29 Juni 2010, Bantul -- Kompetisi Roket Indonesia (KORINDO) 2010 yang diikuti 40 tim dari 38 perguruan tinggi ternyata menarik minat pengamat dan ilmuwan Jepang maupun Malaysia. Ilmuwan Jepang yang tergabung dalam Asia-Pasifik Regional Space Agency Forum (APRSAF) khusus menyaksikan kompetisi roket yang digelar di Bantul itu.
"Saya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk dapat menghadiri KORINDO," kata Co-chairman of Space Education and Awareness Working Group, Takashi Kubota dari Jepang, mewakili APRSAF, usai pembukaan Minggu yang dirilis kemendiknas, Senin (28/6).
Takashi menilai, ajang Kompetisi Roket ini akan meningkatkan kesadaran publik akan keuntungan dan pentingnya pendidikan kedirgantaraan. Selain itu, kata dia, untuk mempromosikan bidang kedirgantaraan kepada para generasi muda. Hadir juga sebagai pengamat tiga dosen dari Universiti Kebangsaan Malaysia yaitu Wayan Suparta, Geri Gopir, dan Helmi Sanusi.
Acara pembukaan dilanjutkan dengan demo peluncuran roket yang membawa spanduk KORINDO 2010. Disusul roket kedua dan ketiga, demo membawa muatan robotik dari Akademi Angkatan Udara dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Selanjutnya, kompetisi diawali dengan peluncuran roket BAROK dari Politeknik Banyuwangi, ASTEROID (Ciung Wanara) dari Politeknik Negeri Bandung, RU-ITek dari STMIK Teknokrat, dan Posedon dari Institut Pertanian Bogor.
Tribun news
Monday, June 28, 2010
Sejumlah memasang roket yang akan diluncurkan saat digelar Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Minggu (27/6). Korindo 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni '10 merupakan ajang kompetisi di bidang rancang bangun muatan roket bagi mahasiswa Indonesia, dan kompetisi kali ini diikuti oleh 31 tim terseleksi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. (Foto: ANTARA/Noveradika/ss/hp/10)
28 Juni 2010, Yogyakarta -- Sebanyak 31 roket berhasil diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia 2010 yang diselenggarakan di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (27/6). Kompetisi tersebut diikuti 31 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Roket tersebut masing-masing panjangnya 1,2 meter dan diameter 70 mm. Daya jangkauan maksimum 700 meter dan pencapaian ketinggian bisa 400 meter. Peluncuran dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), sedangkan mahasiswa peserta kompetisi menyiapkan muatan roket berupa alat sensor untuk mengukur suhu udara, kelembaban, dan akselerasi roket. Data kemudian dikirimkan ke stasiun pemantau.
Data kemudian dicocokkan dengan data lain yang dimiliki Lapan. Tim yang mencapai tingkat akurasi tertinggi merupakan tim yang akan menang.
Kebangkitan roket
Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyebutkan, kompetisi ini sebagai ajang kebangkitan roket Indonesia. Kebangkitan itu ditandai pula pada awal 2011 nanti, Lapan akan meluncurkan roket hingga ketinggian 630 kilometer. Peluncuran ini untuk mengorbitkan Satelit Lapan-Orari sebagai satelit mitigasi bencana, yaitu satelit kembar dengan orbit ekuatorial yang mengantisipasi terputusnya saluran telekomunikasi saat terjadi bencana di Indonesia.
”Pengembangan roket ini bukan terletak pada persoalan ketertinggalan atau ketidakmampuan kita, tetapi pada sinergi dana ataupun institusinya. Sekarang bisa diwujudkan dan sekarang ini masa kebangkitan roket Indonesia,” kata Suharna kepada wartawan setelah membuka Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Nasional Suryo Hapsoro menyebutkan, untuk menunjang kegiatan Korindo ini, kementeriannya mengalokasikan dana Rp 1,2 miliar.
Korindo diawali pada 2007 sebagai hasil kerja sama Lapan dengan TNI Angkatan Udara, Universitas Gadjah Mada, dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Kementerian Pendidikan Nasional mulai bergabung pada 2009. Sinergi dana ataupun sumber daya manusia di antara berbagai institusi terkait semacam ini yang diharapkan Suharna.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata mengungkapkan, minat generasi muda terhadap peroketan kini mulai meningkat.
Soewarto mengatakan, penilaian Korindo 2010 mengacu pada rekayasa mahasiswa dalam membentuk muatan nano di bawah 5 kilogram berisikan teknologi sensor meteorologi. Roket pembawa muatan disiapkan Lapan dengan bahan bakar propelan yang dibikin Lapan sendiri.
Kepala Pusat Teknologi Dirgantara Terapan Lapan, Rika Andiarti, sedang menerangkan bagian-bagian roket yang akan diluncurkan pada Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suhana Suryapranata. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket buatan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, sedang ditempatkan pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Salah satu dari 31 roket yang siap diluncurkan dalam Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Roket lain, buatan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, sedang ditempatkan pula pada alat luncur. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Petugas Lapan sedang memeriksa roket buatan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kota Serang, Banten. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
Jajaran roket buatan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang akan diluncurkan. (Foto: Febrina Ayu Scottiati)
KOMPAS/detikFoto