilakukan Turki telah menimbulkan pertanyaan yang akan dibahas di Hill (Kongres AS)," ujar seorang pejabat senior pemerintah AS seperti dikutip Financial Times dan dilansir AFP, Senin (16/8/2010).

Dikatakan pejabat yang dirahasiakan identitasnya itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut berpusat pada "apakah kami bisa mempercayai Turki sebagai sekutu."

"Itu artinya bahwa beberapa permintaan yang telah disampaikan Turki pada kami, misalnya untuk menyediakan beberapa persenjataan yang akan digunakan untuk memerangi PKK, akan lebih sulit bagi kami untuk meloloskan ke Kongres," ujar pejabat AS tersebut.

Sebelumnya pemerintah AS telah menyampaikan kekecewaan atas sikap Turki yang menentang sanksi baru PBB terhadap Iran. Sanksi tersebut telah diadopsi Dewan Keamanan PBB pada Juni lalu.

Pemerintah Ankara beralasan bahwa Teheran harus diberikan kesempatan untuk melakukan perjanjian pertukaran bahan bakar nuklir, yang dimediadi oleh Turki dan Brasil.

Sedangkan hubungan Turki dengan Israel memanas setelah peristiwa penyerangan pasukan Israel terhadap konvoi kapal kemanusiaan 'Freedom Flotilla' pada 31 Mei lalu. Peristiwa itu menewaskan 9 aktivis Turki.

Gara-gara penyerangan itu, pemerintah Turki kerap melancarkan kecaman terhadap Israel. Buntutnya, saat bertemu PM Erdogan di KTT G-20 di Toronto, Kanada, Juni lalu, Obama meminta pemerintah Turki mendinginkan retorika mengenai penyerangan itu.

(ita/nrl)
DETIK

CN-235 Akan Dipamerkan di “Expo Indonesia 2010″ Banglades

Jakarta – Dalam soal penguasaan teknologi canggih, bangsa Indonesia telah lama mampu mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih dahulu menikmati kemajuan itu. Penguasaan teknologi canggih tersebut bahkan jauh sebelum ini, telah CN-235 militermendapat pengakuan bangsa-bangsa di dunia.

Salah satu produk teknologi canggih kebanggaan hasil karya putra-putri Indonesia itu adalah pesawat CN-235. Pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang berlokasi di Bandung itu, rencananya akan ikut meramaikan “Expo Indonesia 2010″ yang diadakan pada 11-13 Mei 2010, di Banglades.

Sejumlah negara telah menggunakan pesawat CN-235 baik versi sipil maupun versi militer diantaranya Venezuela, Philipina, Thailand, Korea, Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab, Brunai, Bukina, dan Indonesia sendiri.

Selain CN-235, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga memproduksi jenis pesawat yang lebih besar yakni N-250. Untuk jenis helikopter, PTDI juga memproduksi jenis NBell-412, NAS-332 Super Puma, dan NBO-105 CB/S.

Dengan keikutsertaan CN-235 di Expo Indonesia 2010 yang mengambil tema Integrated Expo 2010: Discover Indonesia, the Beauty Unlimited tersebut, diharapkan keunggulan bangsa Indonesia dapat lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Menurut Duta Besar RI untuk Banglades di Dhaka, Zet Mirzal Zainuddin yang disampaikan di Jakarta beberapa waktu lalu, mengemukakan bahwa pameran tersebut akan juga menampilkan berbagai produk ekspor dari industri strategis dan nonstrategis Indonesia.

Sementara produk dari industri strategis yang ditampilkan pada pameran itu, selain produk dari CN-235 dari PT DI, juga ditampilkan produk kebanggan Indonesia lain seperti dari industri peralatan kendaraan militer dari PT PINDAD, serta gerbong kereta api buatan PT INKA.

http://www.maiwanews.com/berita/cn-235-akan-dipamerkan-di-expo-indonesia-2010-banglades/


Malaysia Akan Beli Panser Buatan Pindad Lagi Setelah Beli 30 Unit


Panser Anoa buatan Indonesia By PT PINDAD

maiwanews – Sektor industri pertahanan yang di zaman Soeharto yang masuk dalam industri strategis, terbukti bisa diandalkan sebagai salah satu komoditi eksport guna meningkatkan penerimaan negara. Apalagi, produk industri pertahanan adalah produk teknologi tinggi, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri bangsa di mata internasional.

Setelah pemesanan 30 buah panser buatan Pindad oleh pemerintah Malaysia, kini negara tetangga itu kembali akan memesan sejumlah kendaraan tempur yang telah mendapat kepercayaan untuk dipakai oleh pasukan pemelihara perdamaian PBB dari Indonesia di Libanon. Nilai order Malaysia kali ini mencapai USD80 Juta.

Keingginan Malaysia membeli lagi panser Pindad itu merupakan salah satu wujud kesepakatan kerja sama di sektor pertahanan dan automotif antara Indonesia dan Malaysia. “Kita ada pertemuan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri BUMN. Industri panser kita sedang dapat order dari Malaysia,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu, 9 Juni 2010.

Pembicaraan antara kedua negara telah dilakukan, selanjutnya tinggal menunggu keputusan pemerintah Malaysia, apakah keputusan yang diambil adalah memilih panser buatan Pindad. Keputusan itu tergantung kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Tun Razak.

Malaysia sudah mengirim tim ke Pindad untuk mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran. “Semua sudah selesai dan kami sudah memberikan laporan kepada PM Najib Tun Razak untuk menentukan Malaysia akan membeli panser dari mana,” kata Ahmad Zahid Hamidi, Menteri Pertahanan Malysia.

Syarat pembelian yang diajukan pemerintah Malaysia yaitu 25 persen pembelian panser itu dilakukan dengan sistem barter, telah disetujuai pemerintah Indonesia. Produk barter Malaysia yang diajukan adalah mobil andalan buatan Malaysia, Proton.

http://www.maiwanews.com/berita/malaysia-akan-beli-panser-buatan-pindad-lagi/

Insiden Tanjung Berakit


Nelayan Malaysia Tahu Kelemahan Kita
Senin, 16 Agustus 2010 | 00:24 WIB
tribunnews.com
RAWAN - Titik-titik merah menunjukkan kaawsan rawan pencurian ikan oleh nelayan negeri tetangga. Para nelayan dan petugas sering memergoki mereka mencuri ikan tapi tak bisa berbuat banyak karena kalah sarana.

KARIMUN, KOMPAS.com - Penembakan dan penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Kepulauaun Riau oleh polisi Malaysia di wilayah republik, adalah buntut dari serangkaian kejadian sebelumnya.

Yakni, petugas DKP maupun nelayan Indonesia sering memergoki nelayan Malaysia mencari ikan di Tanjung Berakit dan sekitarnya yang masih wilayah Indonesia.

Ketua Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Amirullah, menyatakan, nelayan asing itu bukan saja dari Malaysia, tetapi juga Thailand dan Vietnam.

Mereka mencuri di perairan Indonesia, terutama pada akhir dan awal tahun. Pada Desember hingga Maret setiap tahunnya merupakan pergantian musim barat dengan awal musim utara. Saat itulah jumlah ikan tangkapan sangat banyak.

"Musim itu juga ombak cukup besar. Tapi pada saat ombak besar itulah ikan banyak. Tapi di satu sisi, hal ini sering kali menjadi kendala bagi petugas kita untuk melakukan pengawasan karena sarana dan prasarana yang kurang memadai," ujar Amirullah, Minggu (15/8/2010).

Dikatakan, nelayan-nelayan asing itu memiliki sarana yang lebih canggih. Misalnya kapalnya modern sehingga ombak besar bukan jadi halangan lagi.

"Dengan kata lain para nelayan asing itu seakan sudah bisa mengukur kekuatan kita dan seolah-olah memanfaatkan kelemahan kita dalam pengawasan," ujar Amirullah.

Tidak hanya itu, lanjut Amirullah, nelayan asing juga tidak segan-segan menggunakan perangkat terlarang, seperti pukat harimau, bubu, rawai atau pancing dan sesekali bom ikan. Kapal mereka pun dari segi ukuran cukup besar, yakni antara 20-50 Grasse Tonase (GT) bahkan ada yang sampai 200 GT.

"Nelayan kita sering memergoki mereka tapi tidak bisa apa-apa. Selain teknologi mereka sudah canggih kemungkinan besar kecepatan kapal mereka juga sudah melebihi 100 knot per jam," ucapnya lagi.

Wilayah Kepulauan Riau Kepri yang lebih dari 90 persen lautan, sering kali jadi sasaran illegal fishing. Mulai dari perairan Pulau Pisang di sekitar Pulau Tokong Hiu, Karimun dan perairan antara Selat Malaka dan Bengkalis.

Demikian juga di perairan Natuna -sekitar Pulau Bone dan Kijang, serta Tanjung Berakit, Kabupaten Bintan yang terakhir kali menjadi lahan jarahan tujuh nelayan Malaysia. Peristiwa itu sempat memanaskan lagi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia.

Untuk itu Amirullah meminta pemerintah, baik di daerah maupun pusat untuk lebih perhatian terkait masalah kelautan dan nelayan kita ke depan.

"Masalah ini sebenarnya sudah lama, dan anehnya hal ini cukup terabaikan. Sekarang sudah kejadian seperti ini, repot kita kan. Malaysia saja bisa memberikan proteksi lebih kepada nelayan mereka walaupun itu jelas-jelas mereka salah tapi mereka seakan-akan tidak peduli lagi," keluhnya. (Rachta Yahya)


kompas

Indonesia dan Malaysia Bahas Pengembalian Petugas DKP


Andi Saputra - detikNews
Jakarta - Siang ini, KBRI dan Konjen RI di Malaysia melakukan diplomasi dengan pihak Pemerintah Malaysia guna membahas pengembalian 3 petugas DKP. Pihak Indonesia akan berusaha maksimal agar Asriadi (40), Erwan (37) dan Seivo Grevo Wewengkang (26) dapat kembali pulang ke pangkuan RI secepatnya.

"KBRI dan Konjen RI akan menerima pihak Malaysia untuk memperoleh kejelasan peristiwa tersebut versi mereka," kata Jubir Kementrian Luar Negeri (Kemlu), Teuku Faizasyah saat berbincang dengan detikcom pagi ini, Senin, (16/8/2010).

Selain itu, kedua belah negara juga akan membahas proses pengembalian ketiga orang tersebut. Meski demikian, Pemerintah RI belum bisa memastikan apakah ketiganya akan bisa kembali ke RI hari ini.

"Kalau itu tergantung proses diplomasi nanti," tambahnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Jumat (13/8) pukul 21.00 WIB telah terjadi peristiwa menegangkan di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia. Tembakan terdengar. Buntutnya, otoritas Indonesia membawa 7 nelayan Malaysia dan otoritas Malaysia mengamankan 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP).

"Saya tidak bisa memastikan kapan ketiganya kembali," tutupnya.

(asp/mok)

detik

3 Petugas RI Ditangkap Menko Polhukam Minta Kemlu & KKP Segera Lakukan Pembebasan


Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Menko Polhukam Djoko Suyanto meminta agar kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) segera membebaskan 3 petugas KKP yang ditahan pihak Malaysia. Jangan sampai persoalan itu berlarut-larut.

"Saya sejak kemarin sudah instruksikan Kemlu dan KKP untuk mengelola masalah ini. Kemenlu sudah saya minta hubungi Kedutaan Malaysia. Saya terus ikuti terus perkembangannya," kata Djoko dalam pesan singkat kepada detikcom, Minggu (15/8/2010).

Dia menjelaskan yang melakukan penangkapan bukan tentara Malaysia, melainkan pihak polisi perairan Malaysia. "Bukan tentara Malaysia, menurut laporan itu Police Marine Malaysia," imbuhnya.

Kejadian yang sebenarnya, menurut Djoko, saat itu ada penangkapan oleh kapal Kementerian Kelautan dan Perikanan terhadap kapal nelayan Malaysia yang mencari ikan di perairan kita.

"Tujuh Awak kapal Malaysia ditangkap dan dipindahkan ke kapal kita. Sementara lima kapal Malaysia dikawal dan tiga orang awak dari DKP berada di kapal tersebut," terangnya.

Lalu, lanjut Djoko, ada kapal Polisi Marine Malaysia yang mendekati lima kapal itu dan menembakkan peluru suar ke atas, kemudian menggiring ke Johor.

"Tujuh orang awak kapal Malaysia masih diperiksa di Batam," imbuhnya.
detik

SBY Minta Petugas DKP yang Ditangkap Malaysia Agar Diselamatkan


Andi Saputra - detikNews

Jakarta - Tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Kepri ditahan oleh pihak Malaysia. Presiden SBY meminta agar petugas itu dapat diselematkan oleh pemerintah.

"Saya sudah bertemu Bapak Presiden SBY dan beliau meminta kasus ini di selesaikan dengan baik. Kedua, orang diselamatkan dengan baik. Dan ke depan, solusi terbaik adalah kerja sama ekonomi," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhaammad saat jumpa pers di Hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta, Minggu, (15/8/2010) malam.

Fadel mengaku telah membicarakan kasus ini dengan Kementrian Luar Negeri serta memberikan nota ke Presiden RI dan Menko Polhukam. Fadel juga telah berkoordinasi langsung dengan Dubes RI untuk Malaysia, Da'i Bachtiar.

"Kerja sama ekonomi itu misalnya penangkapan ikan oleh Malaysia, Thailand harus diatur. Apakah sharing dan sebagainya," tambah Fadel.

Menurut Fadel, Da'i juga telah menghubungi polisi Malaysia agar petugas DKP dapat diperlakukan dengan baik. Pihak Kemlu, lanjut Fadel, juga terus berkoordinasi dengan Kementrian LN Malaysia untuk membahas masalah ini.

"Besok siang, Saya ketemu dengan Dubes Malaysia di Jakarta untuk segera menyelesaian masalah ini," tutup Fadel.

detik

BERITA POLULER