Pages

Tuesday, August 3, 2010

2010, TNI AU Tambah Alutsista US$90 juta


Rabu, 27 Januari 2010 12:57 WIB

Alutsista
VIVAnews.com

Yogyakarta, (tvOne)

TNI AU akan menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) berupa senjata dan amunisi udara senilai US$90 juta untuk sejumlah pesawat tempur seperti F-16 dan Sukhoi, tahun ini. "Kami akan mendatangkan senjata dan amunisi udara besar itu dari AS dan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Imam Sufaat di Gedung Sabang Merauke, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu (27/1).

Menurut dia, usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2010, untuk pembelian amunisi dari AS dialokasikan dana sebesar 36 juta dolar AS, sedangkan dari Rusia dianggarkan US$54 juta. "Kami membeli senjata dan amunisi dari dua negara tersebut karena TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur buatan AS dan Rusia. Langkah itu ditempuh karena senjata dan amunisi buatan negara Barat dan Timur itu berbeda spesifikasinya," katanya.

Ia mengatakan, untuk penambahan senjata dan amunisi udara tersebut ada alokasi dana yang disisihkan dari anggaran 2010. TNI AU telah mengajukan anggaran yang dibutuhkan untuk pembelian alutsista itu kepada Menteri Pertahanan dan Markas Besar (Mabes) TNI. "Dalam rencana strategis (renstra) pembangunan TNI AU 2010-2014 telah direncanakan untuk menambah dan mengganti alutsista yang telah tua dan tidak layak pakai. Upaya itu untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI AU, karena saat ini alutsista yang dimiliki masih kurang," katanya.

Terkait dengan jumlah personel, KSAU mengatakan, saat ini total personel TNI AU berjumlah 37 ribu orang yang terdiri atas 31 ribu personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil (PNS). Jumlah personel tersebut mencukupi untuk melaksanakan tugas TNI AU sehingga belum ada rencana menambah personel dalam waktu dekat.

Menurut dia, jumlah personel akan ditambah jika alutsista bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan orang. "Misalnya, jika ada penambahan radar, akan menambah 60 personel untuk mengoperasikannya. Jika ada skuadron tempur baru akan menambah 150 personel," katanya.

Ia mengatakan, dalam meningkatkan postur yang tangguh dan kemampuan profesionalisme di dalam mengemban tugas pokok, TNI AU berupaya membangun kekuatan dengan memodernisasi dan meregenerasi alutsista yang dimiliki saat ini. Rencana kesiapan alutsista untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan TNI AU, yang menurut dia, sudah dicanangkan dalam renstra pembangunan TNI AU 2010-2014.

"Berdasarkan kesiapan alutsista pada 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan, dan kegiatan lain. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari," katanya. (Ant)


sumber :http://nasional.tvone.co.id/berita/view/32206/2010/01/27/2010_tni_au_tambah_alutsista_us90_juta/

TIGA SUKHOI PESANAN TNI-AU TIBA SEPTEMBER


Jakarta - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, tiga pesawat Sukhoi yang dipesan dari Rusia diperkirakan tiba di Indonesia pada September, lebih cepat dari jadwal semula pada Desember.

"Diperkirakan sebelum Oktober 2010, ya kemungkinan September. Semula akhir tahun ini, tetapi kami meminta untuk segera didatangkan. Ya sekitar September," kata Imam Sufaat menjawab ANTARA usai menyaksikan gladi bersih peringatan HUT ke-64 TNI Angkatan Udara di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, tiga Sukhoi yang akan tiba itu adalah jenis Su-27SKM. "Tetapi kami berharap sebelum Oktober 2010, semua pesawat sudah tiba di Indonesia," ujar Kasau menambahkan.

Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dolar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.

Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.

Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.


Sumber : Antara

Menhan Resmikan Kapal Perang RI Pertama


Kapal Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin 592 buatan PT PAL Surabaya siap digunakan.
Sabtu, 28 November 2009, 13:40 WIB
Eko Priliawito

VIVAnews - Setelah pengerjaannya sempat molor selama setahun. Hari ini Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro meresmikan penggunaan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin 592 buatan PT PAL Surabaya.

Acara peluncuran kreasi anak negeri itu dilakukan di Dermaga Divisi Kapal Niaga PT PAL Ujung, Surabaya, Sabtu 28 November 2009.

"Kami menyadari ini adalah ongkos yang harus ditanggung untuk mencintai produksi dalam negeri," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro.

Menhan menambahkan, dalam waktu dekat satu kapal perang lagi segera diresmikan penggunaannya. Diharapkan, keberadaan KRI Banjarmasin 592 dan yang lainnya akan menambah kekuatan TNI AL untuk menjaga dan mengawal kedaulatan NKRI.

Kapal jenis Landing Platform Deck (LPD) dipesan Indonesia dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan. Namun, pengerjaannya dilakukan di Galangan Kapal PT PAL Surabaya.
Pengerjaan kapal itu juga mendapat pengawasan langsung dari tenaga ahli termasuk sejumlah peralatan dari DSS Korea Selatan.

"Ini adalah transfer of technology untuk industri strategis nasional," lanjutnya.

Pada kesempatan pertama itu, Letkol Laut Eko Joko Wiyono mendapat kehormatan memimpin kapal yang dioperasionalkan di bawah Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta.

Itu ditandai dengan penyematan tanda pangkat dan jabatan oleh Purnomo Yusgiantoro dalam upacara serah terima.

KRI Banjarmasin 592 buatan PT PAL memiliki panjan 125 meter, lebar 22 meter, berat keseluruhan 7.300 ton dengan kecepatan maksmimal 15 knot.
Kapal itu dapat mengangkut 560 personel pasukan, termasuk 126 ABK. Memiliki daya angkut 13 unit tank, dua unit Landing Craft Vehicles, lima unit helikopter. Juga dipersenjatai dengan satu unit kaliber 57 mm dan dua unit kaliber 40 mm," tambah Kadispen Armatim Letkol Tony Syaiful.

Laporan: Tudji Martudji | Surabaya

• VIVAnews

Prioritas KRI Jaga Pulau Terluar & Perbatasan


TNI AL masih terus melakukan pemetaan persenjataan dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Amril Amarullah

VIVAnews -- Pengamanan wilayah perbatasan maritim dan pulau-pulau terluar akan menjadi wilayah prioritas TNI AL dalam memanfaatkan alat utama sistem senjata (alutsista).

"Prioritas kami antara lain, pengamanan wilayah perbatasan maritim dan pulau-pulau terluar," kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya TNI Agus Suhartono kepada wartawan, Minggu 30 November 2009.

Ia mengemukakan, pihaknya masih terus melakukan pemetaan persenjataan dan perlengkapan apa saja yang dapat diserahkan pengadaan dan penanganannya kepada PT PAL. Salah satunya dengan diluncurkan KRI Samarinda 592 pada Sabtu, 28 November 2009 kemarin di Surabaya.

KRI Samarinda 592 itu sendiri akan di operasikan di bawah Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Karena itu, Menteri Pertahanan RI berpesan agar kapal perang yang dibuat dari uang rakyat itu dipelihara dan dimanfaatkan sebaik mungkin.

"Kapal ini dibuat dengan uang rakyat, untuk itu saya minta peliharalah kapal ini dengan sebaik mungkin. Baca betul pelaksanaan prosedur tentang pemeliharaan kapal ini, dan secara terus menerus laksanakan latihan. Karena dengan latihan secara kontineu, kita menjadi profesional dan akan mampu untuk menghadapi keadaan darurat," kata Menhan RI menegaskan.

Spesifikasi teknis KRI Banjarmasin-592 : Panjang kapal 125 meter, lebar 22 meter, bobot 7300 ton, kecepatan 15 knot, ABK 126 personel ditambah mampu menampung 562 pasukan berikut 5 unit helicopter serta dua LCVP (sekoci pendarat).

Kapal yang akan dikomandani oleh Letkol Laut (P) Eko Joko Wiyono ini merupakan kapal LPD standar yang memiliki berat 7300 ton dengan panjang 122 meter dan lebar 22 meter. KRI Banjarmasin mampu mengangkut 507 personel, 13 unit tank dan 2 unit Landing Craft Vehicles serta mampu melaju dengan kecepatan maksimal 15 knot.

• VIVAnews

DEPHAN TAK AKAN GEGABAH BELI KAPAL SELAM

Surabaya - Departemen Pertahanan (Dephan) tidak akan gegabah membeli kapal selam untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem pertahanan TNI Angkatan Laut.

"Pengadaan kapal selam, kami siap. Tapi kami pelajari dulu," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, di Surabaya, Sabtu.

Pihaknya menyatakan tidak akan terburu-buru dalam membeli alutsista yang menggunakan uang rakyat dalam jumlah besar itu.

"Kami tidak ingin membeli sesuatu tanpa perhitungan yang cermat. Sudah ada beberapa negara yang menawarkan kapal selam," katanya saat ditemui usai meresmikan penggunaan Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin-592 di Dermaga Ujung itu.

Sementara itu, Dephan dan industri kapal PT PAL Indonesia sedang merancang pembangunan kapal yang bentuk fisiknya lebih besar dibandingkan KRI Banjarmasin-592 yang juga diproduksi PT PAL.

"Kapal itu lebih besar dari kapal korvet jenis Sigma. Sedang kami rencang bersama PT PAL," kata dia.

Direktur Utama PT PAL, Harsusanto, mengatakan, kapal pesanan TNI AL tersebut diperkirakan sudah selesai pada Juni atau Juli 2010.

"Bentuknya lebih sempurna lagi dibandingkan KRI Banjarmasin, terutama pada mekanisme kerja kapal, pengendapan air, dan alat kontrol di anjungan," katanya.

Selama ini dia mengaku mendapatkan kendala dari produk penunjang lokal.

"Industri penunjang perkapalan di Indonesia belum tumbuh. Komponen lokal kapal yang kami produksi masih berkisar 40 persen," katanya.

Harsusanto berharap, pemerintah mendorong industri penunjang perkapalan sehingga nantinya kandungan lokal kapal akan semakin banyak.

Dalam kesempatan itu dia mengemukakan, harga KRI Banjarmasin sekitar 30 juta dolar AS.

"Namun kami hanya perlu investasi sekitar 15,8 juta dolar AS karena mesin kami dapatkan secara utuh dari Korea Selatan. Kalau dihitung semuanya kapal ini harganya 30 juta dolar AS," katanya.

Dibandingkan dengan KRI lainnya, KRI Banjarmasin-592 memiliki kelebihan, di antaranya kemampuan mengangkut lima unit helikopter, kecepatan 15,4 knot, bentuk bangunan atas "stealth design" yang dapat mengurangi "radar cross section".

Sehingga tidak mudah ditangkap radar kapal musuh, getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan kru kapal dalam pelayaran, dan dapat mengangkut 562 personel.


Sumber : Antara

Yet Another F-16 Clone




KFX-single engine version (image : kdn)

South Korea and Indonesia have agreed to jointly develop a new fighter, the KFX. This would be an aircraft with capabilities somewhat beyond the top-line American F-16 Block 60. The best example of this is a special version of the Block 60 developed for the UAE (United Arab Emirates). The UAE bought 80 "Desert Falcons" (the F-16E) which is optimized for air combat. It is a 22 ton aircraft based on the Block 52 model, but with an AESA (phased array) radar and lots of other additional goodies.

F-16 block 60 (photo : kensaviation)

KFX development is expected to take ten years and cost $2 billion. South Korea hopes to build on the work it did to develop its T-50 jet trainer. This is a 13 ton, two seat, single engine aircraft that is also available as a combat model (the F-50), which carries a 20mm autocannon and up to three tons of bombs and missiles. The KFX would weigh twice as much, have one or two engines, a single seat and the ability to carry twice as much weight in weapons. The KFX is expected to look more like the Eurofighter Typhoon, than the T-50 or F-16. The KFX is also expected to cost $50 million each, have advanced electronics (including an AESA radar). Indonesia will provide 20 percent of the development costs and buy fifty of the KFX’s. South Korea will buy 150-250 of the new aircraft, to replace its current fleet of elderly American F-4s and F-5s. This is an ambitious undertaking, and success is not certain, especially when the timeline, budget and aircraft performance are concerned.

Eurofighter Typhoon (photo : militarypictures)

The competition remains the U.S. F-16, which is one of the most modified jet fighters in service. While most are still called the F-16C, there are actually six major mods, identified by block number (32, 40, 42, 50, 52, 60), plus the Israeli F-16I, which is a major modification of the Block 52. The F-16D is a two seat trainer version of F-16Cs. The various block mods included a large variety of new components (five engines, four sets of avionics, five generations of electronic warfare gear, five radars and many other mechanical, software, cockpit and electrical mods.)

(Strategy Page)
http://defense-studies.blogspot.com/2010/08/yet-another-f-16-clone.html

LAPAN Bikin Satelit Mikro Bersama Jepang


RX 320, Roket Lapan bergaris-tengah 320 mm mulai meluncur dalam uji peluncuran di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, Rabu (2/7). (photo : Ninok Leksono)

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terlibat dalam pembuatan dua satelit, Micro-STAR dan EO-STAR, yang didanai Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).

Rancang bangun dan rekayasa dua satelit tersebut merupakan bagian dari kerja sama multilateral Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) yang bertujuan mengembangkan satelit di kawasan Asia Pasifik atau Satellite Technology for the Asia Pacific Region (STAR). Program ini melibatkan lembaga antariksa dari Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, dan India.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara Lapan Toto Marnanto Kadri dalam Pertemuan Grup untuk Koordinasi Program STAR di Jakarta, Rabu (28/7/2010).

Satelit mikro berbobot 50 kg hingga 100 kg ini akan diluncurkan tahun 2013 diboncengkan pada satelit besar dengan roket India. Satelit Micro-STAR akan membawa muatan antara lain alat GPS, sensor seismo, dan pengindraan jauh.

Sementara peluncuran satelit kembar Lapan A-2 dan Lapan A-3, hasil rancang bangun dan rekayasa ahli Lapan, dijadwalkan diluncurkan dengan roket India tahun depan. Program lanjutan dalam kerja sama STAR adalah pembuatan satelit berkategori kecil atau berbobot 300 kg-500 kg. (YUN)


KOMPAS

BERITA POLULER