Pages

Monday, August 9, 2010

Indonesia and Australia partner for Exercise RAJAWALI AUSINDO 2010


C-130H Hercules A97-007 from No. 37 Squadron (37SQN) prepares for take off at RAAF Base Richmond. (Foto: Australian DoD)

9 August 2010 -- C-130 Hercules transport aircraft crews from Indonesia will work alongside their Australian counterparts in Darwin from August 9-13 for Exercise RAJAWALI AUSINDO.

The exercise will involve a series of airdrop missions flown by both countries focusing on the use of the C-130 Hercules as an effective air mobility platform. RAJAWALI AUSINDO is one of several regular 'AUSINDO' exercises conducted between the two countries, with other iterations focusing on areas such as maritime patrol and air combat.

A contingent from the Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU, or Indonesian Air Force) No. 32 Squadron will bring a C-130 Hercules to participate in the exercise. The Royal Australian Air Force (RAAF) will bring a C-130H Hercules and crew from No. 37 Squadron, based at RAAF Base Richmond. A load recovery team from the Australian Army's No. 176 Air Dispatch Squadron will be located at Delamere Range.

Officer Commanding No. 86 Wing, Group Captain Richard Lennon, said Australia and Indonesia share a history of using the Hercules to assist one another.

"Indonesia sent their Hercules to provide relief to Australians following Cyclone Tracy, and Australia's Hercules provided support in Sumatra for the 2004 Boxing Day Tsunami relief effort," Group Captain Lennon said.

"Australian and Indonesian personnel share a history of achieving great feats with the Hercules, and this year's Exercise RAJAWALI AUSINDO will allow them to continue doing so."

As Indonesia is the world's largest archipelago and Australia is the world's largest island continent, effective air mobility plays an important role for both countries. In this role, the C-130 Hercules is able to transport loads of up to 20 tonnes as well as carry personnel, aero-medical evacuation patients, and operate from short, semi-prepared airstrips.

Through Exercise RAJAWALI AUSINDO, aircrew and groundcrew from both countries brief each other to gain a better understanding of how each other operates. "The experience gained through RAJAWALI AUSINDO by both countries is all the more relevant given the unpredictable nature of many humanitarian disasters in our region," Group Captain Lennon said.

"Australia remains committed to working with its neighbours through exercises such as RAJAWALI AUSINDO, sharing methods and practices which will deliver more effective air mobility in the real world."

Australia DoD

Saab awarded multi-year contract for U.S. Marine Corps Range Target Systems


09 August 2010 -- Saab Training USA has signed a contract with the U.S. Marine Corps to produce and field a large number of ranges and facilities under their Range Target Systems (RTS) program. The contract has a ceiling price of approximately MUSD 39, and Saab will receive orders during the next 3 years.

The ranges will provide live fire gunnery training for Marines in a train-as-you-fight environment using Saab’s well established target and range control product line and Improvised Explosive Device (IED) simulators. The scope of work includes constructing urban warfare buildings and shoot houses with realistic after action review capabilities and providing logistic support for large number of fielded systems.

Saab is currently delivering its Instrumented Tactical Engagement Simulation System (I-TESS) to the same Marine Corps installations across the continental United States and overseas in Hawaii and Japan.

“We are delighted to have received this important RTS order, which increases Saab’s product base with the US Army and Marine Corps to whom we have been supplying range equipment since 1980”, says Lars Borgwing, President, Saab Training USA.

Saab Training USA, a subsidiary of the international conglomerate Saab AB, is located in the Orlando Central Florida’s Research Park and has supported the U.S. Armed Forces and Homeland Defense with targets, laser simulators and instrumented training products for over thirty years.


Saab

DPR Dukung TNI AU Beli Pesawat Tanpa Awak


Tuesday, August 10, 2010

Harian Israel Haaretz memberitakan Indonesia berencana membeli pesawat tanpa awak Searcher Mark-II yang dibuat oleh Israel Aerospace Industries Ltd. Co. (Foto: IAI)

10 Agustus 2010, Jakarta -- Komisi I DPR mendukung pembentukan skuadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) yang akan dibangun TNI AU di Landasan Udara (Lanud) Supadio, Provinsi Kalimantan Barat. Pesawat Tanpa Awak dianggap anggota Dewan sebagai salah satu solusi menjaga perbatasan mengingat adanya tantangan topografi wilayah perbatasan Kalimantan Barat.

"Kami mendukung adanya skuadron udara pesawat tanpa awak untuk lebih efisien menjaga wilayah perbatasan, khususnya di provinsi Kalimantan Barat," kata Ketua Komisi I DPR RI Kemal Azis Stamboel dalam siaran pers yang diterima Suara Karya di Jakarta, Senin (9/8). Kemal bersama beberapa anggota Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja ke Lanud Supadio, Kalimantan Barat.

Komisi I DPR, menurut Kemal, mendukung adanya rencana mendatangkan Pesawat Tanpa Awak guna mendukung kekuatan udara Republik Indonesia di Provinsi Kalbar. Adapun kekuatan Pesawat Tanpa Awak adalah dapat terbang dengan daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh. Melalui Pesawat Tanpa Awak akan memudahkan TNI untuk melakukan pengamatan dan pengawasan di tengah keterbatasan sarana prasarana dan topografi wilayah perbatasan. Guna mengimbangi pengawasan perbatasan, TNI berencana membeli Pesawat Tanpa Awakd alam waktu dekat.

"Dalam kondisi lapangan yang dimiliki Republik Indonesia itu adalah solusi terbaik untuk mengatasi keberadaan infrastruktur," ujar Kemal.

Radar pemantau

Secara terpisah, Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Pertahanan Udara Nasional Biak, Marsma TNI Hadiyan Sumintaadmadja mengatakan, radar pemantau milik TNI Angkatan Udara (AU) yang akan dibangun di Kabupaten Merauke, Papua, dijadwalkan beroperasi tahun 2011 mendatang, guna memantau aktivitas di udara, termasuk penerbangan di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea. "Sesuai rencana program kerja Kosek IV Hanudnas Biak diharapkan markas satuan Radar Merauke sudah difungsikan tahun 2011, hingga saat ini berbagai persiapan pembangunan fisik sudah dimulai," katanya.

Letak geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guunea dan Australia menjadi fokus perhatian pembangunan radar pemantau pesawat udara. Selain satuan radar Merauke, pihaknya juga pada tahun 2011-2012 akan membangun markas satuan radar di Timika, Kabupaten Mimika serta radar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.

Sementara dalam program jangka panjang Kosek IV Hanudnas Biak, dikatakan Hadiyan, pembangunan satuan radar juga akan dilakukan di Sorong, Ambon dan Jayapura. Menyinggung mengenai kasus pelanggaran udara di wilayah Satuan Radar Biak, menurut Marsekal Pertama Hadiyan, hingga tahun 2009 tidak ditemukan satupun kasus pelanggaran udara oleh penerbangan sipil.

Dibandingkan dengan tahun 2008, lanjut Hadiyan, kasus pelanggaran udara yang dimonitor satuan radar Biak kurang lebih 30 kali, semenara selama tahun 2009 tidak ada. "Dampak dari beroperasinya satuan radar di Biak sangat nyata karena bisa mengawasi penerbangan udara yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

suara kayra

berita hankam

Commander of UNIFIL in Lebanon Denies Child fruit escape / Komandan UNIFIL di Lebanon Bantah Anak Buahnya Melarikan Diri

Headline News / International / Friday, August 6, 2010 08:03 AM

Metrotvnews.com, Beirut: News of two Army soldiers who are members of the Peace Force in Lebanon (UNIFIL) to escape during the fighting between Israeli forces and Lebanon's only an alias is not correct nonsense. It was announced by Commander Task Force Battalion Mechanical XXIII-D/Unifil Konga (Indobatt) in Lebanon, Lieutenant Colonel Andrew Prime Kahar.

Indobatt commander explained, both the men named Corporal II Zulkarnain and Oksan Head Pvt. Both are members of the Contingent Garuda 23-D under the UNIFIL.

His men have been trying hard to prevent fighting between the Israeli border with Lebanon in the two countries. At that time the Israeli army is being cut down trees to improve sight lines into Lebanese territory while attacking with fire.

Peacekeeping forces of the United Nations to intervene and ask Israel to halt tree felling activities. But Israel rejected. Both sides claimed the tree was located in each region.

After the armed clash occurred both ordered to stay away from the scene to return to the post. Two soldiers from Indonesia were not running away but the commander to follow orders.

Peacekeeping forces of the United Nations is not allowed to engage in battle. Both members of the TNI is now acquire an appreciation of the Eastern Sector Commander of UNIFIL for having tried to prevent the battle. (*)


Headline News / Internasional / Jumat, 6 Agustus 2010 08:03 WIB

Metrotvnews.com, Beirut: Berita tentang dua orang prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian di Lebanon (UNIFIL) melarikan diri saat terjadi pertempuran antara pasukan Israel dan Lebanon hanya omong kosong alias tidak benar. Hal itu disampaikan Komandan Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-D/Unifil (Indobatt) di Lebanon Letnan Kolonel Andi Perdana Kahar.

Komandan Indobatt itu menjelaskan, kedua anak buahnya bernama Kopral II Zulkarnain dan Prajurit Kepala Oksan. Keduanya tergabung dalam Kontingen Garuda 23-D di bawah UNIFIL.

Anak buahnya telah berusaha keras untuk mencegah terjadinya pertempuran antara Israel dengan Lebanon di perbatasan kedua negara. Saat itu tentara Israel sedang menebangi pohon untuk meningkatkan garis pandang ke dalam wilayah Lebanon sambil menyerang dengan melepaskan tembakan.

Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa turun tangan dan meminta Israel menghentikan kegiatan penebangan pohon. Tapi Israel menolak. Kedua belah pihak menyatakan pohon tersebut berada di wilayah masing-masing.

Setelah terjadi kontak senjata keduanya diperintah untuk menjauh dari lokasi pertempuran untuk kembali ke pos. Dua prajurit asal Indonesia itu bukan melarikan diri tapi mengikuti perintah komandan.

Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak dibolehkan terlibat dalam pertempuran. Kedua anggota TNI itu kini memperoleh apresiasi dari Komandan Sektor Timur UNIFIL karena telah berusaha mencegah terjadinya pertempuran.(*)


metro tv

Acknowledge RI UNIFIL troops in Difficult Position / UNIFIL Akui Pasukan RI dalam Posisi Sulit


Fitraya Ramadhanny - detikNews

TNI soldiers dehydration (Al Manar)
Beirut - 2 Personnel Indonesian peacekeepers failed to prevent weapons of the Israeli-Lebanese clash that killed five people. UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL) recognizes Indonesian troops are in a difficult position.

"When two parties intend to shoot each other, there's nothing you can do," said former UNIFIL spokesman, Timur Goksel, as reported by thenational.ae, Thursday (08/04/2010).

Defense against Indonesian troops were also given by former UNIFIL commander Major General Alain Pellegrini of France. According to them, UNIFIL troops often stuck in a situation such as that experienced by the Indonesian army.

"If protecting Israel, Hezbollah accused UNIFIL would defend the enemy. If on the contrary, Israel has also accused UNIFIL to help Hezbollah," said Alain.

Location fighting fit at any border fence. TV footage shows Israeli tractor to cut trees in areas of Lebanon by deliberately passing the border fence.

Lebanese media criticized the Indonesian army went by taxi because it clashed following the Israel-Lebanon. UNIFIL also provides a defense.

2 Personnel peacekeepers are said to have tried very hard to stop the war. Finally they were ordered back to be replaced with other UNIFIL troops is greater.

Al-Manar television shows that show two Indonesian soldiers to become dehydrated because trying to stop the fighting. Local residents and help the Indonesian army with drinks and a ride vehicle. (Fay / NRL)

Prajurit TNI dehidrasi (Al Manar)
Beirut - 2 Personel pasukan perdamaian Indonesia akhirnya gagal mencegah bentrok senjata Israel-Libanon yang menewaskan 5 orang. UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL) mengakui pasukan Indonesia ada dalam posisi sulit.

"Ketika dua pihak berniat saling tembak, tidak ada yang bisa Anda lakukan," kata mantan Jubir UNIFIL, Timur Goksel, seperti dilansir thenational.ae, Kamis (4/8/2010).

Pembelaan terhadap pasukan Indonesia juga diberikan oleh mantan Komandan UNIFIL Mayjen Alain Pellegrini dari Prancis. Menurut mereka, pasukan UNIFIL kerap terjepit dalam situasi, seperti yang dialami tentara Indonesia.

"Jika melindungi Israel, UNIFIL akan dituduh Hizbullah membela musuh. Jika kebalikannya, Israel juga menuduh UNIFIL membantu Hizbullah," kata Alain.

Lokasi pertempuran pun pas berada di pagar perbatasan. Tayangan televisi menampilkan traktor Israel memotong pohon di wilayah Libanon dengan sengaja melewati pagar perbatasan.

Media-media Libanon mengecam tentara Indonesia karena pergi dengan taksi menyusul bentrok Israel-Libanon. UNIFIL pun memberikan pembelaan.

2 Personel pasukan penjaga perdamaian itu dikatakan sudah berusaha sekuat tenaga menghentikan perang. Akhirnya mereka diperintahkan mundur untuk diganti dengan pasukan UNIFIL lain yang lebih besar.

Televisi Al Manar menampilkan tayangan dua tentara Indonesia itu sampai mengalami dehidrasi karena mencoba menghentikan pertempuran. Warga setempat lalu menolong tentara Indonesia itu dengan minuman dan kendaraan tumpangan. (fay/nrl)
detik

TNI PROFESSIONALISM IN OVERCOMING CONFLICT LAF AND IDF in South Lebanon


06 Aug 2010


PUSPEN (6 / 8), - Soldiers of Task Force Mechanical Yon XXIII-D/Unifil Garuda Contingent (Indobatt) with a sprightly act professionally and impartially in the duties and responsibilities as the Peacekeeper when there is tension between the IDF (Israeli Defence Forces) and LAF (Lebanese Armed Forces) on one of the Observation Post (OP) in the area of Al-Adaisse the famous "Panorama Point" and is still in the Area of Responsibility (AOR) Indobatt in South Lebanon, Tuesday (3 / 8).

According to Battalion Commander Task Force contingents Mechanical XXIII-D/Unifil Garuda (Indonesian Battalion / Indobatt), Lt Col Andi Inf Prime Kahar, mediates a very bold actions carried out by TNI soldiers of the planned activities began cutting a fallen pine trees and on fence / Technical Fence by the IDF (Israeli Defence Forces). IDF activity is not approved by the LAF (Lebanese Armed Forces) and received opposition, because according to the LAF is located in the area tree country. Although this activity has been monitored and obtained permission from the UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) as the holder peacekeeping mandate in South Lebanon region, but in fact the IDF activities in this field get very loud opposition from the LAF and trigger tension between the two parties .

The commander further stated Indobatt, as peacekeepers, Company A has made every effort Indobatt procedural as possible for maximum ease the situation. Efforts on both sides in the negotiations mediated by Indobatt field and Liaison Officer (LO) from the headquarters of UNIFIL, has been carried out for approximately 4 (four) hours. In order to ease tension that occurred, Capt. Inf Indobatt Danki A Fardin Wardhana skip to risk the safety rail road, then down to an area near the Blue Line is not yet fully-clean by the mines (UXO), by waving the UN flag and stood in the middle both parties are face to face with heavily armed (pointing). Not only that, the members of A Company Team Indobatt who was on guard at the Observation Post (OP) is, all helped with the flag raising his hand and asked the two parties in order to hold back and be able to find a deal on cutting pine trees these.

According to information obtained from eyewitnesses Inf Arief Widyanto First Lieutenant, as the Force Protection Officer Indobatt the moment are on the scene, explained that the situation becomes increasingly tense and very out of control when one side opened fire. Shots were then trigger a contact fire between IDF and LAF. Appropriate procedures, tactical action Indobatt soldiers seeking refuge in the surrounding scene during a shootout between the LAF and the IDF. In accordance with the command Command, Indobatt soldiers seeking the resignation of then carrying out a safe sheltered position and wait for further instructions. This shootout involving two planes and Apache Heli 3 (three) Tank "Markava" the IDF, who opened fire towards the troops LAF position.

Combat the increasingly severe situation and endanger UNIFIL personnel in this regard Indobatt, Eastern Sector Command Headquarters forced UNIFIL to take a decision and ordered the commander Indobatt Indobatt to attract personnel who are in contact location shoot to a safer position while still monitoring the situation. In the process of withdrawal of these troops, personnel Indobatt Company A was split into two separate groups with each other because of the incessant gunshots issued by both sides in the fighting. One group in the direction of Al-Adaisse and other groups toward Kafer kela. From the results of checks of personnel, found there were two personnel who are not yet known to exist in and out of contact with the parent squad.

For an hour more, the existence of two soldiers apparently still in the location of gunfire events. Both soldiers Indobatt this, trapped in armed contact both parties and could only take refuge behind the building without being able to malakukan resignation from the battle area. After a contact gunshot slightly subsided Kopda Zulkarnain and PFC Oksa trying to find a friend to the troops who are expe Kafer Area of Responsibility (AOR) Spain Battalion. Both these soldiers did not meet with any members of the Peacekeeper who was expected at the observation post Spainbatt since been withdrawn by Top Command.

From the description of the two soldiers, they decided to go to the Fatima Gate, crossing the road where there is OP (Observation Post) Spainbatt other. Just as events in the previous post, they did not find a single member of the UN standby at the venue. In the disconnected state of communication with the main army and without knowing the latest situation, they receive the aid of one of the Lebanese people who are willing to deliver it to the UN headquarters Indobatt Posn 7-1 Adshit al-Qusayr village, a distance of 15 km from the Fatima-Gate.

From the event firing contacts between the LAF and the IDF have fallen victims from both sides. From the Lebanon, three members of the LAF and one AL-Akhbar Lebanese journalist was killed on the spot. While the part of the IDF, two men become victims of their officers and died. For Indobatt own party, there is no loss of personnel and material. This is because soldiers Indobatt alacrity in implementing actions in accordance with the steering withdrawal (Standardize Tactical Incident Reaction) which is based on the Command command in this case by the Eastern Sector UNIFIL.

PROFESIONALISME TNI DALAM MENGATASI KONFLIK LAF DAN IDF DI LEBANON SELATAN
06 Agu 2010

PUSPEN (6/8),- Prajurit Satgas Yon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indobatt) dengan sigap bertindak profesional dan imparsial dalam mengemban tugas serta tanggung jawabnya selaku Peacekeeper saat terjadi ketegangan antara IDF (Israeli Defence Forces) dan LAF (Lebanese Armed Forces) di salah satu Observation Post (OP) di daerah Al-Adaisse yang terkenal dengan sebutan ”Panorama Point” dan masih dalam Area of Responsibility (AOR) Indobatt di Lebanon Selatan, Selasa (3/8).


Menurut Komandan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indonesian Battalion/Indobatt), Letkol Inf Andi Perdana Kahar, tindakan menengahi yang sangat berani dilakukan oleh prajurit TNI berawal dari rencana kegiatan pemotongan batang pohon cemara yang tumbang dan mengenai pagar/Technical Fence oleh pihak IDF (Israeli Defence Forces). Kegiatan IDF ini tidak disetujui LAF (Lebanese Armed Forces) dan mendapat tentangan, karena menurut LAF pohon tersebut berada di wilayah negaranya. Walaupun kegiatan ini telah dipantau dan mendapatkan ijin dari UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) selaku pemegang mandat pemelihara perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, namun pada kenyataannya kegiatan IDF di lapangan ini mendapatkan tentangan yang sangat keras dari LAF serta memicu ketegangan antara kedua belah pihak.


Lebih lanjut Komandan Indobatt menyatakan, sebagai pasukan penjaga perdamaian, Kompi A Indobatt telah melakukan segala upaya prosedural se-maksimal mungkin untuk meredakan situasi. Upaya negosiasi kedua pihak di lapangan yang dimediasi oleh Indobatt dan Liaison Officer (LO) dari markas UNIFIL, telah dilakukan selama kurang lebih 4 (empat) jam. Demi meredakan ketegangan yang terjadi, Danki A Indobatt Kapten Inf Fardin Wardhana mengambil resiko meloncati pagar pengaman jalan, kemudian turun mendekat ke area Blue-Line yang belum sepenuhnya bersih oleh ranjau (UXO), dengan mengibar-ngibarkan bendera PBB dan berdiri di tengah-tengah kedua belah pihak yang sedang berhadap-hadapan dengan bersenjata lengkap (pointing). Bukan hanya itu saja, anggota Tim Kompi A Indobatt yang saat itu berjaga-jaga di Observation Post (OP) tersebut, seluruhnya membantu dengan mengibarkan bendera sambil mengangkat tangan serta meminta kepada kedua pihak agar dapat menahan diri dan dapat mencari kata sepakat mengenai pemotongan pohon cemara tersebut.


Menurut keterangan yang diperoleh dari saksi mata Lettu Inf Arief Widyanto, selaku Perwira Force Protection Indobatt yang saat itu berada di tempat kejadian, dijelaskan bahwa situasi menjadi makin menegangkan dan sangat tidak terkendali saat salah satu pihak melepaskan tembakan. Tembakan tersebut selanjutnya memicu terjadinya kontak tembak antara IDF dan LAF. Sesuai prosedur, prajurit Indobatt melakukan tindakan taktis mencari tempat perlindungan di sekitar lokasi kejadian saat terjadi baku tembak antara LAF dan IDF. Sesuai dengan perintah Komando, prajurit Indobatt kemudian melaksanakan pengunduran diri mencari posisi berlindung yang aman dan menunggu perintah lebih lanjut. Baku tembak ini melibatkan dua pesawat Heli Apache dan 3 (tiga) Tank ”Markava” IDF, yang melepaskan tembakan ke arah kedudukan pasukan LAF.


Situasi pertempuran yang makin hebat dan membahayakan personel Unifil dalam hal ini Indobatt, memaksa Markas Komando Sektor Timur Unifil mengambil keputusan dan memerintahkan Komandan Indobatt untuk menarik personel Indobatt yang berada di lokasi kontak tembak ke posisi yang lebih aman sambil tetap memonitor keadaan. Dalam proses penarikan pasukan tersebut, personel Kompi A Indobatt terpecah menjadi dua kelompok yang terpisah satu sama lain karena gencarnya tembakan yang dikeluarkan oleh kedua pihak dalam pertempuran tersebut. Satu kelompok ke arah Al-Adaisse dan kelompok yang lain ke arah Kafer Kela. Dari hasil pengecekan personel, didapati masih ada dua personel yang belum diketahui keberadaannya dan putus kontak dengan induk pasukan.


Selama satu jam lebih, keberadaan dua prajurit tersebut ternyata masih berada di lokasi peristiwa kontak senjata. Kedua prajurit Indobatt ini, terjebak dalam kontak senjata kedua belah pihak dan hanya bisa berlindung di balik bangunan tanpa dapat malakukan pengunduran dari daerah pertempuran. Setelah kontak tembak sedikit mereda Kopda Zulkarnain dan Praka Oksa berusaha mencari pasukan kawan ke arah Kafer Kela yang merupakan Area of Responsibility (AoR) Spain Battalion. Kedua prajurit ini tidak bertemu dengan satupun anggota Peacekeeper yang diharapkan berada di pos pengamatan Spainbatt, karena telah ditarik mundur oleh Komando Atas.


Dari keterangan kedua prajurit tersebut, mereka memutuskan untuk menuju ke arah Fatima Gate, persimpangan jalan dimana terdapat OP (Observation Post) Spainbatt lainnya. Sama seperti kejadian pada pos sebelumnya, mereka tidak menemukan satupun anggota UN yang siaga di tempat tersebut. Dalam keadaan putus hubungan komunikasi dengan pasukan induk serta tanpa mengetahui situasi terakhir, mereka menerima bantuan salah satu masyarakat Lebanon yang bersedia mengantarkannya ke markas Indobatt UN Posn 7-1 desa Adshit Al-Qusayr yang berjarak 15 Km dari Fatima-Gate.


Dari peristiwa kontak tembak antara LAF dan IDF telah jatuh korban dari kedua belah pihak. Dari pihak Lebanon, tiga anggota LAF dan satu orang jurnalis AL-Akhbar Lebanese tewas di tempat. Sedangkan dari pihak IDF, dua orang Perwiranya menjadi korban dan meninggal dunia. Untuk pihak Indobatt sendiri, tidak ada kerugian personel maupun material. Hal ini dikarenakan kesigapan prajurit Indobatt dalam melaksanakan tindakan pengunduran pasukan sesuai dengan STIR (Standardize Tactical Incident Reaction) yang dilakukan berdasarkan perintah Komando Atas dalam hal ini oleh Sektor Timur UNIFIL.

http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=2011200920116084

Sunday, August 8, 2010

Bantah TNI Lari Dari Baku Tembak Ketika bertugas di Perbatasan Lebanon-Israel



JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mementahkan berita yang menyebut Tentara Nasional Indonesia (TNI) lari dari medan perang. Hal itu untuk menanggapi tanggapan media massa lokal Lebanon yang mengolok-olok TNI. Itu setelah beredar tayangan dua prajurit Kontingen Garuda XXIIID di bawah United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) meninggalkan lokasi baku tembak antara militer Israel dan Lebanon diperbatasan Lebanon.

Pemerintah Indonesia membantah berita yang menyebut dua prajurit TNI itu melarikan diri dari tugas mereka untuk menengahi baku tembak. "Soal TNI yang di Lebanon masih dalam naungan DK PBB di sana, sehingga masalah perlindungan dan lainnya berada di bawah koordinasi dan pengelolaan PBB," jelas Juru bicara Kemenlu Teuku Faizasyah, kepada wartawan di kantornya, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (6/8) kemarin.

Dari berita resmi yang didapatkan Kemenlu dari Lebanon, kedua prajurit TNI itu bernama Kopral Dua (Kopda) Zulkarnain dan Prajurit Kepala Oksan. Keduanya tergabung dalam Kontingen Garuda XXIIID di bawah UNIFIL. Mereka disebut melarikan diri dengan menumpang taksi dari medan baku tembak dan kemudian diselamatkan warga. Namun, menurut Kemenlu, hal itu sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

"Keberadaan TNI di sana tidak boleh berperang karena berada di misi penjagaan keamanan. Namun karena ada suara tembakan yang tak jelas, mereka diselamatkan. Sehingga, mereka diambil atas koordinasi dan kontrol DK PBB," tegasnya. Stasiun televisi milik Hizbullah, Al-Manar, pada 3 Agustus lalu menayangkan gambar dua prajurit Indonesia yang diduga berasal dari UNIFIL, meninggalkan lokasi pertempuran dengan menumpang taksi. Tayangan itu menuai banyak kecaman media massa Lebanon yang mengarah kepada UNIFIL dan TNI. Mereka menyebut TNI impoten dan tidak tegas.

Kapuspen TNI, Mayjen Aslizar Tanjung menambahkan, keduanya telah mendapat apresiasi dari Komandan Sektor Timur UNIFIL. Karena sebenarnya mereka sudah berusaha keras mencegah terjadinya kontak tembak antara Israel dan Lebanon di perbatasan. Mereka juga telah menuruti perintah untuk menjauh dari lokasi pertempuran, untuk selanjutnya kembali ke pos mereka, bukan dengan maksud melarikan diri. "Saat ini keduanya telah berada di pos. Kondisinya tidak kekurangan suatu apapun. Mereka berhasil menjaga aset milik pasukan perdamaian PBB," jelasnya.

Aslizar menambahkan, sebagai pasukan perdamaian, jika ada kontak tembak, mereka tidak dibolehkan terlibat. Langkah yang diambil adalah mundur, dan meminta bantuan yang lebih besar untuk menghentikan kontak tembak antara dua belah pihak yang bertikai. "TNI juga memberikan apresiasi, yang mereka lakukan sudah sesuai prosedur," terang dia.

Menurut UNIFIL, 2 personel pasukan penjaga perdamaian itu dikatakan sudah berusaha sekuat tenaga menghentikan perang. Akhirnya mereka diperintahkan mundur untuk diganti dengan pasukan UNIFIL lain yang lebih besar. Televisi Hisbullah, Al Manar justru menampilkan tayangan dua tentara Indonesia itu mengalami dehidrasi karena mencoba menghentikan pertempuran. Warga setempat lalu menolong tentara Indonesia itu dengan minuman dan bantuan kendaraan tumpangan. (zul)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=69649

BERITA POLULER