SEOUL, KOMPAS.com - Para perwira militer Korea Utara (Korut) dan Komando Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dipimpin Amerika Serikat, Selasa (10/8), mengadakan perundingan, di tengah ketegangan yang memuncak di semenanjung Korea menyusul latihan perang Korea Selatan (Korsel) dan tembakan artileri Korut.
Korut menembakkan sekitar 130 meriam ke perairan dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua Korea, Senin, dalam apa yang tampaknya protes terhadap latihan anti-kapal selam Korea Selatan yang baru saja diselesaikan. Sekitar 10 meriam mendarat di garis batas pihak Korea Selatan, kata Kepala Staf Gabungan Seoul, Selasa. Hal itu memicu tiga peringatan dari Korea Selatan terhadap pihak Korea Utara.
Latihan anti-kapal selam terbesar yang pernah diadakan Korsel itu merupakan unjuk kekuatan setelah Seoul menuduh tetangganya tersebut mentorpedo kapal perang Korsel Maret lalu, dekat perbatasan yang disengketakan - suatu tuduhan yang dibantah keras Korut.
Para kolonel dari Korut dan Komando PBB memulai perundingan tertutup di desa gencatan senjata perbatasan di Panmunjom pada pukul 10.00 waktu setempat, menurut juru bicara Komando PBB kepada AFP. Badan PBB telah berpangkalan di Korea Selatan sejak akhir perang Korea 1950-53 untuk mengawasi gencatan senjata yang mengakhiri perang tersebut.
Kedua pihak telah bertemu tiga kali Juli lalu untuk membahas kapal perang yang tenggelam itu, yang menewaskan 46 orang.
Pada putaran perundingan sebelumnya, Korut meminta hak untuk mengirimkan para penelitinya ke Korsel guna memeriksa bukti yang dikeruk dari dasar laut, termasuk apa yang menurut Seoul bagian dari torpedo Korut. Korsel telah menolak permintaan itu, dan mengatakan Komando PBB hendaknya menangani kasus itu sebagai pelanggaran serius gencatan senjata.
Ketegangan memuncak sejak Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain, merujuk pada penemuan investigasi multinasional, menuduh Korut pada akhir Mei mengirim kapal selam untuk mentorpedo korvet Cheonan Korsel itu.
Korut mengatakan, pihaknya adalah korban kampanye fitnah dan menyebut latihan militer Korsel sebagai persiapan untuk penyerangan. Dalam kaitan itu Pyongyang mengeluarkan memperingatkan "pembalasan kuat secara fisik" terhadap aksi itu.
Departemen Luar negeri AS mengecam serangan artileri tersebut. "Serangan itu bukan isyarat membantu Korut dan ini dipastikan sejenis sikap yang kami perlu lihat dihindari oleh Korut," kata juru bicara Philip Crowley.
Hubungan-hubungan memburuk berlanjut setelah Korut pada akhir pekan lalu menahan sebuah kapal nelayan Korea Selatan, yang beroperasi di lepas pantai timur.
kompas