Pages

Saturday, August 14, 2010

Kompetisi Roket Indonesia (KORINDO) 2010, 31 Roket Diluncurkan

29 Juni 2010, Bantul -- Kompetisi Roket Indonesia (KORINDO) 2010 yang diikuti 40 tim dari 38 perguruan tinggi ternyata menarik minat pengamat dan ilmuwan Jepang maupun Malaysia. Ilmuwan Jepang yang tergabung dalam Asia-Pasifik Regional Space Agency Forum (APRSAF) khusus menyaksikan kompetisi roket yang digelar di Bantul itu.

"Saya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk dapat menghadiri KORINDO," kata Co-chairman of Space Education and Awareness Working Group, Takashi Kubota dari Jepang, mewakili APRSAF, usai pembukaan Minggu yang dirilis kemendiknas, Senin (28/6).

Takashi menilai, ajang Kompetisi Roket ini akan meningkatkan kesadaran publik akan keuntungan dan pentingnya pendidikan kedirgantaraan. Selain itu, kata dia, untuk mempromosikan bidang kedirgantaraan kepada para generasi muda. Hadir juga sebagai pengamat tiga dosen dari Universiti Kebangsaan Malaysia yaitu Wayan Suparta, Geri Gopir, dan Helmi Sanusi.

Acara pembukaan dilanjutkan dengan demo peluncuran roket yang membawa spanduk KORINDO 2010. Disusul roket kedua dan ketiga, demo membawa muatan robotik dari Akademi Angkatan Udara dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Selanjutnya, kompetisi diawali dengan peluncuran roket BAROK dari Politeknik Banyuwangi, ASTEROID (Ciung Wanara) dari Politeknik Negeri Bandung, RU-ITek dari STMIK Teknokrat, dan Posedon dari Institut Pertanian Bogor.

Tribun news

Monday, June 28, 2010

Sejumlah memasang roket yang akan diluncurkan saat digelar Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Minggu (27/6). Korindo 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni '10 merupakan ajang kompetisi di bidang rancang bangun muatan roket bagi mahasiswa Indonesia, dan kompetisi kali ini diikuti oleh 31 tim terseleksi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. (Foto: ANTARA/Noveradika/ss/hp/10)

28 Juni 2010, Yogyakarta -- Sebanyak 31 roket berhasil diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia 2010 yang diselenggarakan di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (27/6). Kompetisi tersebut diikuti 31 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Roket tersebut masing-masing panjangnya 1,2 meter dan diameter 70 mm. Daya jangkauan maksimum 700 meter dan pencapaian ketinggian bisa 400 meter. Peluncuran dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), sedangkan mahasiswa peserta kompetisi menyiapkan muatan roket berupa alat sensor untuk mengukur suhu udara, kelembaban, dan akselerasi roket. Data kemudian dikirimkan ke stasiun pemantau.

Data kemudian dicocokkan dengan data lain yang dimiliki Lapan. Tim yang mencapai tingkat akurasi tertinggi merupakan tim yang akan menang.

Kebangkitan roket

Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyebutkan, kompetisi ini sebagai ajang kebangkitan roket Indonesia. Kebangkitan itu ditandai pula pada awal 2011 nanti, Lapan akan meluncurkan roket hingga ketinggian 630 kilometer. Peluncuran ini untuk mengorbitkan Satelit Lapan-Orari sebagai satelit mitigasi bencana, yaitu satelit kembar dengan orbit ekuatorial yang mengantisipasi terputusnya saluran telekomunikasi saat terjadi bencana di Indonesia.

”Pengembangan roket ini bukan terletak pada persoalan ketertinggalan atau ketidakmampuan kita, tetapi pada sinergi dana ataupun institusinya. Sekarang bisa diwujudkan dan sekarang ini masa kebangkitan roket Indonesia,” kata Suharna kepada wartawan setelah membuka Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010.

Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Nasional Suryo Hapsoro menyebutkan, untuk menunjang kegiatan Korindo ini, kementeriannya mengalokasikan dana Rp 1,2 miliar.

Korindo diawali pada 2007 sebagai hasil kerja sama Lapan dengan TNI Angkatan Udara, Universitas Gadjah Mada, dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Kementerian Pendidikan Nasional mulai bergabung pada 2009. Sinergi dana ataupun sumber daya manusia di antara berbagai institusi terkait semacam ini yang diharapkan Suharna.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata mengungkapkan, minat generasi muda terhadap peroketan kini mulai meningkat.

Soewarto mengatakan, penilaian Korindo 2010 mengacu pada rekayasa mahasiswa dalam membentuk muatan nano di bawah 5 kilogram berisikan teknologi sensor meteorologi. Roket pembawa muatan disiapkan Lapan dengan bahan bakar propelan yang dibikin Lapan sendiri.

Kepala Pusat Teknologi Dirgantara Terapan Lapan, Rika Andiarti, sedang menerangkan bagian-bagian roket yang akan diluncurkan pada Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suhana Suryapranata. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

Roket buatan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, sedang ditempatkan pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

Salah satu dari 31 roket yang siap diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

Roket lain, buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, sedang ditempatkan pula pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

Petugas Lapan sedang memeriksa roket buatan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kota Serang, Banten. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

Jajaran roket buatan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang akan diluncurkan. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)

KOMPAS/detikFoto

Lapan Targetkan Mampu Orbitkan Satelit Sendiri

Roket LAPAN RX-420 diluncurkan di Garut tahun lalu. (Foto: daylife/getty images)

26 Juni 2010, Bantul -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pada 2010 sudah mampu mengorbitkan satelit sendiri, kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di sela penyelenggaraan Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Sabtu.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan dengan matang rencana peluncuran roket pengorbit satelit. Saat ini mungkin baru akan meluncurkan satelit "Nano" dengan berat di bawah 10 kilogram," katanya.

Menurut Rika Andiarti , satelit "nano" ini dapat difungsikan untuk pemantauan suhu udara maupun kelembabab udara dan -data kecil atau sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan satelit.

"Ke depan kami targetkan mampu mengorbitkan satelit berukuran besar seperti yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan lainnya," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan berbagai persiapan uji coba peluncuran roket pengorbit satelit.

"Lima tahun ke depan kami harus sudah mampu memproduksi roket peluncur satelit berukuran besar, sehingga Indonesia tidak lagi meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit," kata Rika .

Jamin keamanan

Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Djamasri menambahkan, dengan mengorbitkan sendiri atelit maka keamanan negara akan lebih terjamin.

"Saat ini Indonesia masih meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit, dan ini sangat rawan karena muatan roket dan satelit bisa disusupi kepentingan negara pengorbit satelit," katanya.

Profesor Djamasri mengatakan, teknologi kedirgantaraan khusunya tentang roket sangat bermanfaat dan bisa untuk berbagai kepentingan seperti mitgasi bencana. Teknologi kedirgantaraan juga sangat mendukung untuk kepentingan pertahanan Indonesia .

"Jika dari Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul kita mampu membuat roket dengan daya luncur antara 3.000 hingga 5.000 kilometer maka pertahanan akan semakin kokoh dan negara lain tidak akan seenaknya," katanya.

ANTARA News

Lapan Siapkan Lokasi di Pulau Enggano




26 Mei 2010, Jakarta -- Dengan mempertimbangkan faktor keamanan saat peluncuran roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan memindahkan tempat peluncuran wahana antariksa tersebut ke Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Untuk tujuan itu telah ada persetujuan dari pemerintah daerah setempat.

Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun hari Selasa (25/5) mengatakan, pemindahan itu juga dilatarbelakangi kondisi sekitar lokasi peluncuran yang lama yang berada di daerah Pamengpeuk, Provinsi Jawa Barat. Pamengpeuk kini telah padat menjadi daerah permukiman.

”Pemindahan itu berkaitan dengan rencana Lapan untuk meluncurkan satelit yang berukuran lebih besar, yang memerlukan zona aman atau bebas yang lebih luas,” kata Adi.

Perairan bebas

Pulau Enggano yang terletak di selatan perairan Provinsi Bengkulu relatif lebih aman karena di arah selatan menghadap perairan bebas. Namun, Adi juga melihat ada faktor yang kurang menguntungkan di pulau itu, yaitu aktivitas kegempaan di pulau kecil itu tergolong tinggi.

Karena itu, peluncuran roket akan menggunakan kendaraan peluncur roket atau satelit (satellite launch vehicle/SLV).

”Pembuatan roket akan dilakukan di Pusat Pembuatan Roket di Pulau Jawa,” kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Bambang Tedjasukmana. Untuk transportasi SLV dan roket itu Lapan akan bekerja sama dengan mitra terkait yang memiliki sarana kapal memadai.

Adi mengharapkan, lokasi peluncuran roket dari pulau tersebut sudah dapat terlaksana tahun depan. Rencananya, akan diluncurkan roket eksperimen berdiameter 550 mm. Akhir tahun ini direncanakan RX-550 akan menjalani uji statik.

Untuk mengarah pada peluncuran roket berkapasitas menengah itu, lanjut Bambang, akan dilakukan peremajaan prasarana yang ada, antara lain, yaitu mesin pembuat bahan bakar roket. Selama ini yang dilakukan hanya sebatas memodifikasi peralatan yang telah usang.

Menurut Adi, proses pembuatan bahan bakar roket atau propelan merupakan kunci yang menentukan unjuk kerja roket ketika diluncurkan, terutama terhadap daya dorongnya.

Terkait dengan peluncuran roket tersebut, lanjut Adi, Lapan mengalokasikan sebagian besar dana untuk pembangunan fasilitas peroketan dan sisanya untuk mempersiapkan peluncuran satelit kembar Lapan A-2 dan Lapan A-3 yang menggunakan roket Indian Space Research Organization (ISRO) dari India. Peluncuran akan dilakukan tahun depan.

KOMPAS

Miftah, Siswa Pencipta Senpi

Monday, May 17, 2010


17 Mei 2010, Sidoarjo -- Miftah Yama Fauzan, 16, siswa kelas X SMAN I Sidoarjo meraih penghargaan Satya Lencana Wira Karya. Penghargaan itu diraihnya berkat prestasinya menciptakan senjata api (senpi) laras panjang bernama Electro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4). Penghargaan itu diterima bersama tiga siswa lainnya yang juga menjuarai International Confrence of Young Scientist (ICYS), di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (11/5) lalu.

Satya Lencana Wira Karya itu langsung diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di sela puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Selain presiden, semua menteri hadir di acara tersebut. Miftah bercerita, dirinya seorang diri berangkat menuju Istana Merdeka setelah diberi tahu jika dirinya masuk dalam daftar penerima penghargaan tersebut. Senin (10/5) malam. Seorang staf Kementerian Pendidikan Nasional menghubunginya lewat ponsel mengabarkan berita tersebut.

Dalam acara tersebut, selain Miftah, ada 12 siswa yang menerima penghargaan tersebut dari presiden SBY. Diantaranya tiga siswa yang sama-sama menerima medali emas karena menjuarai ICYS, yang digelar di Sanur Bali, 12-17 April 2010 lalu. Ketiga kolega Miftah ini, yakni Andreas Widi, siswa SMA Santa Laurence Serpong Jabar, Florencia Vanya, siswa SMA Santa Laurence Serpong Bogor dan Ilham, siswa SMA Laboratorium School Jakarta. “Mereka juga meraih medali ICYS, sama seperti saya,”ungkapnya.

Penghargaan itu diraih Miftah berkat senpi ciptaannya yang meraih medali emas ICYS. Senpi laras panjang bernama Elektro Magnetic Gun-Maferix (EMG-M4) ini menyisihkan 104 peserta ICYS yang berasal dari 13 negara.

Surya

Seorang siswa SMAN 1 Sidoarjo, Miftah Yama Fauzan (16) menunjukkan senjata elektrik ciptaannya, saat Presentasi Inovasi Alat Tempur Tanpa Awak dan Produk Senjata, di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (23/4). Miftah yang berhasil menyabet Juara 1 pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia ke-17 atau 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang berlangsung di Denpasar Bali pada 12-17 April 2010 tersebut, menciptakan Smart Electric Gun dengan Adaptive Bullet Speed. Senjata ciptaannya tersebut lebih hemat dalam hal operasional, dibandingkan senjata api yang memakai mesiu. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/10)

23 April 2010, Surabaya -- Berawal dari keprihatinannya atas keterbatasan persenjataan TNI, mengantarkan MIFTAH YAMA FAUZAN (16) siswa SMAN 1 Sidoarjo menggondol medali emas dalam International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 di Bali beberapa waktu lalu. Proyeknya berjudul Development of Smart Electric Gun With Adaptive Bullet Speed mecoba untuk menciptakan senjata dengan operasional murah tapi efektif.

Caranya, dengan meniadakan serbuk mesiu dalam pelontaran proyektil peluru. Sebagai penggantinya, MIFTAH menggunakan sistem elektromagnetik. Sistem ini dipadukan dengan mekanisme sensor jarak untuk menentukan kekuatan lontaran peluru.

Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan penembakan seringkali adalah peluru yang tidak mencapai sasaran karena targetnya terlalu jauh saat menggunakan peluru kaliber kecil dan sebaliknya target hancur berantakan saat digunakan peluru kaliber besar dengan sasaran yang dekat.

Untuk itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengukur jarak sasaran. MIFTAH menggunakan sensor untuk electric gun. Sensor ini bekerja dengan menangkap pantulan sinar laser yang ditembakkan dari bawah laras senjata, Informasi tentang jarak sasaran yang diterima sensor ini kemudian diterjemahkan untuk setting kumparan peluncur,. Di sini, peluncur peluru akan menyesuaikan daya dorongnya dengan jarak senjata ke target.

“Kekuatan lontaran peluru bisa kita sesuaikan, apakah untuk melumpuhkan saja atau mematikan. Semuanya tergantung pada kekuatan batere dan kapasitor. Untuk prototype ini saya gunakan batere 12 volt yang dikonversikan menjadi 300 volt dengan 6 kapasitor. Kalau mau lebih dahsyat lagi lontarannya, tinggal ditingkatkan spesifikasi batere dan kapasitor,” kata dia.

Dikatakan low cost gun karena memang biaya produksinya sangat murah. Untuk pengembangan senjata ini saja, MIFTAH hanya mengeluarkan kocek tak lebih dari Rp1 juta.

Berhasil mendapatkan emas di ICYS 2010, MIFTAH justru semakin bersemangat untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang persenjataan. Obsesi yang ingin diraihnya ke depan adalah menciptakan elegtromagnetic jamming gun yang bisa mengacaukan sistem telekomunikasi dan deteksi radar.

“Kalau militer Amerika Serikat membuatnya dalam bentuk bom electromagnetic, saya tertarik untuk membuat prototype gun karena lebih mudah dibawa,” paparnya.


suarasurabaya.net

MiG-31 AU Rusia Selesai Diupgrade

MiG-31 interceptor. (Foto: RIA Novosti/Skrynnikov)

14 Agustus 2010 –- Angkatan Udara menyelesaikan program modifikasi jet tempur MiG-31 interceptor menjadi MiG-31BM standar, ucap KASAU Rusia Kolonel Jenderal Alexander Zelin, Jumat (13/8).

MiG-31BM dilengkapi avionic yang diupgrade dan digital datalink, radar baru, tampilan layar kokpit berwarna, computer lebih canggih serta mampu membawa rudal udara-udara baru dan rudal udara-permukaan seperti AS-17 Krypton.

MiG-31BM dapat membawa rudal udara-udara Vympel R-73 (AA-11 Archer), R-77 (AA-12 Adder), R-33S (upgrade AA-9 Amos) dan the K-37M (AA-X-13 Arrow).

AU Rusia menerima juga pesawat tempur baru, termasuk Su-34, SU-35, jet latih Yak-130 dan helicopter Ka-52 dan Mi-38.

RIA Novosti/Berita HanKam

KRI Surabaya Dukung Upacara Proklamasi di Pulau Terluar


Friday, August 13, 2010


13 Agustus 2010, Surabaya -- KRI Surabaya (SBY) dengan nomor lambung 591 merupakan Kapal Perang RI (KRI) jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dilengkapi dengan pesawat helikopter.

Beberapa pekan yang lalu telah mendukung kegiatan Sail Banda 2010, saat ini kapal perang yang masuk jajaran unsur Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) tersebut dipersiapkan untuk mendukung lanjutan rangkaian kegiatan Sail Banda 2010, berupa peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI yang ke 65 di Pulau Kisar, merupakan wilayah Propinsi Maluku sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan Negara Timor Leste. Sekitar 500 personel yang terdiri dari TNI, Polri dan PNS menjadi peserta upacara HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2010, akan diberangkatkan pada tanggal 14 Agustus 2010 menggunakan KRI Surabaya-591 dari Dermaga Irian Halong Lantamal IX Ambon.

Perjalanan ke Pulau Kisar sejauh 285 mil akan ditempuh selama 1 hari 1 malam. KRI Surabaya-591 dikomandani Letkol Laut (P) Ali Triswanto dengan jumlah ABK sebanyak 134 orang. Selama di Pulau Kisar, KRI Surabaya-591 sekaligus berfungsi sebagai penginapan terapung. KRI Surabaya-591 sebelumnya telah tercatat mengikuti beberapa kegiatan operasi antara lain Operasi penyeberangan Korsel – Indonesia pada tahun 2007, Latihan Operasi Laut Gabungan TNI tahun 2007, Uji Coba Penembakan Rudal C – 802, Armada Jaya XXVII-A/2008, Latihan Parsial VI tahun 2008, Latihan Gabungan TNI tahun 2008, Latihan GKK Satfibarmatim tahun 2009, Exercise New Horizon tahun 2009, International Fleet Review tahun 2009, Armada Jaya XXVIII/2009 dan Pengamanan Presiden RI di Kupang tahun 2010.

Dispenarmatim

Thursday, August 12, 2010

Proyek Pesawat Tempur KF-X Dimulai Tahun 2012




JAKARTA - Kementerian Pertahanan menyatakan Indonesia siap melakukan kerja sama produksi pesawat tempur dengan pihak Korea Selatan. Hal itu dinyatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae Young seusai melakukan pertemuan bilateral di Jakarta, Rabu (11/8).

Kerjasama pesawat tempur ini, kata Purnomo, merupakan perjanjian yang ditandatangani pada Juli 2010. Menyambung perjanjian sebelumnya yang diteken 2006. "Kemitraan strategis memang jadi salah satu fokusnya," ujarnya.

Purnomo mengatakan proyek kerjasama dalam pembuatan pesawat tempur KFX akan dimulai pada 2012. Diharapkan, kata dia, proyek kedua negara ini bisa menghasilkan sebuah prototipe pesawat tempur pada tahun 2020. "Kami berharap Indonesia bisa menjadi base produksinya," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoeddin mengatakan Indonesia akan meminta hak penjualan juga atas pesawat yang di produksi nantinya. Saat ini, kata dia, kedua negara saedang membentuk kelompok kerja untuk terus membahas soal ini. "Ada tim pula yang pergi ke sana melihat awal proses pembuatan pesawat," ujarnya.

Sjafrie mengatakan dalam deklarasi kemitraan strategis antara Indonesia dengan Korea Selatan pada tahun 2006 silam disebut khusus soal pembuatan pesawat. Selain itu kerjasama dibangun untuk melakukan promosi bersama, fasilitasi kerja sama dalam produksi, alih teknologi, serta transfer pengetahuan terkait alat utama sistem persenjataan.

Menanggapi permintaan kerja sama ini, Menteri Pertahanan Korea Selatan HE Kim Tae Young mengatakan sungguh menguntungkan bisa bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pembuatan pesawat tempur. Pasalnya, semua bahan baku dan industri pertahanan sudah dimiliki Indonesia, sehingga bisa memperlancar kerjasama pembuatan produk pertahanan ini.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM

Purnomo: Indonesia Ingin Membuat Pesawat Tempur

Indonesia berkeinginan membuat pesawat tempur. Keinginan itu, antara lain, mulai terwujud melalui kerja sama pembuatan yang dilakukan dalam jangka panjang dengan Pemerintah Korea Selatan.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga berharap dapat meningkatkan kerja sama yang lebih baik di bidang pertahanan dengan Korsel. ”Dalam hal hubungan bilateral ini, Korsel dan Indonesia memiliki sejarah yang baik. Kita dulu pernah memesan LST (landing ship tank) di Korsel. Kita juga pernah bekerja sama membuat joint production (produksi bersama) LPD (landing platform deck) yang sekarang salah satunya dipakai untuk kapal rumah sakit,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Rabu (11/8) di Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam jumpa pers itu, Purnomo didampingi Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-young.

Sebelum jumpa pers, Purnomo dan Kim menggelar pertemuan selama hampir dua jam. Dalam pertemuan, Purnomo, antara lain, didampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Asisten Operasi Panglima TNI Mayor Jenderal Tono Suratman.

Purnomo menyebutkan, Indonesia juga mendapat hibah dari Korsel berupa kapal amfibi pendarat marinir yang dipakai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk pendaratan di Lampung.

Hubungan Korsel dan Indonesia semakin kuat setelah pada 2006 kedua negara menandatangani kemitraan strategis. Kerja sama pertahanan itu lebih maju setelah pada Juli 2010 kedua negara menandatangani nota kesepahaman kerja sama pembuatan pesawat tempur FSX.

Menurut Sjafrie, pembuatan prototipe pesawat tempur merupakan proyek jangka panjang. Meski demikian, proyek itu mulai dikerjakan pada tahun ini.

Sumber : KOMPAS

BERITA POLULER