Pages

Thursday, August 12, 2010

Korut Berundingan dengan Komando PBB



SEOUL, KOMPAS.com - Para perwira militer Korea Utara (Korut) dan Komando Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dipimpin Amerika Serikat, Selasa (10/8), mengadakan perundingan, di tengah ketegangan yang memuncak di semenanjung Korea menyusul latihan perang Korea Selatan (Korsel) dan tembakan artileri Korut.

Korut menembakkan sekitar 130 meriam ke perairan dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua Korea, Senin, dalam apa yang tampaknya protes terhadap latihan anti-kapal selam Korea Selatan yang baru saja diselesaikan. Sekitar 10 meriam mendarat di garis batas pihak Korea Selatan, kata Kepala Staf Gabungan Seoul, Selasa. Hal itu memicu tiga peringatan dari Korea Selatan terhadap pihak Korea Utara.

Latihan anti-kapal selam terbesar yang pernah diadakan Korsel itu merupakan unjuk kekuatan setelah Seoul menuduh tetangganya tersebut mentorpedo kapal perang Korsel Maret lalu, dekat perbatasan yang disengketakan - suatu tuduhan yang dibantah keras Korut.

Para kolonel dari Korut dan Komando PBB memulai perundingan tertutup di desa gencatan senjata perbatasan di Panmunjom pada pukul 10.00 waktu setempat, menurut juru bicara Komando PBB kepada AFP. Badan PBB telah berpangkalan di Korea Selatan sejak akhir perang Korea 1950-53 untuk mengawasi gencatan senjata yang mengakhiri perang tersebut.

Kedua pihak telah bertemu tiga kali Juli lalu untuk membahas kapal perang yang tenggelam itu, yang menewaskan 46 orang.

Pada putaran perundingan sebelumnya, Korut meminta hak untuk mengirimkan para penelitinya ke Korsel guna memeriksa bukti yang dikeruk dari dasar laut, termasuk apa yang menurut Seoul bagian dari torpedo Korut. Korsel telah menolak permintaan itu, dan mengatakan Komando PBB hendaknya menangani kasus itu sebagai pelanggaran serius gencatan senjata.

Ketegangan memuncak sejak Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain, merujuk pada penemuan investigasi multinasional, menuduh Korut pada akhir Mei mengirim kapal selam untuk mentorpedo korvet Cheonan Korsel itu.

Korut mengatakan, pihaknya adalah korban kampanye fitnah dan menyebut latihan militer Korsel sebagai persiapan untuk penyerangan. Dalam kaitan itu Pyongyang mengeluarkan memperingatkan "pembalasan kuat secara fisik" terhadap aksi itu.

Departemen Luar negeri AS mengecam serangan artileri tersebut. "Serangan itu bukan isyarat membantu Korut dan ini dipastikan sejenis sikap yang kami perlu lihat dihindari oleh Korut," kata juru bicara Philip Crowley.

Hubungan-hubungan memburuk berlanjut setelah Korut pada akhir pekan lalu menahan sebuah kapal nelayan Korea Selatan, yang beroperasi di lepas pantai timur.

kompas

Tiga Sukhoi Tiba September 2010




SUKHOI TNI AU

12 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia, tiba di tanah air pada awal September 2010.


"Jadwal tersebut lebih cepat dari semula 11 September 2010. Namun, datangnya bertahap tidak sekaligus," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, tiga unit pesawat Sukhoi SU-27SKM itu dua diantaranya tiba pada awal September, dan satu unit lagi tiba pada minggu ketiga.

"Pesawat akan langsung mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, untuk dirakit dan diuji terbang," ungkap Imam.

Dengan begitu, lanjut dia, tujuh pesawat Sukhoi yang baru diharapkan siap untuk tampil pada peringatan HUT ke-65 TNI pada 5 Oktober mendatang, dalam formasi terbang lintas.

Pada sejak 2003 Indonesia telah memiliki tujuh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.

Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.

Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.

ANTARA News

TNI AU Incar 16 T-50 Golden Eagle Buatan Korsel



T-50 Golden Eagle terbang dalam formasi. (Foto: KAI)

12 Agustus 2010 –- Indonesia memasukan jet tempur latih T-50 Golden Eagle dalam salah satu dari tiga kandidat dalam program pembelian jet tempur latih, diumumkan DAPA (Defense Acquisition Program Administration) kutip harian Korea Selatan Korean Times, Senin (9/8).

T-50 Golden Eagle akan bersaing dengan jet tempur latih buatan Rusia Yak-130 dan buatan Ceko L-159B ujar pejabat DAPA. TNI AU berencana membeli 16 jet tempur latih.
Jet tempur latih T-50 dikembangkan hasil kerjasama Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat.

T-50 dikalahkan M-346 Master buatan Alenia Aermacchi Italia dalam kontes di Uni Emirat Arab dan Singapura.

Pada Juli lalu, delegasi pemerintah Korsel berkunjung ke Indonesia guna membicarakan pembelian T-50. Kedatangan Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young ke Indonesia, Rabu (11/8), salah satu tujuannya menawarkan T-50 ke Indonesia.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae-Young (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan usai mengadakan pertemuan di Jakarta, Rabu (11/8). Pertemuan bilateral kedua pihak membahas mengenai peningkatan kerjasama dalam bidang industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/hp/10)

Indonesai membeli jet latih KT-1 buatan KAI pada 2001 dan 2005, salah satu pesawat jatuh di bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali saat menggelar joy flight pada bulan lalu. Indonesia dan Korsel telah menandatangani kerjasama pengembangan jet tempur KF-X. Pembangunan pesawat akan dimulai 2012 dan diharapkan 2020 prototipe pertama sudah diuji coba. Indonesia direncanakan akan menerima 50 pesawat, sedangkan Korsel 100 pesawat.

T-50 Golden Eagle jet tempur bermesin tunggal dilengkapi sistem data penerbangan dan pelatihan darat modern, membantu para pilot baru transisi ke jet tempur generasi 5 dan 4.5 dengan mudah.

Pesawat mempunyai kecepatan maksimal 1,5 Mach dan dibanderol sekitar 25 juta dolar perunit.

T-50 Golden Eagle dalam grafis.(Grafis: KAI)

Pemerintah Korsel mendukung penuh penjualan T-50 ke luar negeri, guna menjadi eksportir senjata utama di dunia dan mengairahkan ekonomi Korsel.

Pemerintah Korsel menargetkan penjualan senjata mencapai 3 milyar dolar hingga 2012, pemerintah dan industri pertahanan sepakat keberhasilan penjualan T-50 salah satu bagian terpenting agar tercapai target tersebut.

T-50 sedang berkompetisi dengan M-346 di Israel, Polandia dan Iraq. Jika Pemerintah Indonesia memutuskan membeli T-50, menjadikan negara pertama diluar Korsel yang mengoperasikan T-50.

Korea Times/Berita HanKam

Jika Amerika mendikte



12 Agustus 2010, Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan DPR, Kemal Azis Stamboel mengatakan jika memang ada persyaratan yang diajukan dalam kerjasama militer antara Amerika dan Indonesia, pemerintah disarankan untuk menolaknya. "Jika mendikte, bilang saja No," ujarnya kepada TEMPO, Kamis (12/8).

Menurut Kemal, saat Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, berkunjung ke Indonesia, 22 Juli lalu, menyebutkan, bahwa tidak ada syarat apapun dalam kerjasama ini. Tapi, Robert menjelaskan, adanya perbedaan sikap antara pemerintahan Amerika dengan Kongres Amerika soal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Kopassus, kata dia, masih dipertanyakan soal pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah didugakan kepada kesatuan itu. "Kongres masih menilai negatif pasukan elit kita," ujarnya. Namun, kata Kemal, menteri pertahanan AS akan menyelesaikan hal itu di internal Amerika.

Seperti diketahui, hubungan kerjasama militer antara dua pasukan elit Amerika Serikat dengan Indonesia kembali terjalin. Namun langkah itu akan mengalami hambatan karena unit Kopassus di masa lalu dinilai AS terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, termasuk di Timor Timur. Beberapa orang di Kongres AS telah menentang untuk merangkul Kopassus terkait masa lalunya itu.

Amerika Serikat memutus hubungan kerjasama dengan Kopassus pada tahun 1998. Itu diputuskan berdasarkan hukum AS yang melarang kerja sama dengan tentara asing yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Kopassus oleh AS dituduh melakukan pelanggaran di Timor Timur dan Aceh pada masa Presiden Soeharto tahun 1990-an.

Kemal mengatakan kerjasama militer akan berbentuk banyak paket pelatihan yang akan diikuti oleh kedua pasukan elit. "Tinggal tunggu waktunya," ujarnya.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Samsoeddin menegaskan, pihaknya tidak mau didikte oleh pihak manapun yang ingin menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Dalam kerja sama itu tidak ada persyaratan apapun yang diminta pemerintah Amerika, "Termasuk soal kopassus," ujarnya.

TEMPO Interaktif

Kasau: T-50 Lebih Potensial Gantikan MK-53



T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)

12 Agustus 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan bahwa pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, lebih potensial menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang akan habis masa pakainya pada 2011.

"Saat ini memang ada tiga jenis pesawat yang lolos seleksi untuk menggantikan MK-53 yakni T-50 Golden Eagle (Korea Selatan), Yakovlev Yak 130 (Rusia) dan Aero L159 Alca (Ceko)," katanya, ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Namun, lanjut Imam, ada beberapa pertimbangan untuk memastikan T-50 sebagai pengganti MK-53.

"T-50 adalah pesawat generasi keempat Korea Selatan dengan berbagai keunggulan muktahir, yang tidak lagi dimiliki L-159," ungkapnya.

Sedangkan, Yak 130 juga potensial menggantikan MK-53 namun prosedur dan mekanisme pembelian dari Rusia terkadang sangat ketat.

Tak hanya itu, lanjut Kasau, sudah ada kesepakatan antara RI dan Korea Selatan untuk bekerja sama dalam industri pertahanan seperti produksi bersama pesawat T-50.

"Jadi ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan T-50. Selain, merupakan pesawat generasi keempat dengan teknologi muktahir juga ada kesimbungan, melalui produksi bersama tersebut," tutur Imam.

Namun, lanjut dia, semua kemungkinan masih dibahas mendalam. "Kami tetap ajukan tiga jenis pesawat pengganti MK-53, agar dibahas mendalam untuk segera diputuskan Kementerian Pertahanan," katanya menambahkan.



The T-50 Golden Eagle is a South Korean supersonic advanced trainer and light attack jet, developed by the Korean Aerospace Industries beginning in the late 1990s. The T-50 is South Korea's first indigenous supersonic aircraft and one of the few supersonic trainers. Currently, KAI is upgrading its four prototypes of the T-50 Golden Eagle trainer to advanced light fighters designated FA-50.

ANTARA News

Wednesday, August 11, 2010

Pertempuran di Banten


Thursday, August 12, 2010

Sejumlah anggota Pas Khas TNI Angkatan Udara yang baru diterjunkan di areal pesawahan, bergerak untuk merebut Pangkalan Udara Gorda dalam latihan antar satuan dengan sandi "Jalak Sakti 2010", di Serang, Banten, Senin (9/8). Dalam latihan gabungan tersebut disimulasikan proses pembebasan Lanud Gorda Banten dari pendudukan militer musuh. (Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman/Koz/ama/10)

10 Agustus 2010, Serang -- Tujuh pesawat tempur dikerahkan TNI Angkatan Udara (AU) untuk mengamankan wilayah Provinsi Banten dari serangan musuh yang datang dari Selat Sunda.

Lalu, tujuh pesawat jenis Hawk 100/200 meluncurkan roket ke target sasaran musuh, dan seketika itu terdengarlah bunyi ledakan keras.

Kepulan asap dari tiga titik terlihat membumbung tinggi. Pesawat buatan Inggris yang mulai dipakai sejak 1996 itu langsung menuju pangkalan Halim Perdana Kusumah, Jakarta, usai menjatuhkan beberapa roket antitank jenis FFAR.

Beberapa menit kemudian muncul Hercules TNI AU C-130 dari arah Timur lokasi yang menerjunkan puluhan pasukan komando dari ketinggian 900-1.200 feet AGL atau 300-400 meter dari permukaan tanah. Pasukan yang ditugaskan untuk merebut pangkalan dari musuh ini bergerak ke lokasi musuh. Pertempuran sengit terjadi dan dimenangkan oleh TNI AU. Pangkalan udara Gorda, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, berhasil dikuasai kembali oleh TNI AU.

Meski sudah dikuasai tapi TNI AU masih waspada dengan melakukan SAR Tempur dengan mengirimkan dua helikopter jenis NAS-332 Superpuma H-3213 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Kargono dan Kapten PNB Risdiyanto, sedangkan helikopter jenis SA-330 PUMA HT-3315 dengan Kapten Pilot Mayor PNB Hilman dan Lettu PNB Imanuel.

Opersi SAR Tempur adalah operasi pertolongan terhadap personel atau meteriil yang bernilai taktis dan strategis di daerah tempur. Tujuannya meningkatkan moril, semangat pasukan, dan menghindari jatuhnya informasi intelijen ke tangan musuh.

Demikian rangkaian aksi penembakan dan perebutan pangkalan melalui serangan udara langsung (SUL) dalam Latihan Antar-Satuan Jalak Sakti Tahun 2010 TNI AU untuk Wilayah Indonesia Barat di Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikande, Senin (9/8) sekira pukul 09.00 WIB. Latihan disaksikan Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto. Selain itu hadir pula Kapolda Brigjen Pol Agus Kusnadi, Wakil Gubernur HM Masduki, Bupati Serang Taufik Nuriman, dan Ketua DPRD Kabupaten Serang Fahmi Hakim.

Menurut Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Eddy Suyanto, latihan Jalak Sakti dilakukan rutin setiap tahun oleh TNI AU I untuk mengamankan wilayah Indonesia bagian Barat termasuk Banten. “Pangkalan Gorda ini menjadi pangkalan alternatif TNI AU I jika pangkalan Halim Perdana Kusumah dikuasai musuh,” kata Marsekal Muda Eddy Suyanto kepada wartawan usai menutup acara latihan.

Terkait kesiapan pesawat tempur yang dimiliki TNI AU, Eddy mengatakan bahwa kondisi pesawat tempur sebagian sudah tidak layak pakai karena usianya sudah tua. “Sebagian peralatan kita sudah termakan usia jadi butuh peremajaan dan itu sudah kita usulkan,” kata Eddy.

Ketika ditanya berapa jumlah ideal pesawat yang harus dimiliki TNI AU, Eddy tidak menyebutkan karena disesuaikan dengan kebutuhan. “Kalau jumlah ideal tergantung kebutuhan saja,” kata Eddy.

Pada bagian lain, warga di sekitar pusat latihan berbondong-bondong menonton aksi latihan pasukan TNI AU dari kejauhan. Warga bisa melihat dua helikopter yang berada di tengah sawah sebelum melakukan atraksi latihan.

Pangkalan Gorda TNI AU memiliki luas kurang lebih 700 hektare dan sebagian lahan digarap oleh warga sekitar untuk ditanami padi. “Kita kerja sama sama dengan warga,” ujarnya.

Radar Banten

berita hankam

Tim Jihandak Konga XX-G Gelar Pelatihan Untuk Tentara Maroko


Pendeteksian ranjau/bahan pelekdak ini dilakukan sebagai antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap Peleton Alat Berat (Alber) Kontingen Garuda (Konga) XX-G. Sabtu (7/8). (Foto: detikFoto)

11 Agustus 2010, Kongo -- Tim Jihandak Kontingen Garuda XX-G pimpinan Letkol Czi Arnold AP Ritiauw memiliki kemampuan dan keahlian di bidang penanganan dan Disposal Handak (bahan peledak) serta UXO (Unexploded Ordance) atau IED (Improvise Explosive Device) yang membutuhkan kecepatan dan ketelitian serta disiplin yang tinggi. Tim Jihandak yang tergabung dalam Zeni TNI, Kontingen Garuda XX-G berkekuatan enam orang personel dipimpin oleh seorang Dantim Lettu Czi Bambang Cahyo W, dan semua personel sudah mempunyai klasifikasi khusus di bidangnya.

Atas dasar tersebut Tim Jihandak selalu diminta untuk memberikan penataran dan pelatihan kepada tentara Maroko tentang Mine Awarness yang bertempat di Markas Batalyon Maroko Dungu Town, Senin (9/8). Dengan berbekal surat perintah dari Komandan Brigade Ituri (Ituri Brigade Commander) Brigadir Jenderal ATM Zia Ul Hasan, Tim Jihandak Zeni TNI di bawah pimpinan Letnan satu Czi Bambang Cahyo W dengan 5 (lima) orang anggotanya serta didampingi oleh Perwira Interpreter bahasa Perancis Kapten Laut Bagus Jatmiko SH berangkat ke Dungu Town untuk melaksanakan perintah tersebut. Tim Jihandak Indo Eng Coy dipilih untuk melaksanakan tugas tersebut atas pertimbangan karena hanya Tim Jihandak Kontingen Garuda XX-G yang mempunyai kemampuan dalam bidang tersebut.



Pendeteksian ranjau/bahan pelekdak ini sebagai antisipasi terhadap Peleton Alat Berat (Alber) Kontingen Garuda (Konga) XX-G yang sedang bekerja dalam membangun infrastruktur baik jalan, jembatan dan bangunan di Dungu Kongo. Pelaksanaan dimining dilakukan oleh enam orang personel Jihandak Konga XX-G yang sudah mempunyai kualifikasi khusus dibidangnya dan dibantu oleh tiga personel dari Tim Kesehatan. (Foto: detikFoto)

Kegiatan ini pada akhirnya menjadi rutin diberikan kepada tentara Maroko yang berkekuatan satu Batalyon pada setiap rotasi dan pergantian pasukan di Dungu Congo. Hal ini bertujuan agar tentara Maroko lebih mengetahui akan bahaya ranjau yang masih banyak berada di daerah konflik, khususnya di daerah dimana mereka bertugas. Sehingga diharapkan mereka dapat lebih dapat berhati - hati dan segera dapat mengambil tindakan yang benar jika menemukan ranjau yang masih atau tidak aktif lagi.

Merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi Tim Jihandak dipercaya untuk melaksanakan tugas tersebut, sehingga hal tersebut dapat mengangkat nama baik Bangsa dan Negara di mata Dunia Internasional.

Puspen TNI

BERITA POLULER