Koran Republika
Sabtu, 19 November 2011 pukul 13:57:00
Biaya Hibah F-16 Melonjak
Rahmat Budi Harto
JAKARTA - Rencana Kementerian Pertahanan mendatangkan 24 pesawat tempur F-16 bekas dari Amerika Serikat bakal menemui kendala pendanaan. Departemen Pertahanan AS memperkirakan biaya peningkatan kemampuan (upgrade) 24 pesawat bekas itu mencapai 750 juta dolar AS, jauh dari perkiraan biaya yang disusun Kementerian Pertahanan Indonesia sekitar 450 juta dolar AS.
Dalam rilis Badan Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan (DSCA) untuk Kongres AS yang diterbitkan Rabu (16/11) lalu, dinyatakan bahwa biaya sebesar itu untuk program regenerasi dan upgrade 24 F-16C/D dari generasi Blok 25 berserta suku cadang, tambahan perlengkapan, pelatihan, dan dukungan logistik lainnya. Hibah F-16 bekas ini berada di bawah payung program Foreign Military Sales (FMS) dikoordinasikan oleh DCSA yang bernaung di bawah Departemen Pertahanan AS. Program ini memerlukan izin dari Kongres AS.
Pesawat F-16 bekas itu memang dihibahkan, namun Indonesia harus membayar biaya untuk meregenerasinya agar lebih modern. Modernisasi terhadap F-16 Blok 25 itu, antara lain, penggantian sistem avionik, sistem manajemen pertempuran elektronik, sistem radar, pengendali penembakan dan pengendali bom pintar, komputer misi modular, sistem penindak lawan, sistem data peringatan dini, serta 28 mesin jet.
''Biayanya diperkirakan mencapai 750 juta dolar AS. Penjualan ini akan membantu kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan meningkatkan keamanan mitra strategis yang telah menjadi kekuatan penting bagi kemajuan ekonomi di Asia Tenggara,'' kata dokumen DCSA itu merujuk pada Indonesia.
Menurut DCSA, Pemerintah Indonesia ingin memodernisasi armada TNI AU dengan pesawat tempur yang mampu melaksanakan patroli di sepanjang wilayah perbatasan. Saat ini armada pesawat tempur F-16 milik TNI AU dari generasi Blok 15 yang dibeli pada 1989 dianggap sudah tak mampu memenuhi tugas itu. Sementara jajaran pesawat tempur tua seperti F-5 Tiger yang dibeli pada 1980 sudah terlalu mahal untuk dioperasikan, ditambah kurangnya dukungan suku cadang.
Indonesia meminta agar program upgrade ini dikerjakan seluruhnya oleh Wing Pemeliharaan ke-309, Pangkalan Udara Hill di Ogden, Utah, sementara untuk overhaul mesin jet dikerjakan oleh pabrik Pratt Whitney di East Hartford, Connecticut.
DCSA juga menegaskan, dalam program ini tidak ada permintaan imbal balik proyek (offset) dari Indonesia. Program ini juga tidak memerlukan adanya campur tangan pihak ketiga atau perwakilan kontraktor di Indonesia. Kekuatan udara AS juga tidak akan terpengaruh dengan hibah ini. ''Penjualan perlengkapan untuk upgrade ini juga tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan militer di kawasan,'' tulis DCSA.
Hibah 24 pesawat bekas ini telah disetujui oleh Komisi I DPR Oktober lalu. Semua pesawat itu diharapkan tiba di Indonesia pada 2014 secara bertahap. Akhir Oktober lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah bahwa 24 pesawat F-16 itu merupakan barang rongsokan karena dengan upgrade masih punya sisa 4.000 jam terbang. ''Pesawat yang akan dihibahkan merupakan Blok 25 dan akan kita upgrade menjadi setara Blok 52.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menegaskan, lebih baik Indonesia membeli pesawat baru jika da na proses hibah pesawat F-16 mencapai 750 juta dolar AS. “Kalau 750 juta dolar AS, lebih baik balik ke rencana awal program dalam blue book sebesar 600 juta dolar AS. Sekitar 430 juta dolar AS beli baru setengah skuadron atau enam unit blok 52 terbaru, 130 juta meng-upgrade 10 unit F16 yang sudah dimiliki ke blok 52. Jadi, total kita punya 16 unit.” ed: andri saubani
HIBAH FALCON BEKAS
F-16C/D Blok 25
Pembuat: Northrop Grumman (sekarang diakuisisi Lockheed Martin)
Produksi perdana: Desember 1984
Jumlah produk: 209
Pemakai: Garda Nasional Udara AU AS
Harga: 18,8 juta dolar AS tahun 1998 (hanya pesawat). Untuk tipe terbaru Blok 52 berharga 40-45 juta dolar AS seperti pesanan Yunani tahun 2005 yang membeli 30 pesawat.
Spesifikasi Modernisasi Diminta Indonesia:
Mesin lama: turbofan Pratt & Whitney F100-PW-200 atau F100-PW-220.
Avionik baru:
- peluncur rudal LAU-129A/A untuk rudal jarak pendek Sidewinder dan rudal jarak menengah AMRAAM. Selama ini F-16 Blok 15 TNI AU hanya dilengkapi peluncur 16S210 untuk rudak jarak pendek Sidewinder.
- ALR-69, peringatan deteksi radar lawan.
- ARC-164/186, radio komunikasi.
- ALQ-213, sistem manajemen pertempuran elektronik.
- ALE-47, sistem pelepas suar pengacau rudal lawan.
- Situational Awareness Data Link.
- Enhance Position Location Reporting Systems (EPLRS).
- LN-260 versi SPS, sistem GPS dan inersial.
- AN/AAQ-33 SNIPER atau AN/AAQ LITENING, sistem pemandu bom pintar.
Sumber: US Air Force, DCSA, F-16.net
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK