Paska pertempuran antara pasukan Israel dan Libanon Markas Besar UNIFIL beserta Sektor Timur UNIFIL dan Tim Investigasi UNIFIL melakukan pemeriksaan di TKP.
sumber : detik foto
Paska pertempuran antara pasukan Israel dan Libanon Markas Besar UNIFIL beserta Sektor Timur UNIFIL dan Tim Investigasi UNIFIL melakukan pemeriksaan di TKP.
sumber : detik foto
Renewed tension between Lebanese and Israeli troops in the "south of Lebanese territory" may further escalate after a clash Tuesday in the border area.
But Indonesia, which is part of a United Nations peacekeeping force in Lebanon, may help prevent that from happening, a lawmaker and an expert say.
"Indonesian forces, as part of the UNIFIL *United Nations Interim Force in Lebanon*, are responsible for preventing any arms use by civilians in Lebanon," Golkar Party lawmaker Tantowi Yahya told The Jakarta Post on Thursday.
"It would be very reasonable for the *Indonesian* foreign minister to talk to the Lebanese authorities to *maintain peace*, and not carry out any provoking activities there," he said, adding the clash had only perturbed attempts to maintain peace.
Echoing Tantowi, the Habibie Center's international relations expert Indria Samego said being a peacekeeper meant Indonesia should be active in conflict resolutions, although Indonesia only had diplomatic relations with Lebanon.
"As a peacekeeper under the authority of the UN, we should not be passive. We must be able to lobby both sides to *put everything on hold*, and at least be rid of subjective interpretations," he told the Post.
But both Tantowi and Indria agreed that a peacekeeping force must be neutral despite the UNIFIL's conclusion Wednesday that the clash took place on the Israeli side.
"UNIFIL established... that the trees cut by the Israeli army are located south of the Blue Line on the Israeli side," UNIFIL military spokesman Lieutenant-Colonel Naresh Bhatt said Wednesday, referring to a border line drawn by the United Nations after Israeli troops withdrew from southern Lebanon in 2000, Reuters reported.
UNIFIL also said as quoted by Reuters that, "both parties renewed their commitment to the cessation of hostilities... and undertook to work with UNIFIL to ensure that incidents of violence are avoided in the future."
Indonesia, which has deployed around 1,300 army, navy, air force personnel to the Blue Line, is part of the UNIFIL, along with Germany, Greece, Italy and Turkey, tasked to maintain peace in the border area following the withdrawal of Israeli troops from south Lebanon after their occupancy for two decades.
Defense Ministry spokesman I Wayan Midhio said it was the UN's authority to make such a conclusion, and Indonesia could only ask for information from the country's contingent commander in the field about the current situation there.
Foreign Ministry spokesman Teuku Faizasyah said he expected all conflicting parties to refrain from any possible clashes as "any incidents have the potential to become out of control".
Tuesday's violence began after Israeli soldiers used a crane to reach over a frontier fence to trim a tree whose branches, the Israeli military said, were tripping the fence's electronic anti-infiltration devices. It said its soldiers had stayed within Israel and the tree was south of the Blue Line.
Lebanese Information Minister Tareq Mitri acknowledged that the area was south of the line, but said it was still Lebanese territory. Israel and Lebanon dispute parts of the Blue Line.
UN peacekeeping chief Alain Le Roy told reporters in New York that the Israeli tree-cutting took place south of the line but north of an Israeli-built technical fence at a disputed and undemarcated area.
sumber:the jakatapost



Jakarta - Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhan) RI Juwono Sudarsono mengatakan ujicoba rudal terbesar buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merupakan langkah untuk mengukur kemampuan sebagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) alternatif.
"Ujicoba roket tersebut untuk mengajukan salah satu alternatif bagi persenjataan Indonesia," kata Juwono Sudarsono di Jakarta, Kamis.
Juwono menuturkan pihaknya masih mempertimbangkan apakah roket RX-420 bisa menjadi salah satu senjata penangkal di darat yang dapat diandalkan sehingga Departemen Pertahanan (Dephan) tidak perlu armada kapal atau senjata perang lainnya.
Menhan juga mengungkapkan rudal yang berpangkal di darat itu, berpotensi menjadi pengembangan alutsista Indonesia pada masa depan dengan mempertimbangkan faktor biaya.
"Apakah pengembangan rudal berpangkal di darat lebih murah dibanding dengan membeli alutsista seperti kapal atau pesawat," ujarnya seraya menambahkan biaya untuk pengembangan rudal akan dianggarkan dari Dephan.
Sebelumnya, Lapan bekerja sama dengan Menteri Riset dan Teknologi menguji coba peluncuran rudal RX-420 di Garut, Jawa Barat pada Kamis (2/7) pagi, dengan daya jelajah sekitar 100 kilometer dan empat kali kecepatan suara.
Selain itu, Juwono menyebutkan pihaknya akan mengkalkulasikan kekuatan rudal berpangkal di darat tersebut bisa menjadi pengkal yang efektif dan efisiensi atau masih diperlukan patroli laut dan udara.
Sumber : Antara
Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia menggunakan paser Anoa mengawasi alat berat pasukan Israel yang beroperasi dekat garis perbatasan dengan Lebanon, di desa Adaisseh, Rabu (4/8). Pasukan Israel dan Lebanon baku tembak diwilayah ini, setelah tentara Israel menebang pohon Cypress yang diklaim berada di wilayah Lebanon. Insiden ini menewaskan dua prajurit Lebanon, satu perwira Israel berpangkat Letkol serta seorang jurnalis. (Foto: AP)
05 Agustus 2010, Bogor (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, membantah prajurit TNI yang tergabung dalam United Nations Interim Force in Lebanon (Unifil) meninggalkan medan pertempuran saat terjadi kontak senjata antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon.
"Bukan kabur, sampai kemarin pasukan kita berlindung di bangunan di situ," kata Djoko ketika ditemui di sela-sela rapat kerja nasional di Istana Bogor, Kamis.
Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Lebanon (Unifil) yang melibatkan sejumlah militer profesional, termasuk batalyon TNI, menjalankan misi di Lebanon Selatan
Prajurit TNI anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB bersama Prajurit Lebanon berdiri di perbatasan Lebanon-Israel di desa Adaisseh, Selasa (3/8) saat terjadi baku tembak. Satu helicopter Israel menembak dua rudal ke pos AD Lebanon dekat desa Adaisseh menghancurkan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan. (Foto: Reuters)
Menurut Djoko, pasukan TNI justru telah melakukan upaya menjaga perdamaian dengan melaporkan kontak senjata itu.
Sesaat setelah kontak senjata, pasukan TNI langsung melapor ke pos komando dan ke pihak yang bertikai. Melapor dan berlindung, kata Djoko, adalah prosedur yang tepat yang harus dilakukan oleh pasukan TNI.
Sebagai anggota pasukan penjaga perdamaian, pasukan TNI tidak boleh terlibat dalam kontak senjata.
"Iya, kita kan peace keeping, ada mekanismenya, dilaporkan ke atas," kata Djoko.
Ia menyampaikan hal itu menanggapi maraknya pemberitaan media luar negeri tentang kaburnya tentara Unifil asal Indonesia dalam kontak tembak di Lebanon beberapa hari lalu.
Kontak senjata itu terjadi antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon di perbatasan kedua negara tersebut.
Bahkan, sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pasukan Indonesia melarikan diri menggunakan taksi untuk menghindari insiden itu.
ANTARA News