Pages

Friday, August 6, 2010

UNIFIL Periksa Perbatasan Israel-Libanon

GB
UNIFIL melakukan pemeriksaan secara terperinci tentang segala upaya dan usaha serta prosedur yang telah ditempuh oleh prajurit Konga dalam menghadapi dan menangani insiden yang telah berlangsung pada tanggal 3 Agustus 2010. (Puspen TNI)
GB
UNIFIL memberikan apresiasi atas penanganan yang tepat dan baik oleh Batalyon Indonesia. (Puspen TNI)

GB
Pemeriksaan tersebut berlangsung pada 4 Agustus kemarin di TKP perbatasan Israel-Libanon. (Puspen TNI)
GB
Pasukan TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB pun kini telah kembali melaksanakan tugasnya dengan normal. (Puspen TNI)
GB
Pertempuran 3 Agustus lalu sendiri menewaskan 3 personel Lebanese Armed Forces (LAF), 1 orang wartawan media lokal dan 2 orang perwira senior Israeli Defence Forces (IDF). (Puspen TNI)

Foto Lain

  • Slide #1
  • Slide #2
  • Slide #3
  • Slide #4
  • Slide #5

Paska pertempuran antara pasukan Israel dan Libanon Markas Besar UNIFIL beserta Sektor Timur UNIFIL dan Tim Investigasi UNIFIL melakukan pemeriksaan di TKP.

sumber : detik foto




RI asks Lebanon, Israel to refrain from provocative moves


foto:detik news
Jakarta - Menko Polhukam Djoko Suyanto berpendapat media massa Libanon yang menuding 2 personel TNI melarikan diri saat bentrok Israel-Libanon karena tidak mengerti mekanisme tentara penjaga perdamaian saat terjadi konfrontasi. Libanon disuruh membuktikan bila tentara Indonesia dinilai tidak bertanggungjawab.
Mustaqim Adamrah, THE JAKARTA POST, JAKARTA | Fri, 08/06/2010 10:43 AM | World
A | A | A |

Renewed tension between Lebanese and Israeli troops in the "south of Lebanese territory" may further escalate after a clash Tuesday in the border area.

But Indonesia, which is part of a United Nations peacekeeping force in Lebanon, may help prevent that from happening, a lawmaker and an expert say.

"Indonesian forces, as part of the UNIFIL *United Nations Interim Force in Lebanon*, are responsible for preventing any arms use by civilians in Lebanon," Golkar Party lawmaker Tantowi Yahya told The Jakarta Post on Thursday.

"It would be very reasonable for the *Indonesian* foreign minister to talk to the Lebanese authorities to *maintain peace*, and not carry out any provoking activities there," he said, adding the clash had only perturbed attempts to maintain peace.

Echoing Tantowi, the Habibie Center's international relations expert Indria Samego said being a peacekeeper meant Indonesia should be active in conflict resolutions, although Indonesia only had diplomatic relations with Lebanon.

"As a peacekeeper under the authority of the UN, we should not be passive. We must be able to lobby both sides to *put everything on hold*, and at least be rid of subjective interpretations," he told the Post.

But both Tantowi and Indria agreed that a peacekeeping force must be neutral despite the UNIFIL's conclusion Wednesday that the clash took place on the Israeli side.

"UNIFIL established... that the trees cut by the Israeli army are located south of the Blue Line on the Israeli side," UNIFIL military spokesman Lieutenant-Colonel Naresh Bhatt said Wednesday, referring to a border line drawn by the United Nations after Israeli troops withdrew from southern Lebanon in 2000, Reuters reported.

UNIFIL also said as quoted by Reuters that, "both parties renewed their commitment to the cessation of hostilities... and undertook to work with UNIFIL to ensure that incidents of violence are avoided in the future."

Indonesia, which has deployed around 1,300 army, navy, air force personnel to the Blue Line, is part of the UNIFIL, along with Germany, Greece, Italy and Turkey, tasked to maintain peace in the border area following the withdrawal of Israeli troops from south Lebanon after their occupancy for two decades.

Defense Ministry spokesman I Wayan Midhio said it was the UN's authority to make such a conclusion, and Indonesia could only ask for information from the country's contingent commander in the field about the current situation there.

Foreign Ministry spokesman Teuku Faizasyah said he expected all conflicting parties to refrain from any possible clashes as "any incidents have the potential to become out of control".

Tuesday's violence began after Israeli soldiers used a crane to reach over a frontier fence to trim a tree whose branches, the Israeli military said, were tripping the fence's electronic anti-infiltration devices. It said its soldiers had stayed within Israel and the tree was south of the Blue Line.

Lebanese Information Minister Tareq Mitri acknowledged that the area was south of the line, but said it was still Lebanese territory. Israel and Lebanon dispute parts of the Blue Line.

UN peacekeeping chief Alain Le Roy told reporters in New York that the Israeli tree-cutting took place south of the line but north of an Israeli-built technical fence at a disputed and undemarcated area.

sumber:the jakatapost

KSAU : Tidak Selamanya TNI AU Harus Bergantung Pada AS




Bagus Kurniawan - detikNews
Yogyakarta - Indonesia tidak bisa sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat (AS) dalam hal teknologi kedirgantaraan. Diperlukan Kerjasama dengan negara lain untuk mengurangi ketergantungan teknologi pada satu negara saja.

Demikian disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Imam Sufaat dalam acara peringatan Hari Bakti TNI AU ke-63 di Akademi Angkatan Udara, (AAU) di Maguwo, Yogyakarta, Kamis (29/7/2010).

"Ada banyak tawaran kerjasama. Salah satunya kerjasama dengan pemerintah Korea Selatan dalam pembuatan pesawat. Diharapkan bisa dihasilkan pesawat tempur pada 2020 mendatang. Ada juga tawaran kerjasama dengan Pakistan untuk membuat pesawat tempur dengan kemampuan di atas F-16 buatan AS," kata Imam.

Diakui Imam, selama ini Indonesia membeli peralatan kedirgantaraan hanya dari Amerika Serikat saja. Namun beberapa pabriknya ada yang tidak memproduksi lagi. Kerjasama dengan Korea Selatan merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan.
"Rencana pembuatan pesawat tempur ini untuk spesifikasi teknologi pesawatnya lebih handal dibanding dengan F-16 buatan AS," katanya.

Dia menjelaskan kerjasama penguasaan teknologi pembuatan pesawat itu sudah ada dalam nota kesepahaman (MoU) yang telah dibuat oleh Departemen Pertahanan dengan cara penyertaan saham sebanyak 20 persen. Di luar kerjasama itu ada upaya
pembuatan pesawat tempur seperti yang dilakukan India-China. Dua negara ini sekarang sudah mampu menghasilkan pesawat tempur dengan kemampuan di atas pesawat tempur F16 buatan AS.

"Saat ini kita juga mendapatkan tawaran kerjasama dari Pakistan. Kalau membuat pesawat tempur sendiri kita bisa dapatkan break event poin untuk 200 produksi pesawat tempur," kata Imam.

Ditanya mengenai alat utama sistem persenjataan (alusista) yang dimiliki, Imam mengatakan sebenarnya kekuatan militer Indonesia sudah mampu untuk memproduksi bom maupun penguasaan teknologi roket dengan sasaran dari udara ke darat. Khusus untuk pengembangan roket sudah dilakukan oleh Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berupaya meluncurkan roket sendiri.

"Namun untuk peluru kendali, Indonesia masih perlu transfer teknologi dan dukungan pengembangan teknologi dirgantara. Buatan PT Pindad sudah kita pakai. Soal isian kita tak mengalami masalah hanya untuk sistem pengendalian memang harus lebih kita kuasai," pungkas Imam Sufaat.

(djo/djo)

detik news

Menko Polhukam: Libanon Nggak Ngerti, Suruh Buktikan Saja

Nograhany Widhi K - detikNews

Jakarta - Menko Polhukam Djoko Suyanto berpendapat media massa Libanon yang menuding 2 personel TNI melarikan diri saat bentrok Israel-Libanon karena tidak mengerti mekanisme tentara penjaga perdamaian saat terjadi konfrontasi. Libanon disuruh membuktikan bila tentara Indonesia dinilai tidak bertanggungjawab.

"Libanon nggak ngerti saja," kata Menko Polhukam Djoko Santoso ketika ditanya tentang tudingan media Libanon terhadap TNI saat konfrontasi Libanon-Israel.

Hal itu disampaikan Djoko usai Raker III Presiden RI dengan Para Menteri dan Gubernur se-Indonesia di Istana Bogor, Jawa Barat,
Jumat (6/8/2010).

Menurut dia, media massa Libanon tidak mengerti perbedaan antara tentara penjaga perdamaian dan tentara pembuat perdamaian. Apa yang dilakukan tentara Indonesia sudah sesuai standar operational procedure (SOP).

"Suruh buktikan saja. Ini pasukan penjaga perdamaian, peace keeping, bukan pasukan peace making (pembuat perdamaian). Kalau peace making bisa memaksa sedapat mungkin menghindari tindakan seperti itu (konfrontasi), seperti di Afghanistan itu," papar Djoko.

Dikatakan dia, apabila terjadi konfrontasi maka standar operational procedure (SOP) mereka sebagai tentara penjaga perdamaian harus berlindung di tempat-tempat yang aman, apakah di bunker, di bawah kendaraan atau tempat aman lain. Kemudian, baru menganalisa situasi dan melapor ke pusat komando dan komandan pasukan.

"Nggak terima dong, masa anak buah kita ini (dinilai tak bertanggung jawab oleh Libanon)," cetus dia.

Sebelumnya Media-media Libanon mengecam tentara Indonesia karena pergi dengan taksi menyusul bentrok Israel-Libanon. UNIFIL pun memberikan pembelaan. UNIFIL menjelaskan bahwa dua Personel pasukan penjaga perdamaian itu dikatakan sudah berusaha sekuat tenaga menghentikan perang.
(nwk/aan)

detik news

Baku Tembak Israel-Libanon Prajurit TNI Kembali Laksanakan Tugas Perdamaian di Libanon

Laurencius Simanjuntak - detikNews

Jakarta - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Infateri Mekanis TNI Kontingen Garuda (Konga) XXIII-D/UNIFIL pada misi UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Lebanon Selatan, kembali melaksanakan tugasnya dengan normal pasca-insiden baku tembak antara Lebanese Armed Forces (LAF) dengan Israeli Defence Forces (IDF).

"Sebagai peace keeper (penjaga perdamaian), prajurit Konga di medan tugas Lebanon telah melaksanakan tugas pokok memelihara situasi perdamaian di wilayah Lebanon Selatan dan bersifat imparsial (tidak berpihak)," kata Kepala Puspen TNI, Mayjen TNI Aslizar Tanjung, lewat pernyataan tertulis kepada detikcom, Sabtu (7/8/2010).

Seperti diberitakan, insiden baku tembak Libanon-Israel sempat menjadi bahan pergunjingan media setempat lantaran 2 prajurit Konga kabur saat pertempuran. Inisiden 3 Agustus lalu itu menewaskan 3 orang personel LAF, 1 orang wartawan media lokal dan 2 orang perwira senior IDF pada Selasa.

Tanjung mengatakan, dalam insiden baku tembak itu, prajurit Konga yang sedang bertugas menjaga perdamaian sudah melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan oleh PBB.

"Setelah melalui pelaporan ke komando atas dan melakukan negosiasi dengan pihak yang bertikai, prajurit Konga akhirnya melaksanakan pengunduran taktis dengan cara memanfaatkan lindung tembak yang ada karena antara LAF dan IDF terjadi saling baku tembak," kata dia.

Ia menambahkan, sesuai Standardize Tactical Incident Reaction (STIR) No. 17 tentang menghadapi insiden, dalam hal ini antara LAF dan IDF, disebutkan bahwa, "Tindakan yang harus dilakukan adalah: pertama, memonitor situasi tanpa membahayakan pasukan sendiri; kedua, jika terjadi kontak tembak maka pasukan UNIFIL melaksanakan pengunduran taktis (pemutusan pertempuran) terhadap unit-unit yang terlibat di daerah insiden."

(lrn/lrn)
sumber : detik news

DEPHAN : UJICOBA RUDAL UNTUK MENGUKUR ALUTSISTA ALTERNATIF




Jakarta - Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhan) RI Juwono Sudarsono mengatakan ujicoba rudal terbesar buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merupakan langkah untuk mengukur kemampuan sebagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) alternatif.

"Ujicoba roket tersebut untuk mengajukan salah satu alternatif bagi persenjataan Indonesia," kata Juwono Sudarsono di Jakarta, Kamis.

Juwono menuturkan pihaknya masih mempertimbangkan apakah roket RX-420 bisa menjadi salah satu senjata penangkal di darat yang dapat diandalkan sehingga Departemen Pertahanan (Dephan) tidak perlu armada kapal atau senjata perang lainnya.

Menhan juga mengungkapkan rudal yang berpangkal di darat itu, berpotensi menjadi pengembangan alutsista Indonesia pada masa depan dengan mempertimbangkan faktor biaya.

"Apakah pengembangan rudal berpangkal di darat lebih murah dibanding dengan membeli alutsista seperti kapal atau pesawat," ujarnya seraya menambahkan biaya untuk pengembangan rudal akan dianggarkan dari Dephan.

Sebelumnya, Lapan bekerja sama dengan Menteri Riset dan Teknologi menguji coba peluncuran rudal RX-420 di Garut, Jawa Barat pada Kamis (2/7) pagi, dengan daya jelajah sekitar 100 kilometer dan empat kali kecepatan suara.

Selain itu, Juwono menyebutkan pihaknya akan mengkalkulasikan kekuatan rudal berpangkal di darat tersebut bisa menjadi pengkal yang efektif dan efisiensi atau masih diperlukan patroli laut dan udara.


Sumber : Antara

Thursday, August 5, 2010

Panglima Bantah TNI Tinggalkan Pertempuran Israel-Lebanon


Friday, August 6, 2010

Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia menggunakan paser Anoa mengawasi alat berat pasukan Israel yang beroperasi dekat garis perbatasan dengan Lebanon, di desa Adaisseh, Rabu (4/8). Pasukan Israel dan Lebanon baku tembak diwilayah ini, setelah tentara Israel menebang pohon Cypress yang diklaim berada di wilayah Lebanon. Insiden ini menewaskan dua prajurit Lebanon, satu perwira Israel berpangkat Letkol serta seorang jurnalis. (Foto: AP)

05 Agustus 2010, Bogor (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, membantah prajurit TNI yang tergabung dalam United Nations Interim Force in Lebanon (Unifil) meninggalkan medan pertempuran saat terjadi kontak senjata antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon.

"Bukan kabur, sampai kemarin pasukan kita berlindung di bangunan di situ," kata Djoko ketika ditemui di sela-sela rapat kerja nasional di Istana Bogor, Kamis.

Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Lebanon (Unifil) yang melibatkan sejumlah militer profesional, termasuk batalyon TNI, menjalankan misi di Lebanon Selatan


Prajurit TNI anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB bersama Prajurit Lebanon berdiri di perbatasan Lebanon-Israel di desa Adaisseh, Selasa (3/8) saat terjadi baku tembak. Satu helicopter Israel menembak dua rudal ke pos AD Lebanon dekat desa Adaisseh menghancurkan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan. (Foto: Reuters)

Menurut Djoko, pasukan TNI justru telah melakukan upaya menjaga perdamaian dengan melaporkan kontak senjata itu.

Sesaat setelah kontak senjata, pasukan TNI langsung melapor ke pos komando dan ke pihak yang bertikai. Melapor dan berlindung, kata Djoko, adalah prosedur yang tepat yang harus dilakukan oleh pasukan TNI.

Sebagai anggota pasukan penjaga perdamaian, pasukan TNI tidak boleh terlibat dalam kontak senjata.

"Iya, kita kan peace keeping, ada mekanismenya, dilaporkan ke atas," kata Djoko.

Ia menyampaikan hal itu menanggapi maraknya pemberitaan media luar negeri tentang kaburnya tentara Unifil asal Indonesia dalam kontak tembak di Lebanon beberapa hari lalu.

Kontak senjata itu terjadi antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon di perbatasan kedua negara tersebut.

Bahkan, sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pasukan Indonesia melarikan diri menggunakan taksi untuk menghindari insiden itu.

ANTARA News

BERITA POLULER