Pages

Wednesday, February 29, 2012

Sisa Anggaran APBN 2011 Dialokasikan ke TNI dan Polri


JAKARTA - Sebagian sisa anggaran lebih (SAL) tahun 2011 akan digunakan untuk kepentingan Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian.

Hal ini akan diajukan pemerintah ke Dewan Perwakilan Rakyat, saat pembahasaan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 mulai awal April.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Selasa (28/2/2012).

Tak dijelaskan oleh Hatta alasan, nilai, maupun peruntukan, dana sisa anggaran lebih (SAL) tersebut. Ia hanya menjelaskan bahwa sebagian besar dana SAL akan digunakan untuk kepentingan proyek infrastruktur.

SAL tahun 2011 yang dapat digunakan senilai Rp 30 triliun. Sesuai dengan ketentuan, 20 persen di antaranya harus dialokasikan langsung untuk program pendidikan. Dengan demikian SAL yang tersisa adalah Rp 24 triliun.

Sumber : KOMPAS.COM

Puspenerbal Akan Tambah 10 Helikopter dan 3 Pesawat


26 Februari 2012

Pesawat CN-235 pesanan TNI AL per Januari 2012 (photo : Indonesia Raya)

TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA- Program pembangunan kekuatan unsur udara untuk mengantisipasi potensi ancaman dari laut dalam tahun ini Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) TNI AL akan menambah 10 Helikopter dan tiga pesawat patroli maritim (Patmar).

KSAL Laksamana TNI Soeparno mengatakan, kebutuhan Helikopter dan Patmar tersebut adalah tuntutan mengimbangi kekuatan lawan, terutama Helikopter yang memiliki kemampuan Anti Kapal Permukaan (AKPA) dan Anti Kapal Selam (AKS).

“Ini adalah Prioritas teutama Helikopter dengan kemampuan AKS yang paling ditakuti oleh kapal selam lawan yang disinyalir sering melakukan kegiatan spionase melalui perairan teritorial maupun alur laut,” papar Soeparno usai menjadi Irup Sertijab Komandan Puspenerbal di Apron Hanggar Lanudal Juanda, Jumat (23/2/2012).

Heli Anti Kapal Selam dan Anti Kpal Permukaan akan melengkapi arsenal TNI AL (photo : ADF)

Selain Helikopter AKPA dan AKS pihaknya juga memesan jenis Helikopter angkut taktis. Untuk pesawat terbang, Puspenerbal dalam tahun ini juga akan menambah tiga pesawat Patroli Maritim (Patmar).

“Satu pesawat sudah selesai dan akan diserahkan tanggal 28 nanti,” jelasnya.

Sementara untuk pesawat lama seperti jenis pesawat Nomad, kata Soeparno jika masih bisa dirawat, pesawat tersebut tetap akan dipakai.

“Akan dipelajari lagi rencana grounded, kalau bisa dipertahankan akan dipakai,” pungkasnya.

 

Satkopaska Koarmatim Unjuk Kemampuan Penghancuran Instalasi Musuh


27 Februari 2012, Surabaya: Sebagai pasukan elit TNI AL, Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim memiliki kemampuan operasi peperangan laut khusus, seperti infiltrasi ke daerah lawan melalui laut dan udara. Konsentrasi kekuatan tersebar di beberapa wilayah strategis, merupakan acaman serius yang harus segera dilumpuhkan dan dihancurkan. Untuk membuka pintu masuk bagi pasukan lain menuju daerah sasaran, Pasukan Katak mendapat tugas menghancurkan instalasi pertahanan musuh yang berada di daerah garis pantai.

Kemampuan itu ditunjukkan pada saat Satkopaska Koarmatim menggelar latihan beberapa waktu lalu. Dengan mengunakan sebuah pesawat angkut militer, satu tim Kopaska Koarmatim yang terdiri dari 7 orang personel melakukan penerjunan (military Free Fall) tidak jauh dari target yang akan di hancurkan. Kondisi medan tempur yang berada di garis pantai itu didominasi hutan dan semak belukar. Hal ini sangat membantu gerak tim Kopaska untuk berlindung dari pengamatan musuh. Tim penghancur ini dipimpin oleh Komandan Tim Mayor Laut (P) Yudo Ponco membentuk Taktik Satuan Kecil (Tactical Small Unit) bergerak senyap mendekati sebuah bangunan berupa gudang senjata dan amunisi milik musuh.


Terdapat sekitar lima orang di dalam bangunan itu. Salah satu diantara mereka sedang berdiri disebuah pos penjagaan dengan senjata lengkap. Sedangkan 4 orang lainnya sedang duduk-duduk sambil berbincang dengan rekan mereka di dalam bangunan utama. Melihat kondisi itu, supaya dapat masuk kedalam instalasi musuh sebelumnya harus melumpuhkan seorang penjaga yang ada diluar. Sniper Kopaska menggunakan senjata M14 kaliber 7,62 mm berhasil melumpuhkan penjaga dari tempat tersembunyi.

Sejurus kemudian tim Kopaska menyerbu ke dalam instalasi musuh dengan melemparkan granat tangan. Suara ledakan granat disusul rentetan tembakan senjata otomatis M4 A-1 dan M60 kaliber 7,62mm yang digunakan Kopaska, mengejutkan 4 orang yang ada di dalam. Kedatangan Pasukan Katak secara tiba-tiba membuat musuh tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti. Dalam waktu singkat, 5 orang musuh dapat dilumpuhkan. Selanjutnya tim Kopaska melakukan demolisi (penghancuran) instalasi gudang senjata dan amunisi musuh kemudian segera melakukan pengundurun.


Pertempuran itu merupakan salah satu rangkaian latihan K-2 Cantoka Senayudha “Gurila” (gunung rimba laut) yang berlangsung sejak tanggal 10 sampai dengan tanggal 29 februari 2012. Latihan K-2 tahun 2012 dibuka oleh Komandan Satkopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandagho, di Mako Kopaska Koarmatim Ujung Surabaya belum lama ini, Jum’at (10/02). Sebanyak 152 personel gabungan Kopaska dan staf terlibat dalam kegiatan tersebut. Sedangkan personel Kopaska yang terlibat sebagai pelaku ada 5 tim, masing-masing tim terdapat 7 orang. Materi yang diterapkan dalam gladi tempur K-2 Kopaska tersebut adalah kemampuan menembak (markmanship), melintasi medan pegunungan (mountainering), landing dan dropping pasukan melalui laut dan udara serta intelijen tempur.

Selain itu, gladi tempur Gurila juga mempelajari materi tentang Ilmu Medan Membaca Peta (IMMP), survival, pengintaian pantai, navigasi laut, Taktik Satuan Kecil (Tsk) serta demolisi. Sebagai puncak latihan K-2 Cantoka Senayudha dilaksanakan gladi tempur gabungan dari beberapa materi latihan yang disebut full mission profile. Latihan K-2 Kopaska diselenggarkan secara rutin 3 kali dalam setahun dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme serta kerja sama tim Kopaska dalam menyelenggarakan peperangan laut khusus.

Sumber: Dispenkoarmatim

Monday, February 27, 2012

RI Butuh MBT

27 Pebruari 2012, Jakarta: Untuk
menjaga integritas Negara
Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), Indonesia membutuhkan
Tank Kelas Berat. Karenanya
diperlukan modernisasi alutsista,
yang salah satunya dengan
memilih pengadaan Tank
Leopard. Hal tersebut dikatakan
Menteri Pertahanan RI Purnomo
Yusgiantoro pada saat
memberikan keterangan pers,
Jumat (24/2) di kantor
Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Menhan, menjelaskan terkait
penempatan Tank Leopard ini
tidak akan ditempatkan di wilayah
Papua. Karena menurut Menhan
kondisi geografis di Papua tidak
memungkinkan untuk dilalui jenis
kendaraan tempur Tank Berat.
Untuk tahap selanjutnya, Menhan
menyampaikan bahwa Indonesia
melalui TNI Angkatan Darat
berencana akan membangun
Batalyon Tank dalam
pembangunan kekuatan /
modernisasi Angkata Darat.
Menhan Purnomo Yusgiantoro
menekankan, Indonesia
membutuhkan Tank Berat atau
Main Battle Tank (MBT), karena
yang dimiliki Indonesia selama ini
hanya Tank Ringan atau Light
Battle Tank (LBT) seperti Scorpion
dan AMX 13.
Menurut Purnomo Tank Leopard
merupakan jenis alutsista tank
yang memiliki teknologi terbaik
saat ini. Ditambahkan Menhan
walaupun Tank Leopard
berukuran besar, namun tetap
dapat melalui lokasi tanpa
infrastruktur, termasuk melalui
sungai sedalam empat meter.
Pemerintah telah mempersiapkan
anggaran pengadaan Tank Kelas
Berat, sesuai dengan kebutuhan
dari TNI AD. Saat ini kondisi
ekonomi Indonesia membaik atau
kuat dengan pertumbuhan
ekonomi mencapai 6,5% pada
tahun 2011, sehingga
moderinisasi TNI di mungkinkan
dilakukan.
Kemhan: Leopard Masih
Dinegosiasikan
Kementerian Pertahanan
menyatakan rencana pembelian
sekitar 100 unit "Main Battle
Tank" (MBT) jenis "Leopard 2A6"
masih dinegosiasikan dengan
pihak Belanda.
"Kita masih negosiasikan, belum
ada keputusan final," kata Kepala
Pusat Komunikasi Publik
Kementerian Pertahanan Brigjen
TNI Hartind Asrin ketika
dikonfirmasi ANTARA di Jakarta,
Senin.
Ia menambahkan, sambil terus
melakukan negosiasi Pemerintah
Indonesia juga melakukan
penjajakan ke beberapa negara
lain untuk pengadaan "Leopard",
antara lain Jerman.
"Kami juga melakukan langkah-
langkah antisipasi dengan
mencari alternatif ke beberapa
negara," kata Hartind.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro
menegaskan Indonesia
membutuhkan main battle tank
atau tank berat seperti Leopard
yang direncanakan akan dibeli
dari Belanda.
"Kami percaya, negara yang kuat
harus memiliki sistem pertahanan
yang kuat. Di negara maju mana
pun, ketika ekonomi membaik,
sistem pertahanannya pasti
meningkat," katanya.
Rencana pembelian tank Leopard
mendapat penolakan tidak saja di
dalam negeri tetapi juga di
Belanda, sebagai negara penjual.
Di dalam negeri, beberapa
anggota Komisi I DPR menolak
rencana itu. DPR menilai
spesifikasi tank Leopard tak cocok
dengan kondisi medan Indonesia.
Sejumlah kalangan menilai
Leopard tidak cocok untuk kontur
geografis Indonesia.
Parlemen Belanda tidak setuju
atas rencana Pemerintah Belanda
menjual tank ke Indonesia.
Alasan yang disebut dalam mosi
adalah tentara Indonesia "pernah
melanggar HAM di Aceh, Timor
Timur, dan Papua Barat."
Atas kontroversi itu tim teknis
Kementerian Pertahanan telah
berangkat ke Belanda untuk
melihat langsung kondisi tank
berat dimaksud, kesesuaian harga
dan negosiasi secara politik.
Sumber: Kemhan/ ANTARA News

Sunday, February 26, 2012

Proficiat, 50 tahun Skuadron Udara 6!

Bogor (ANTARA News) - Satu di antara tiga
skuadron udara operasional pesawat
sayap putar milik TNI-AU (kini ada
Skuadron Udara 45 VVIP) berulang tahun
ke-50 atau ulang tahun emas. Skuadron Udara 6 yang
berpangkalan di Pangkalan Udara Atang Sendjaya, Bogor,
telah melakukan banyak kiprah demi Indonesia.
Mulai dari operasi militer perang hingga operasi militer
selain perang ( other than war operation ). Siapa yang tidak
merasakan manfaat helikopter dalam penanggulangan
bencana tsunami Aceh pada 2003-2004? Atau pengamatan
dan pengiriman personel dan peralatan dalam mengatasi
konflik bersenjata di Tanah Air?
Penerbang dan awak pendukung skuadron udara ini juga
banyak mengisi Skuadron Udara VVIP 17 (saat itu) atau
Skuadron Udara VVIP 45. Tugas pokok mereka adalah
menjadi turangga udara bagi keperluan Kepala Negara atau
Wakil Presiden.
Walau juga ada barisan catatan warga-warga skuadron
udara itu yang gugur dalam tugas atau karena sebab lain
terkait penugasan. Untuk mengenang kejayaan dan
pengorbanan itu semua maka juga diresmikan Heritage
Room dalam rangkaian acara peringatan ulang tahun emas
itu.
Upacara ulang tahun emas Skuadron Udara 6 dilaksanakan
secara sederhana dipimpin Komandan Pangkalan Udara
Atang Senjaya, Marsekal Pertama TNI Tabri Santoso, di
Bogor, Jumat.
"50 tahun merupakan tonggak bagi kemajuan Skuadron
Udara 6 menjadi lebih baik dihadapkan pada tantangan
tugas yang makin beragam dan kompleks," katanya. 24
Februari 1952 adalah hari jadi resmi skuadron udara itu.
Masa-masa itu, Indonesia dalam pergolakan di dalam negeri
sementara kekuatan asing juga mengincar republik muda
bernama Indonesia.
Dia secara khusus meminta agar para awak skuadron yang
berinti kekuatan helikopter NAS-332 Super Puma buatan
Aerospatiale, Perancis, yang kemudian dilebur menjadi
konsorsium Eurocopter, itu terus meningkatkan
profesionalisme dalam menjalankan tugas pokoknya.
Sementara itu, Komandan Skuadron Udara 6, Letnan
Kolonel Penerbang Hendro Arief, mengatakan, tingkat
kesiapan skuadron udara yang dipimpin dia mencapai 80
persen.
"Dengan tingkat kesiapan yang ada tersebut, maka
Skuadron Udara 6 siap untuk melaksanakan tugas pokoknya
baik dalam operasi militer maupun operasi militer selain
perang," katanya.
"Armada kami terdapat di beberapa titik, selain di home
base di sini, juga di Jayapura dan Pontianak masing-masing
satu unit," katanya.
Sejak awal berdiri hingga kini beragam jenis helikopter
pernah bergabung di dalam skuadron udara itu, baik buatan
blok Timur ataupun Barat secara terpisah ataupun pada
rentang waktu bersamaan. Mereka adalah Mi-4 Hound ,
S-58T Twin Pack, UH-34D, dan yang terbaru adalah NAS-332
Super Puma .
Akan tetapi, pengadaan terakhir pesawat-pesawat
terbangnya itu terjadi pada dasawarsa '80-an, disusul pada
awal 2001. Alasan keuangan negara jadi hal yang selalu
dimajukan saban wacana pengadaan dan peremajaan
pesawat terbang dikemukakan.
Bukan cuma acara berlatar militer dilakukan, juga acara
bertajuk Go Green in the Golden Moment , yaitu atraksi
kesenian barongsai, pameran statik helikopter S-58T Twin
Pack, Bolkow Blohm BO-105, dan NAS-332 Super Puma .
Juga sunbangan Batalion 461 Pasukan Khas TNI-AU
bermarkas di Pangkalan Udara Utama Halim
Perdanakusuma. Pasukan ini memiliki "pertalian erat"
dengan helikopter TNI-AU karena berbagai operasi mereka
sangat bersandar pada kesiapan operasional helikopter.
Masyarakat juga bergembira, dan mereka menyumbangkan
atraksi menerbangkan beberapa pesawat swayasa.
Proficiat Skuadron Udara 6!
sumber:antara

Saturday, February 25, 2012

ATD -X, jet tempur generasi 6 Jepang calon penakluk F -22 Raptor

Saat negara-negara maju saat ini masih dalam tahap awal
produksi pesawat tempur generasi kelima, Jepang sudah
mempersiapkan konsep dan desain pesawat tempur generasi
keenam yang memiliki kemampuan "anti (pesawat)
siluman" (counterstealth). Menurut majalah pertahanan Jane's
Defence Weekly edisi 16 November 2011, yang diterima Kompas,
Kamis (25/11/2011), pesawat tempur generasi ke-6 ini akan
dibangun berdasarkan pesawat konsep ATD-X (Advanced
Technology Demonstrator-X). Pesawat ATD-X sendiri akan segera
memasuki pembuatan kerangka pesawat (airframe).
Kementerian Pertahanan Jepang dan Mitsubishi Heavy Industries
dikabarkan akan menandatangani kontrak pembuatan ATD-X
akhir tahun ini. Kemhan Jepang sudah menyiapkan anggaran
senilai 39,2 miliar yen (sekitar Rp4,5 triliun) dari 2009 hingga
2016. "Secara teknologi, Jepang tak punya masalah untuk
mengembangkan kemampuan siluman (di pesawat tempur). Kami
akan membuat pesawat yang bagus," tutur Letnan Jenderal
Hideyuki Yoshioka, Direktur Pengembangan Sistem Udara Institut
Pengembangan dan Riset Teknis Kemhan Jepang.
Rencana penggelaran pesawat tempur generasi kelima
berteknologi stealth Chengdu J-20 oleh China dan Sukhoi PAK-FA
T-50 oleh Rusia membuat Jepang memandang proyek
pengembangan pesawat tempur masa depan ini sangat
mendesak. "China dan Rusia masing-masing akan menggelar
Chengdu J-20 dan Sukhoi PAK-FA T-50 dalam waktu dekat. Kami
tahu 28 radar kami efektif mendeteksi pesawat generasi ketiga
dan keempat dari jarak jauh, tetapi dengan munculnya pesawat-
pesawat generasi kelima ini, kami tak yakin bagaimana kinerja
radar-radar itu nantinya," tandas Yoshioka.
Jenderal bintang tiga tersebut mengharapkan ATD-X akan
melakukan terbang perdana pada tahun fiskal 2016.
"Penerbangan perdana pada 2016 adalah keharusan yang mutlak.
Ini vital bagi pertahanan udara negara kami," tandas Yoshioka.
Basis riset
Meski demikian, ATD-X tidak akan serta-merta diproduksi massal
untuk menggantikan peran pesawat tempur Mitsubishi F-2 saat
ini. ATD-X hanya akan digunakan untuk meriset berbagai
teknologi yang lebih maju dan integrasi sistem, sebagai dasar
untuk memproduksi pesawat tempur generasi keenam.
Dalam konsep Jepang, pesawat tempur generasi keenam akan
memiliki kemampuan i3 (informed, intelligent, instantaneous) dan
memiliki karakteristik counterstealth. Pesawat generasi keenam
inilah yang digadang-gadang akan menggantikan armada F-2,
pesawat tempur yang diproduksi berdasar platform F-16 buatan
AS. "ATD-X tidak akan serta-merta menjadi pesawat generasi baru
Jepang. Tetapi dengan memastikan kemampuan siluman dan
manuverabilitasnya, kami berharap ia akan menjadi dasar bagi
generasi penerus F-2," ungkap Kolonel Yoshikazu Takizawa dari
TRDI.
Meski tak akan mengalami hambatan dalam hal teknologi, Jepang
diperkirakan harus menghadapi rintangan politik dari sekutu
utamanya, AS. AS selama ini selalu keberatan Jepang
mengembangkan rancang bangun pesawat tempurnya sendiri.
Salah satu alternatif yang akan ditempuh adalah mengajak AS
mengembangkan bersama pesawat tempur generasi keenam ini.
AS saat ini menjadi satu-satunya negara di dunia yang telah
mengoperasikan pesawat tempur generasi kelima, yakni F-22
Raptor, dan dalam waktu dekat kemungkinan akan segera
mengoperasikan F-35 Lightning II.
sumber:
internasional.kompas.com

BUMNIS Harus FokusPenuhi PesananKementrianPertahanan

JAKARTA - Menteri BUMN, Dahlan
Iskan, meminta BUMN Industri
Strategis (BUMNIS) agar fokus
memproduksi arsenal dan arsenal
pesanan Kementerian Pertahanan.
"BUMN Industri strategis seperti PT
PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT
Dahana, PT Pindad, termasuk PT
Industri Kapal Indonesia kita arahkan
agar fokus memenuhi permintaan
Kementerian Pertahanan," kata Iskan,
di Kantor Kementerian BUMN,
Jakarta, Kamis (23/2).
Menurut dia, dalam kondisi seperti
sekarang ini BUMNIS seharusnya
lebih mengutamakan kapal perang,
kapal angkutan militer atau produk
lain pesanan Kementerian
Pertahanan daripada memproduksi
kapal komersial.
"Jumlah kapal perang pesanan TNI/
Polri cukup banyak, jadi sebaiknya
produksi kapal niaga dihentikan
sementara agar dapat memenuhi
order tersebut," ujarnya.
Meski begitu mantan Direktur Utama
PT PLN tersebut tidak merinci jenis
kapal apa saja yang dipesan oleh
Kementerian Pertahanan.
Ia hanya menjelaskan, pemerintah
saat ini mengalokasikan dana APBN
yang cukup besar untuk membiayai
pengadaan alustista nasional.
Iskan mengakui kondisi keuangan
BUMNIS tersebut cukup
memprihatinkan karena dampak krisis
dan situasi ekonomi di masa lalu.
"Mereka sesungguhnya banyak
mendapat pesanan kapal dari luar
negeri, namun karena krisis
mengakibatkan perusahaan pemesan
kapal tidak mampu menebus kapal
ketika sudah selesai dikerjakan atau
dibangun," katanya.
Aktifitas pekerja di galangan kapal PT
PAL Indonesia
Menurut dia saat ini merupakan
momentum bagi perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi
terkait alutsista untuk bangkit
kembali.
PT Pal Indonesia yang selama ini
produksinya didominasi pesanan
kapal komersial, kini mau tidak mau
harus memproduksi pesanan
Kementerian Pertahanan yang
memang pendanaan dan ordernya
sudah jelas.
Menurut catatan, PT Pal dan PT
Dirgantara Indonesia memiliki sejarah
buruk dalam kinerja keuangannya
sehingga memaksa Kementerian
BUMN untuk melakukan
restrukturisasi terhadap perusahaan
itu dengan melakukan penyuntikan
dana.
Untuk itu tambah Dahlan, langkah
untuk memprioritaskan pemenuhan
permintaan TNI/Polri tersebut
merupakan yang terbaik.
"Yang penting saat ini perusahaan
hidup dulu dari order-order
Kementerian Pertahanan. Baru dua
tahun kemudian setelah kondisi
keuangan perusahaan stabil bisa
mengincar pesanan kapal komersial,"
katanya.
Sumber : ANTARANEWS.COM

Hercules Kembali dari AS Setelah Jalani Overhaul

Jurnas.com PESAWAT tempur Hercules milik
TNI AU kembali ke Indonesia setelah
menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul)
di Amerika Serikat. Serah terima pesawat ini
akan dilakukan di base ops Halim
Perdanakusuma.
“Siang ini akan dilakukan upacara
penyambutan,” kata Kepala Dinas
Penerangan TNI AU Marsekal Pertama
Azman Yunus saat dihubungi, Jumat (24/2).
Menurut Azman, Hercules yang mengalami
overhaul atas bantuan Amerika ini
dilakukan sejak setahun lalu.
Selain perbaikan, mulai body, structure
hingga persenjataan, pesawat ini juga di-up
grade kemampuannya. “Serah terima
dilakukan oleh dubes Amerika di Indonesia
dengan Wakil KSAU,” ujar Azman. Pesawat
ini diperbaiki di Oklahoma Amerika Serikat
untuk menjalani pemeliharaan berat dalam
Programmed Depot Maintenance di
hanggar perusahaan swasta ARINC, di
Oklahoma, Amerika Serikat.
Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki,
direncanakan dua unit Hercules lainnya
akan juga diperbaiki. Menurut Azman,
teknisi TNI AU sebenarnya punya
kemampuan memperbaiki pesawat tersebut.
Namun, kemampuan tidak didukung
fasilitas dan peralatan pendukung.
"Alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau
beli (alat-alatnya), lebih jauh dan lebih
mahal, lebih baik kita gunakan orang lain,"
katanya.
(Jurnal Nasional)

Pemerintah Berencana Membeli Korvet yang Ditolak Brunei

KDB Nakhoda Ragam, KDB
Bendhara Sakam dan KDB
Jerambak kapal korvet kelas
Nakhoda Ragam teronggok
selama 10 tahun setelah Brunei
Darussalam sebagai pemesan
batal mengoperasikan. Aljazair
diberitakan akan mengakuisisi
ketiga korvet, tetapi
membatalkan, lebih memilih
frigate kelas FREMM. Indonesia
sedang bernegosiasi untuk
membeli ketiga korvet ini. (Foto:
Flickr)
25 Februari 2012: Besarnya
wilayah laut Indonesia membuat
TNI Angkatan Laut (TNI AL) terus
berbenah diri dengan menambah
armada tempurnya. Salah
satunya adalah dengan membeli
kapal perang dari negara lain.
Tersiar kabar bahwasanya TNI AL
sedang mengincar kapal perang
Nakhoda Ragam Class, sebuah
kapal perang kelas corvete
buatan BAe System Marine,
Inggris, yang tidak jadi dibeli AL
Brunei Darussalam karena suatu
masalah.
Menanggapi kabar tersebut,
kepada itoday, pengamat
pertahanan Muradi mengatakan,
jika memang kapal yang akan
dibeli adalah kapal kelas patroli,
maka tidak akan menjadi
masalah. Tetapi jika yang dibeli
adalah kapal perang yang
berukuran besar, maka itu
menjadi masalah. Sebab
kebutuhannya berbeda dengan
apa yang dibutuhkan Indonesia.
Pembelian alat utama sistem
senjata memang bukan seperti
membeli kacang goreng, setiap
negara memiliki kebutuhan yang
berbeda. Oleh sebab itu,
walaupun kapal yang dibelui
sama kelasnya, tetapi masalah
“jeroan” kapal bisa berbeda.
Karena setiap negara memiliki
spesifikasi dan kebutuhan
menghadapi tantangan yang
berbeda.
“Perairan Brunei itu sangat
sempit. saking sempitnya,
perairan Brunei mungkin bisa
dikelilingi dengan kapal patroli
kecil dalam waktu tiga jam saja.
Bandingkan dengan perairan
Indonesia,” jelas Muradi.
KRI Diponegoro-365 satu dari
empat korvet kelas SIGMA.
Pemerintah pernah
mencanangkan kapal perang baru
TNI AL dirancang merujuk disain
SIGMA. (Foto: Damen)
Melihat adanya perbedaan yang
sangat signifikan itu, Muradi
menganggap, rencana pembelian
kapal perang buatan Inggris yang
tidak jadi dibeli Brunei, adalah
solusi instan untuk jangka pendek
saja, karena untuk mengakali
anggaran pertahanan Indonesia
yang terbilang kecil.
Dari informasi yang diterima
itoday, rencana pembelian kapal
perang Nakhoda Ragam Class ini
sudah mencapai 70 persen, sudah
mencapai tahapan MoU. Namun
TNI AL tetap membuka
kemungkinan untuk membeli
kapal perang lainnya untuk
memperkuat armada tempurnya.
Nakhoda Ragam Class sendiri
adalah kapal perang kelas corvete
buatan Inggris yang dibuat
berdasarkan seri F2000, yang
memiliki kecepatan maksimal 30
knot.
Kapal perang ini dilengkapi sensor
radar dan avionik buatan Thales,
dipersenjatai dengan satu
meriam 76 mm, dua meriam
penangkis serangan udara kaliber
30 mm, torpedo, Thales Sensors
Cutlass 22, rudal permukaan-
udara Seawolf, rudal Exocet
MM40 Block II dan dilengkapi
dengan hanggar yang mampu
menampung satu S-70 Seahawk.
Sumber: itoday

Versi Terbaru Tank Leopard 2A7+

25 Februari 2012, Jakarta: Perusahaan Krauss-Maffei
Wegmann (KMW) asal Muenchen, Jerman,
mengembangkan dan memproduksi tank Leopard seri
terbaru yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2010,
Leopard 2A7+. Tank ini setingkat lebih maju dan
canggih daripada Leopard 2A6 yang akan dibeli
pemerintah Indonesia dari Belanda.
Leopard 2A7+ adalah tank tempur utama berteknologi
canggih yang telah teruji dan digunakan Angkatan
Darat Jerman. Pada Juli 2011 pemerintah Jerman
melalui Dewan Keamanan Federal telah menyetujui
penjualan 200 unit Leopard 2A7+ ke pemerintah
Kerajaan Arab Saudi.
Manajer proyek Krauss-Maffei Wegmann, Kai Stollfuss,
mengatakan ada dua perbedaan utama antara tank
Leopard 2A7+ dibandingkan Leopard A6: sistem
periskop dan sistem komputernya yang jauh lebih
canggih. Leopard 2A7+ dapat digunakan di segala
medan pertempuran, mulai dari pegunungan,
perbukitan, perkotaan, hingga menyeberangi sungai.
"Sama seperti Leopard 2A6, Leopard 2A7+ cocok
digunakan di Indonesia. Tank ini terbukti andal
digunakan di Afganistan yang kondisi geografisnya
bergunung-gunung," ujar dia di sela pameran
kedirgantaraan dan teknologi pertahanan Singapore
Airshow, Jumat pekan lalu, 17 Februari 2012.
Leopard 2A6 dilengkapi dengan meriam L55, sebuah
mesin yang mampu mendeteksi ranjau dan sistem
pendingin udara. Sejak Maret 2001 Angkatan Darat
Jerman memperbarui tank Leopard 2A5 mereka
menjadi Leopard 2A6. Adapun tentara Kerajaan
Belanda memperbarui 180 unit tank Leopard 2A5
menjadi Leopard 2 A6, yang mulai beroperasi sejak
Februari 2003.
Leopard 2A7+ memiliki fasilitas yang lebih lengkap
daripada pendahulunya. Selain meriam Rheinmetall
L55 kaliber 120 mm dan mesin pendeteksi ranjau, tank
tempur yang dikembangkan untuk misi baru Angkatan
Darat Jerman ini dilengkapi dengan sistem yang
berfokus pada perlindungan 4 awaknya dari serangan
roket, ledakan ranjau, hingga lontaran granat.
Tank jenis ini juga dilengkapi peralatan untuk
membersihkan jalur dari ranjau, jebakan bom, atau
puing-puing yang dapat menghalangi pergerakan.
Sarana komunikasi eksternal yang lebih canggih juga
dipasang pada tank tempur ini. Tak hanya itu, Leopard
2A7+ juga dilengkapi dengan sensor panas di bagian
depan dan belakang serta peningkatan kemampuan
periskop untuk pengintaian jarak jauh.
Dengan berat 67,5 ton, panjang badan dan meriam
10,97 meter, lebar 4 meter, tinggi 2,64 meter, Leopard
2A7+ memiliki mesin berkekuatan 1.500 tenaga kuda
yang mampu dipacu hingga kecepatan 72 kilometer
per jam. Daerah jelajahnya mencapai 450 kilometer.
Tembakan meriamnya mampu menjangkau jarak
hingga 6 kilometer.
Stollfuss mengatakan Krauss-Maffei Wegmann adalah
satu-satunya perusahaan di Jerman yang
memproduksi tank seri Leopard. Perusahaan ini
awalnya mengembangkan Leopard 2 sebagai tank
tempur utama pada 1979, menggantikan Leopard 1
yang diproduksi 16 tahun sebelumnya. Leopard
dikembangkan menjadi beberapa seri hingga yang
terbaru adalah Leopard 2A7+.
Ada lebih dari 6.000 unit tank Leopard 1 yang diekspor
ke Belgia, Denmark, Kanada, Yunani, Italia, Belanda,
Norwegia, Australia, dan Turki. Sedangkan Leopard 2
digunakan militer Austria, Kanada, Denmark, Cile,
Finlandia, Yunani, Jerman, Belanda, Norwegia,
Portugal, Polandia, Singapura, Swiss, Turki, Swedia,
dan Spanyol. Jumlah Leopard 2 seluruhnya mencapai
lebih dari 3.200 unit.
Stollfuss tidak bersedia memberikan informasi harga
tank Leopard yang diproduksi Krauss-Maffei
Wegmann. Dia mengatakan hanya sebagai pihak yang
menyediakan tank sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan negara pembeli. Soal harga tank diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah Jerman. "Karena
pembelian tank ini harus G to G, dari pemerintah ke
pemerintah," kata dia.
Ditanya tentang rencana pemerintah Indonesia
membeli tank Leopard dari Belanda, Stollfuss
mengetahui dan mengikuti pemberitaannya. Dia pula
yang memberi tahu Tempo bahwa tank yang dipesan
pemerintah Indonesia adalah dari seri Leopard 2A6.
Namun dia enggan berkomentar tentang rencana
pembelian Leopard 2A6 oleh pemerintah Indonesia.
Belanda berencana menjual 100 unit tank Leopard 2A6
bekas. Pemerintah Indonesia harus merogoh kocek
sebanyak US$ 280 juta untuk mendapatkan seluruh
tank yang ditawarkan Belanda. Itu pun jika parlemen
kedua negara, yang selama ini getol menolak rencana
pembelian tersebut, berubah sikap dan
menyetujuinya.
Stollfuss mengatakan, kalaupun jadi membeli Leopard
2 A6 buatan Belanda, pemerintah Indonesia
disarankan memperbarui dan meningkatkan
kemampuannya menjadi tank seri terbaru, yakni
Leopard 2 A7+. Menurut dia, tank dengan kemampuan
lebih canggih pasti akan lebih menguntungkan
pemerintah Indonesia. "Tapi tentu harus ada biaya
tambahan yang dikeluarkan untuk modifikasi
tersebut," kata dia menandaskan.
Sumber: TEMPO

Thursday, February 23, 2012

$200m Refit to Give Fighter Jets Growl


EA-18G Growler
An EA-18G Growler of VX-31 overflies Ridgecrest, California as it returns to NAWS China Lake at the conclusion of a test mission
THE Federal Government will spend more than $200 million to transform six air force fighter jets into hi-tech electronic warfare planes.

The RAAF purchased 24 Boeing Super Hornet fighters under a $6 billion deal with the US Navy to fill the gap between the retirement of the F-111 fighter bomber and the expected delivery of the first batch of 14 Joint Strike Fighter stealth jets later this decade.

Defence Minister Stephen Smith will announce the decision to upgrade the jet fighters early next month to EA-18G models known as "Growlers" to plug an emerging air combat capability gap.
EA-18G Growler
Cobrachen Ea-18g.jpg



The G-model entered service with the US Navy in 2008 and it allows attacking forces to detect and jam enemy radars to protect friendly aircraft from all known surface-to-air missile threats.

The Growler is the launch platform for the "Next Generation Jammer" that uses advanced radar technology from Northrop Grumman to conduct precision jamming.

Australia purchased 12 Super Hornet fighters wired for the Growler upgrade during the production process at a cost of $35 million. Retro fitting has never been attempted before and will cost between $200 million and $300 million.

News Limited understands that the first aircraft will be converted at the Boeing factory in St Louis and the remainder at Amberley RAAF base near Brisbane.

Meanwhile, Mr Smith is facing criticism from air force brass for his move to buy 12 more Super Hornets to cover the likely delay into service of up to 70 Australian JSFs.

A decision is due by September this year, but the RAAF is arguing against more Super Hornets because they fear that will leave less funds for Joint Strike Fighters.

"The RAAF doesn't want to run two types of fighter jets," a source said. Mr Smith told theAustralian Defence Magazine congress in Canberra yesterday that Defence would be expected to deliver a further contribution from its $27 billion budget to the government's quest for a surplus this year.

"The current 2012-13 Budget process will also examine whether Defence is able to make a further contribution to the Government's Budget bottom line," he said.

Defence budget analyst Mark Thomson said Mr Smith had taken a "shot across the bow" of Defence before the May budget. "They will be going through this budget with a finetooth comb," he said.

Turki Anugerahi Bintang Kehormatan kepada Panglima TNI


Jumat, 17 Februari 2012
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mendapat anugerah Bintang Kehormatan Order of Merit Liyakat Nisani dari Turki. Bintang Kehormatan itu diberikan sebagai bentuk  penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasanya dalam meningkatkan hubungan Militer dan Pertahanan RI-Turki.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Turki, Jenderal Necdet Ozel menyematkan Order of Merit Liyakat Nisani kepada Laksamana Agus di Ankara, Turki (12/2/2012).

“Pemberian Bintang Kehormatan ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia, khususnya Tentara Nasional Indonesia,” tutur Agus.

Pada kesempatan ke Turki (11-13/2/2012), Agus melakukan serangkaian pertemuan dengan petinggi militer di Turki guna membahas peningkatan hubungan di bidang militer dan pertahanan. Diantaranya, Kasum AB Turki dan Menteri Pertahanan Nasional Turki Ismet Yilmaz.

Dari rangkaian pertemuan tersebut, Agus menuturkan RI-Turki sepakat untuk terus meningkatkan hubungan militer dan pertahanan.

Kerjasama itu akan digarap mulai dari penyusunan rencana pertukaran personil militer di bidang pendidikan maupun bidang khusus lainnya seperti counter-terrorism hingga peningkatan kerjasama bidang industri pertahanan. 
 
Ia juga melakukan peninjauan ke Akademi Militer, Pusat Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Turki dan beberapa industri pertahanan seperti pabrik alat komunikasi dan roket.
Selama kunjungan di Turki, ia didampingi Duta Besar RI Ankara Nahari Agustini dan Atase Pertahanan RI Ankara Kolonel Cpm Chandra W Sukotjo. 
 
SUMBER :KEMLU

RI DAPAT TOT RUDAL C705 DARI CINA


Rudal C-705. (Foto: Zhenguan Studio)

24 Februari 2012: Industri pertahanan Indonesia memasuki babak baru.Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama koleganya dari Republik Rakyat China Jenderal Liang Guanglie meneken kesepakatan untuk proses alih teknologi peluru kendali (guided missiles/rudal) C-705.

Dengan kesepakatan itu, Indonesia mendapat kewenangan untuk memproduksi rudal yang mempunyai jangkauan lintas cakrawala (over the horizon). Sekilas, ini merupakan kabar biasa.Tapi, bagi kepentingan pertahanan bangsa ini, langkah ini merupakan milestone bagi pembangunan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) sekaligus menguatkan derajat kapabilitas pertahanan Indonesia. Bangsa ini pun patut berbangga karena tidak banyak negara yang mampu menguasai teknologi rudal atau berkesempatan mendapat alih teknologi senjata strategis tersebut. Pentingnya penguasaan teknologi rudal disadari betul bangsa ini.

Ini terlihat dari rangkaian program roket nasional hingga pembangunan material pendukung. Sudah jauh hari Indonesia memulai tahap awal pembangunan rudal dengan memproduksi roket udara ke darat, folding fin aerial rockets (FFAR), yang diaplikasikan pada helikopter dan pesawat milik TNI. Sejumlah BUMN,yakni PT Dahana,PT Dirgantara Indonesia,PT Pindad,dan PT Krakatau Steel, juga membangun roket R-Han yang mempunyai jangkauan 15-20 kilometer. Untuk material pendukung, awal tahun ini pemerintah meresmikan dua industri strategis,yakni PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang,Kalimantan Timur dan pabrik bahan berenergi tinggi di areal PT Dahana di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Dengan pengoperasian kedua pabrik tersebut,kebutuhan bahan baku peledak dan propelan sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Dengan demikian,kerja sama dengan China merupakan lanjutan dari tahapan penguasaan teknologi rudal.Melalui kerja sama ini Indonesia mendapatkan limpahan teknologi (technology spillover) yang selama ini dikunci rapat-rapat oleh segelintir negara seperti teknologi telemetri, propulsi, tracking-and guidance, dan sebagainya.

Jika menguasai rahasia teknologi rudal ini,bisa jadi suatu saat Indonesia memproduksi rudal C-705,tapi juga memanfaatkannya untuk mendongkrak kapasitas roket pertahanan (R-Han) atau bahkan menyulap roket pengorbit satelit (RPS) yang tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjadi rudal balistik. Dalam pertahanan, kemampuan penguasaan rudal sangat strategis untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Rudal merupakan bagian dari kesenjataan artileri dengan daya jangkau yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung pertahanan lawan.

Ditilik dari kemampuan yang dimiliki––yakni daya jangkau (range), daya ketelitian (precision), dan daya hancur (destruction capability), rudal adalah instrumen paling efektif untuk memenangkan sebuah perang. Bagi TNI, rudal C-705 akan menjadi bagian dari sistem kesenjataan strategis. Rudal yang pertama diperlihatkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow Ke-7 pada 2008 direncanakan akan menempati posisi utama sistem senjata kapal cepat rudal (KCR) yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

C-705 akan bahu-membahu dengan rudal Yakhont buatan Rusia yang dipasang di KRI kelas Van Speijk menjadi tulang punggung matra laut Indonesia, terutama di wilayah laut dangkal. Si vis pacem,para bellum.Jika mendambakan perdamaian,bersiap-siaplah untuk perang.Dalam konteks pemahaman inilah,penguatan, modernisasi, dan pembangunan kemandirian alutsista dilakukan oleh pemerintah.Penguasaan teknologi rudal menjadi instrumen penting membangun sistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya getar tinggi–-high level of deterrence.

Sumber: SINDO

Wajar Persenjataan Diperkuat!

SEMARANG - Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro menilai wajar
kondisi perekonomian negara yang
membaik akan memperkuat dan
meningkatkan sistem pertahanannya
sebagaimana dilakukan Indonesia.
"Selama 2010-2014, kita memang
mendapatkan anggaran pertahanan
dalam jumlah cukup besar yakni
Rp150 triliun, dan Rp50 triliun untuk
pembelian alutsista dalam negeri
dalam kurun lima tahun," katanya di
Semarang, Rabu (22/2).
Ia menjelaskan, pembelian alutsista
yang diprogramkan dalam kurun
waktu lima tahun itu memang untuk
pembelian pada industri pertahanan
dalam negeri seperti PT Pindad, PT
PAL, dan PT Dirgantara Indonesia.
Setelah itu, kata dia, Rp32,5 triliun
untuk pemeliharaan dan perawatan
seperti pembenahan tank-tank dan
kapal tempur, sedangkan sisanya
untuk pembelian alutsista baru untuk
memperkuat persenjataan TNI.
Menurut dia, pembelian alutsista
baru untuk memperkuat sistem
pertahanan negara itu memang
berimplikasi dari membaiknya
perekonomian Indonesia yang baik,
bahkan cadangan devisa cukup besar
sekitar 140 miliar dolar AS.
Untuk pembelian alutsista baru, ia
mengatakan, salah satunya memang
berencana menganggarkan sekitar
tiga triliun rupiah untuk pembelian
tank berat atau "main battle tank"
sebanyak 100 unit dari luar negeri.
"Kami tidak menyebut jenis Leopard,
namun yang jelas ada anggaran tiga
triliun rupiah untuk pembelian `main
battle tank` sebanyak 100 unit.
Sebab, yang kita miliki sekarang ini
tank-tank kecil," katanya.
Namun, kata dia, pembelian alutsista
buatan Jerman itu harus melalui
sejumlah tahapan, termasuk
persetujuan pemerintah dan
parlemen kedua negara, terutama
Belanda sebagai negara yang selama
ini memakai tank itu.
"Masih dijajaki, terutama negara yang
menggunakannya, seperti Belanda
dan pabriknya di Jerman. Pembelian
alutsista itu harus melalui
persetujuan kedua negara, baik
pemerintah dan DPR masing-masing,"
katanya.
Ia menjelaskan, saat ini rencana
pembelian tank itu sudah masuk
pembahasan parlemen Belanda, dan
perlu diyakinkan bahwa persenjataan
yang dibeli nantinya tidak untuk
ekspansi, namun untuk pertahanan
diri.
Ditanya jenis tank Leopard yang
dinilai tidak sesuai topografis
Indonesia, ia meyakinkan Indonesia
membutuhkan tank berat untuk
menunjang pertahanan, sebab yang
dimiliki selama ini masih jenis tank
ringan.
"Malaysia saja memiliki tank berat
yang ditempatkan di sepanjang
perbatasan Kalimantan. Meski
berukuran besar, tank berat ini bisa
melalui lokasi yang belum ada
infrastrukturnya, termasuk sungai,"
katanya.
Tank berat tersebut, kata Purnomo,
beratnya mencapai 40 ton, lebih
besar dibandingkan dengan jenis tank
ringan yang beratnya antara 15-20
ton, namun jenis tank itu bisa melalui
sungai yang berkedalaman 4-5 meter.
Sumber : ANTARANEWS.COM

Tiga Pesawat Sukhoi Uji Coba Bom Buatan TNI AU dan Pindad


(Foto: Sari Bahari)

22 Februari 2012, Jakarta: Tiga Pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, Sulawesi Selatan, melaksanakan uji dinamis Bom Tajam buatan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) bekerja sama dengan PT Pindad. Uji coba dilakukan di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (22/2/2012).

Dalam siaran persnya, TNI AU menyatakan, ketiga pesawat Sukhoi tersebut menguji Bom Tajam Nasional (BTN)-250 dan Bom Latih Asap Practice (BLA P)-50, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak serta ketepatan sasaran. Kepala Penerangan dan Perpustakan (Kapentak) Kapentak Lanud Iswahjudi, Mayor Sutrisno, menuturkan jika uji coba Bom Tajam Nasional (BTN)-250 tersebut sukses sesuai dengan yang diharapkan, serta mendapat sertifikat kelaikan dari Dislitbangau, kemandirian di bidang alat utama sistem senjata atau alutsista akan terwujud.

"Sehingga pesawat TNI-AU, khususnya Sukhoi memiliki bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri," katanya.

Uji coba disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Kadislitbangau), Marsekal Pertama TNI Basuki Purwanto, mulai dari pemasangan bom di body maupun wing pesawat Sukhoi hingga pelaksanaan pengeboman di AWR Pandanwangi, Lumajang.

Sumber: KOMPAS

Monday, February 20, 2012

Rudal C-705 Untuk KCR & Rudal Yakhont Untuk Fregat Van Speijk


JAKARTA - "Kapal Cepat Rudal (KCR) TNI AL positif dipersenjatai rudal C-705 hasil produksi bersama Pemerintah Indonesia dan China". Demikian diungkapkan Asisten Perencanaan KSAL Laksamana Muda TNI Soemartono kepada ANTARA di Jakarta, Senin (20/2).

"TNI AL sudah melakukan uji coba terhadap rudal C-705 sebanyak dua kali, dan hasilnya sangat bagus untuk jadi senjata utama di KCR TNI AL," ungkapnya.

Soemartono mengemukakan sebelumnya TNI AL juga pernah menggunakan rudal buatan China C-802 untuk mempersenjatai beberapa kapal kelas van speijk dan kapal patroli cepat. "Namun, jarak jangkaunya masih kurang dibandingkan C-705 yang bisa mencapai 100 meter lebih, dengan tingkat akurasi yang baik," ujarnya menambahkan.

Kedepannya KCR TNI AL akan menggunakan C-705, sedangkan Fregat Van Speijk menggunakan rudal Yakhont kata Soemartono menegaskan.

TNI AL saat ini baru memiliki dua unit KCR yakni KRI Clurit dan KRI Kujang. "Total TNI AL memesan 40 unit KCR untuk ditempatkan di beberapa wilayah laut Indonesia yang rawan kejahatan laut," ungkapnya.

Proses kerjasama produksi rudal ini dilakukan Kementrian Pertahanan RI dan Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705. Menhan selama di China juga dijadwalkan meninjau perusahaan roket dan peluru kendali China ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co.Ltd).

Sumber : ANTARANEWS.COM

Menhan Lakukan Kunjungan Kerja ke China


20 Februari 2012, Beijing, China: Memenuhi undangan Menteri Pertahanan (Menhan) RRT, Jenderal Liang Guanglie, Menhan RI Purnomo Yusgiantoro memulai kunjungan resminya ke Beijing, 19 - 21 Februari 2012.

Delegasi yang dipimpin oleh Menhan RI tersebut terdiri dari , antara lain, Wakasal Laksdya TNI Marsetio, Dirjen Strahan Mayjen TNI Puguh Santoso, Kabaranahan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, dan Karo TU Kemhan Laksma TNI Yuhastiar. Duta Besar RI untuk RRT Imron Cotan turut mendampingi delegasi yang dipimpin oleh Menhan RI Purnomo Yusgiantoro tersebut.

Segera setelah mendarat di Beijing dari tanah air, hari pertama Menhan RI diisi dengan kunjungan, diskusi, serta peninjauan ke dua kompleks industri pertahanan (Inhan) RRT yang terkait dengan produksi peluru kendali darat ke darat, darat ke udara, serta udara ke darat. Di akhir pertemuan, kedua pihak menyepakati untuk melakukan kerjasama Inhan, termasuk 'transfer of technology', yang menguntungkan kedua belah-pihak (win-win solution).

Selanjutnya kunjungan resmi Delegasi Kemhan yang dipimpin oleh Menhan RI tersebut direncanakan akan melakukan pertemuan dan perundingan dengan mitranya, Menhan RRT Jenderal Liang Guanglie, tukar-menukar pikiran dengan salah-satu lembaga riset/produksi Inhan terkemuka lainnya, serta melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Kepala Komite Sentral Militer RRT, Jenderal Guo Boxiong, orang pertama di Angkatan Perang (PLA) RRT (20 Februari 2012).

Kunjungan resmi Menhan RI akan ditutup dengan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri Li Keqiang (21 Februari 2012) yang diperkirakan banyak pihak akan menduduki jabatan Perdana Menteri RRT di masa mendatang.

Kerjasama Militer RI-RRT Mencapai Tingkat Tertinggi Dalam Sejarah Hubungan Kedua Negara

Hubungan Tiongkok dan Indonesia dapat ditelusuri sejak berabad-abad yang silam dan kini, hubungan kedua negara sedang berada pada puncaknya. Pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu Jintao telah menandatangani Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis. Pada tahun 2010 telah ditandatangani Plan of Action 2010-2015 yang mencakup pengembangan kerjasama di bidang politik dan keamanan, ekonomi dan pembangunan serta sosial budaya sebagai upaya implementasi Kemitraan Strategis dimaksud.

Ketika PM Wen Jiabao berkunjung ke Indonesia April 2011, bersama-sama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah dikeluarkan Joint Communiqué untuk memperdalam dan memperluas kerjasama khususnya di bidang ekonomi dan investasi. Kedua Negara juga menikmati meningkatnya volume perdagangan di mana pada tahun lalu (2011), berdasarkan perhitungan RRT, sudah mencapai US$ 60 milyar, mendekati target yang ditetapkan oleh kedua pemimpin bangsa yaitu US$ 80 milyar pada tahun 2014. Investasi mencapai US$ 1 milyar dan turis RRT yang berkunjung ke Indonesia sekitar 600.000, meningkat 50% dibandingkan tahun lalu.

Demikian antara lain disampaikan oleh Dubes RI untuk RRT merangkap Mongolia pada kesempatan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan (Menhan) RRT Jenderal Liang Guanglie pada tanggal 16 Januari 2012.

Lebih lanjut Dubes RI mengatakan bahwa di bidang militer, hubungan dan kerjasama pun berjalan lancar. Saling kunjung antar pejabat tinggi milite_ kedua negara terlihat meningkat sejak tahun 2007. Memenuhi undangan Menhan RI Purnomo, Menhan RRT telah berkunjung ke Indonesia pada tahun 2011, sekaligus menghadiri ASEAN Defense Ministerial Meeting (ADMM). Dalam waktu dekat ini, direncanakan delegasi tingkat tinggi Kementerian Pertahanan Indonesia akan berkunjung ke RRT.

Sementara itu, tercatat berbagai bentuk kerjasama dan kegiatan seperti pelatihan personil, pelatihan pilot pesawat tempur, penyediaan alutsista RRT, pembentukan berbagai mekanisme dialog dan konsultasi serta penandatanganan MoU Kerja Sama Industri Strategis dan Pertahanan mencerminkan tingginya bobot hubungan militer kedua negara. Demikian juga latihan bersama antar pasukan khusus kedua negara di bidang anti terorisme yang oleh Menhan RRT dinilai sebagai terobosan baru hubungan militer kedua negara. Oleh karenanya, Menhan RRT mengatakan bahwa kerjasama RI-RRT telah mencapai titik tertinggi dalam sejarah hubungan kedua negara. Terlepas dari berbagai capaian tersebut, kedua pihak sepakat untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kemungkinan pengembangan kerjasama di sektor lainnya dalam upaya mendorong kerjasama militer kedua negara ketingkat yang lebih tinggi lagi.

Menhan RRT juga mengatakan bahwa militer Tiongkok juga sangat memandang penting hubungan bersahabat dengan militer Indonesia. Menghadapi perkembangan dinamis khususnya kawasan Asia-Pasifik, RRT dan RI sebagai dua negara besar di Asia perlu untuk mempererat kerjasama demi terjaganya stabilitas dan keamanan kawasan bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan di kawasan dan luar kawasan.

Sumber: KBRI Beijing

Kapal Cepat TNI AL akan Dipersenjatai Peluru Kendali

Peluru kendali C-705. (Foto: wuxinghongqi)

21 Februari 2012, Jakarta: Kapal Cepat Rudal (KCR) TNI Angkatan Laut akan dipersenjatai dengan peluru kendali C-705 yang akan diproduksi bersama Pemerintah Indonesia dan Cina.

Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Soemartono mengatakan, saat ini kedua pemerintah tengah menjajaki produksi bersama peluru kendali tersebut.

"Kami sudah melakukan uji coba terhadap rudal C-705 sebanyak dua kali, dan hasilnya sangat bagus untuk melengkapi persenjataan KCR-KCR TNI Angkatan Laut," ungkapnya, Senin (20/2).

Soemartono mengemukakan sebelumnya TNI Angkatan Laut pernah menggunakan rudal buatan Cina C-802 untuk mempersenjatai beberapa kapal kelas Van Speijk dan kapal patroli cepat.

"Namun, jarak jangkaunya masih kurang dibandingkan C-705 yang bisa mencapai 100 meter lebih, dengan tingkat akurasi yang baik," ujarnya menambahkan.

Karena itu, kedepan untuk kapal-kapal cepat berpeluru kendali TNI Angkatan Laut akan menggunakan C-705, kata Soemartono menegaskan.

TNI Angkatan Laut kini tengah memiliki dua unit KCR yakni KRI Clurit dan KRI Kujang. "Kami telah memesan 40 unit KCR untuk ditempatkan di beberapa wilayah laut Indonesia yang rawan kejahatan laut," ungkapnya.

Indonesia-China Mantapkan Alih Teknologi Peluru Kendali

Pemerintah Indonesia dan China sepakat memantapkan proses alih teknologi serangkaian produksi bersama peluru kendali C-705.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta Senin mengatakan, proses alih teknologi menjadi syarat utama dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata dari mancanegara, termasuk peluru kendali dari China.

"Selain itu, kita juga telah menjajaki kerja sama produksi bersama rudal tersebut sebagai produk nasional," kata Brigjen Hartind Asrin menambahkan.

Rangkaian proses alih teknologi itu antara lain ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ke China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 yang akan dibeli TNI Angkatan Laut disertai proses alih teknologi.

Sebelumnya, kedua pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama teknis pertahanan kedua negara. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan industri nasional pertahanan China, Chen Qiufa.

Nota kesepahaman itu mencakup lima poin yakni pengadaan alat utama sistem persenjataan tertentu yang disepakati kedua pihak dalam kerangka "G to G".

Kedua, alih teknologi peralatan militer tertentu yang antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, upgrade dan pelatihan.

Tiga poin lainnya adalah kerja sama produk peralatan militer tertentu, pengembangan bersama peralatan militer tertentu serta pemasaran bersama dalam dan di luar negara masing-masing.

Selama di China, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan China, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga berencana melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.

Tak hanya itu, Menhan juga berencana meninjau perusahaan roket dan peluru kendali China ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co.Ltd) .

Saat ini, Kementerian Pertahanan sedang menyusun rencana terkait dengan proses alih teknologi peluru kendali C-705.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam kunjungan kerjanya ke Cina awal pekan ini juga mengunjungi Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 yang akan dibeli TNI Angkatan Laut disertai proses alih teknologi.

Selama di Cina, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Cina dan Wakil Perdana Menteri Cina Li Keqiang.

Tak hanya itu, Purnomo juga meninjau perusahaan roket dan peluru kendali Cina ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co.Ltd).

Sumber: Republika/Antara News

Sunday, February 19, 2012

Dua Kapal Perang RI "Terbakar"

kapal.jpg
Dua kapal perang RI terbakar akibat serangan musuh dalam latihan bersama di Bintan, Minggu (19/2/2012).
 
Tribun Medan - Minggu, 19 Februari 2012 13:27
 
 

TRIBUN-MEDAN.com, BINTAN - KRI Banda Aceh dan KRI Yos Sudarso terbakar, Minggu (19/2/2012) di Dermaga Mentingi, Bintan, Kepulauan Riau. Kebakaran itu menyusul serbuan pesawat musuh pada Minggu pagi.

Selain menyerang dua kapal perang, pesawat musuh juga menjatuhkan bom ke dermaga. Suara ledakan terdengar sampai satu kilometer dari dermaga.

Semua kejadian itu berlangsung dalam simulasi pertahanan pangkalan, Latihan Tingkat Tiga TNI AL Armada RI Kawasan Barat. Latihan berlangsung di Dermaga Metinggi, Bintan, pada hari pertama. Sementara pada hari kedua latihan digelar di Laut Natuna. ”Di sana akan latihan perang laut,” ujar perwira pelaksana latihan, Kolonel Pelaut Denih Hendrata.

Latihan itu melibatkan 14 kapal dan 1.100 prajurit. Selain itu, dilibatkan pula dua tank, satu pesawat, dan dua BTR. Tank dan BTR tersebut digunakan pada operasi pendaratan. ”Operasi pendaratan di Pulau Mantang digelar hari ketiga, 21 Februari 2012,” tuturny
a.
 
sumber : TRIBUNMedan

Institut Teknologi Surabaya Rancang Kapal Patroli Rudal


Kapal cepat rudal rancangan PT PAL. (Foto: Berita HanKam)

19 Februari 2012, Surabaya: ITS yang dikenal sebagai universitas teknologi dengan keahlian teknologi perkapalan, energi, dan kelautan kini "panen" pesanan kapal dari berbagai kalangan, di antaranya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), dan bahkan sejumlah kalangan asing.

"PGN memesan kapal untuk mendukung `Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)` PGN dan ITS terlibat mulai tahap perancangan hingga mengawasi pembangunan kapal-kapal pendukung FSRU itu," kata Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS, Prof Eko Budi Djatmiko, di Surabaya, Minggu.

Pesanan itu sendiri merupakan salah satu bagian dari serangkaian kerja sama yang tertuang dalam "Memorandum of Understanding" (MoU) PGN-ITS yang meliputi bidang jasa konsultasi, pendidikan, penelitian dan pengembangan rancang bangun dan rekayasa.

"Jadi, PGN akan melibatkan ITS dalam mendukung distribusi dan transportasi gas domestik. Itu penting bagi ITS guna mendukung strategi ITS untuk meraih `international recognition` di bidang kelautan dan perkapalan," katanya.

Saat ini, katanya, PGN sendiri telah mengoperasikan FSRU di Sumatera Utara, Labuhan Maringgai, dan Belawan, namun pemerintah juga menuntut PGN untuk mengembangkan fasilitas LNG dan memperbanyak unit FSRU.

Oleh karena itu, PGN memesan kapal kepada ITS, karena FSRU itu memerlukan kapal-kapal pendukung dalam operasionalnya, seperti "tug boat", "crew boat", dan "mooring boat".

"PGN yang diwakili Direktur Teknologi dan Pengembangan, Jobi Trinanda Hasjim, telah menandatangani kerja sama PGN-ITS itu pada 17 Februari lalu. Kerja sama untuk kurun waktu 36 bulan itu akan menjadi langkah awal yang baik untuk PGN dan ITS," katanya.

Tidak hanya itu, Pembantu Rektor IV ITS Surabaya Prof Dr Darminto MSc menyatakan Kemenristek juga memesan desain kapal patroli rudal kepada ITS.

"Ada 16 konsorsium yang terlibat dalam proyek kapal patroli rudal itu dan ITS diminta untuk membantu dalam desain atau perancangan, tapi ITS juga diminta untuk mengawasi sampai kapal itu benar-benar terwujud," katanya.

Ia menilai kepercayaan pemerintah itu menunjukkan adanya pengakuan atas kemampuan bangsa sendiri dalam merancang dan memproduksi kapal sesuai kebutuhan.

"Itu bagus, karena Indonesia merupakan kawasan bahari dengan 2/3 merupakan kawasan laut, sehingga orientasi ke laut itu penting, terutama kapal-kapal sederhana untuk mewujudkan `connecting` antar-pulau," katanya.

Apalagi, tenaga ahli lokal cukup tersedia di ITS, termasuk tenaga ahli yang berstandar RINA, bukannya justru membayar tenaga ahli asing dengan biaya mahal.

Hal itu dibenarkan seorang ahli perkapalan dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) ketika dikonfirmasi ANTARA tentang keahlian lokal dalam bidang pembuatan kapal, baik kapal sederhana maupun kapal besar.

"Kalangan asing saja pesan kapal kepada kami, kok. Tapi, pesanan itu lucu, karena pesanan itu berasal dari institusi di Indonesia, lalu mereka (asing) memberikan proyek itu kepada PPNS dan hasilnya dijual lagi kepada institusi dari Indonesia yang memesannya itu," katanya, enggan disebut namanya.

Ia menambahkan PPNS justru mendidik mahasiswa untuk menjadi tenaga ahli, karena itu PPNS yang setiap tahunnya menerima pesanan 6-7 kapal antar-pulau dari sejumlah pemerintah daerah itu selalu menyerahkan proses pengerjaannya kepada para mahasiswa dengan bimbingan dosen.

Sumber: ANTARA News

Menuntut Transparasi Pembelian Senjata



Leopard 2A4 AD Singapura latihan menembak. (Foto: Mindef)

19 Februari 2012: Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo memukau Komisi I DPR dengan retorikanya terkait rencana pembelian main battle tank (MBT). Argumen Pramono, Indonesia perlu melakukan perimbangan teknologi alat utama sistem persenjataan dengan negara-negara tetangganya seperti Singapura dan Malaysia yang memiliki MBT.

Argumennya, dengan senjata kuat, Malaysia takan main-main dengan Indonesia. ”Dari segi hitungan kekuatan angkatan darat di antaranya terletak pada jumlah pasukan dan jumlah MBT,” katanya.

Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpusenkav) Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigjen Purwadi Mukson mengatakan, 100 MBT akan ditempatkan di kota-kota besar seperti, Jakarta dan Surabaya. Alasannya, infrastrukturnya lebih menunjang sehingga bisa digerakkan ke mana-mana. Dari riset yang dilakukan Pusenkav, tank Leopard juga menawarkan transfer teknologi. Tank lain seperti Merkava tidak ada transfer teknologinya. Sementara T-72, dari Rusia, teknologi dan jarak jangkauan senjatanya kalah jauh dibandingkan dengan Leopard.

Pengamat militer UI, Andi Widjajanto, mengatakan, ada latar belakang di TNI AD bahwa selama ini taktik perang di darat hanya dalam skala infanteri, sementara tank untuk support. Taktik ini tidak ada masalah karena selama ini tidak ada indikasi penggunaan MBT. Masalahnya, perkembangan lingkungan strategis terbaru, yaitu adanya pangkalan marinir Amerika Serikat di Darwin, Australia. Pangkalan ini dilengkapi dengan MBT Abrams sehingga, secara teoritis, marinir bisa merapat dengan cepat di salah satu titik di Indonesia seperti Jakarta lalu menduduki dengan Abrams.

Sementara itu, ada celah pasar senjata yang terbuka karena Belanda akan menonaktifkan 150 MBT Leopard-nya, sementara Jerman akan mengalokasikan pabrik Leopard ke Turki. ”Ini dinamika lingkungan strategis yang harus diantisipasi,” kata Andi.

Akan tetapi, tidak semua wacana berpihak pada pembelian MBT Leopard secara spesifik. Mantan Wakil KASAD Letjen (Purn) Kiki Syahnakri sejak awal mengatakan, masalahnya adalah pada prioritas. Dilihat dari ancaman pertahanan aktual yang paling mencolok adalah separatisme di Papua. ”Misalnya, beli pesawat intai mata-mata jadi bisa ketahuan penembak-penembak misterius di Papua itu sebenarnya siapa dan ada di mana.” kata Kiki.

Apalagi, sepanjang sejarah peperangan di Asia Tenggara, seperti perang Vietnam dan Perang Dunia II, tidak pernah melibatkan MBT dengan alasan keadaan alam yang tidak sesuai. Menurut Kiki, yang prioritas seharusnya batalyon mekanis yang sudah sangat minim dalam menunjang prajurit TNI AD.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tb Hasanuddin mempertanyakan kecocokan MBT dengan karakteristik daratan di perbatasan Papua dan Kalimantan. Apalagi, dalam rencana strategis yang dibuat Kementerian Pertahanan, tidak ada prioritas pembelian MBT. Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq malah memunculkan alternatif, yaitu tank T-90 buatan Rusia yang lebih ringan.

Di tengah semua wacana itu, perlu diingat bahwa yang harus membayar adalah rakyat Indonesia. Bukan rahasia lagi, banyak pihak yang berkepentingan. Presiden Yudhoyono menengarai banyak makelar yang bermain dalam pembelian sistem persenjataan. Sudah saatnya Kemhan, DPR, TNI lebih transparan.

Sumber: KOMPAS

BERITA POLULER

BACA JUGA: