Pages

Sunday, November 13, 2011

UEA Undang Typhoon untuk Tantang Rafale


:
 
rediff.com Pesawat tempur buatan Perancis Rafale (atas) harus bersaing dengan Eurofighter Typhoon buatan Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol untuk memenangi tender pengadaan pesawat jet tempur UEA.

DUBAI, KOMPAS.com- Pesawat tempur buatan Dassault Aviation dari Perancis, Rafale, kembali harus berhadap-hadapan dengan "saudara"-nya sesama pesawat buatan Eropa, Eurofighter Typhoon, untuk memenangi kontrak pembelian pesawat tempur dari Uni Emirat Arab (UEA).
Negara kaya di wilayah Teluk Persia itu sebenarnya sudah dalam tahap akhir negosiasi pembelian Rafale degan Perancis. Namun, hari Minggu (13/11/2011), pemerintah UEA tiba-tiba mengundang Eurofighter untuk membuat penawaran tandingan.
Pihak Eurofighter, konsorsium empat negara Eropa, yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol, menyatakan, pada 17 Oktober lalu UEA meminta Inggris untuk memberikan informasi lengkap tentang kemampuan pesawat Typhoon. "Kami baru-baru ini menerima permintaan proposal tentang kemungkinan pasokan Typhoon. Kami saat ini sedang bekerja keras untuk merespons permintaan tersebut," tutur pihak Eurofighter tanpa menyebut detail jumlah pesawat yang diinginkan UEA dan batas waktu keputusan pembelian.
Baik Typhoon maupun Rafale, yang sama-sama berangkat dari konsep pesawat tempur masa depan Eropa pada era 1980-an, telah menyandang gelar "teruji dalam pertempuran" (battle proven) setelah dua tipe pesawat itu sama-sama sukses menjalankan misi operasi serangan udara di Libya beberapa waktu lalu.
Saat ini, dua jet tempur generasi 4,5 itu juga sedang bersaing memenangi kontrak pembelian 126 pesawat tempur multiperan kelas menengah (medium multirole combat aircraft, MMRCA) dari Angkatan Udara India.
Dua tipe pesawat ini memang sedang berjuang keras mencari pasar ekspor. Typhoon baru dibeli oleh dua negara di luar negara-negara pembuatnya, yakni Austria dan Arab Saudi. Sedangkan Rafale belum dilirik oleh satu negara pun di luar Perancis.
Bulan lalu, Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet mengatakan, pihaknya sudah dalam tahap akhir negosiasi dengan UEA dalam proses pembelian Rafale. Sebagai salah satu negara terkaya di kawasan Timur Tengah, UEA akhir-akhir ini dikabarkan sedang membangun kekuatan militernya.
UEA dan negara-negara kawasan Teluk Persia lainnya, seperti Arab Saudi, Qatar, Oman, Kuwait, dan Bahrain, juga diandalkan negara-negara Barat, terutama AS, untuk menghadapi pertumbuhan kekuatan militer Iran.
Pekan lalu, AS dikabarkan akan menjual 4.900 bom pintar yang dilengkapi piranti pelacak sasaran presisi JDAM (joint direct attack munition) kepada UEA. Bom yang mampu menembus bungker-bungker bawah tanah ini bisa digunakan untuk menghancurkan fasilitas nuklir bawah tanah milik Iran.

kompas

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK