Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, terus mengamati dari dekat segenap agenda dan pelaksanaan persidangan dalam KTT Ke-19 ASEAN di Nusa Dua, Bali. Dari sisi isu pertahanan dan keamanan kawasan, perselisihan perbatasan wilayah laut di Laut China Selatan menyedot perhatian besar. Berangkat dari isu itu, ASEAN tidak akan membiarkan dirinya menjadi arena persaingan bagi negara-negara lain. (FOTO ANTARA)
 ...ASEAN tidak akan membiarkan kawasan Asia Tenggara, dari mana atau oleh siapapun, menjadi ajang persaingan negara-negara yang menganggap dirinya atau negara-negara besar...

Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, menegaskan, ASEAN tidak akan membiarkan kawasan Asia Tenggara menjadi ajang persaingan negara-negara besar. Persaingan ini, bisa dilihat dalam berbagai aspek dan bidang.

"Negara-negara ASEAN tidak akan membiarkan kawasan Asia Tenggara, dari mana atau oleh siapapun, menjadi ajang persaingan negara-negara yang menganggap dirinya atau negara-negara besar," kata Natalegawa, diBali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Rabu malam.

Pernyataan dia disampaikan untuk menjawab pertanyaan tentang sikap ASEAN atas pernyataan Amerika Serikat untuk meningkatkan kerjasama pengamanan maritim di perairan Filipina. Hal itu merujuk pada sengketa Laut China Selatan dari beberapa negara ASEAN, termasuk Filipina dan Vietnam, dengan China.

Natalegawa mengaku belum membaca mengenai pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, namun ia memastikan, ASEAN masa kini berbeda dengan ASEAN masa lalu karena kini ASEAN memiliki pendekatan yang jelas.

Karena itu, kata dia, ASEAN sangat berkepentingan untuk memberikan tatanan yang jelas, Code of Conduct dan panduan yang jelas sehingga kepedulian-kepedulian dari negara-negara non Asia Tenggara dapat dijadikan dalam bentuk yang sesuai dengan kepentingan Asia Tenggara.

Filipina mengusulkan Zona Perdamaian, Kebebasan, Persahabatan dan Kerja Sama (ZoPFFC) untuk mendefinisikan mana wilayah konflik dan mana yang berada dalam kedaulatan sebuah negara di kawasan sengketa Laut China Selatan. Ide ini akan membawa pada kerja sama kawasan. 

Dalam pertemuan para menteri luar negeri ASEAN, menteri luar negeri Filipina disebutkan mengomentari ASEAN yang dianggapnya gagal menggunakan kekuatan diplomatik untuk menghadapi tekanan dari China.

Namun Natalegawa menyatakan, proposal Filipina gagal untuk mendapat daya tarik di kawasan. Ia menyebut, proposal itu menemui kendala dalam upaya menemukan mana kawasan yang diperselisihkan dan mana kawasan yang tidak diperselisihkan.

Sementara itu AFP menyebutkan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, berikrar mendukung Filipina saat ketegangan meningkat menyangkut wilayah lautnya dengan China, dalam pesannya dari kapal perang AS di Teluk Manila.

Filipina memang menjadi titik penting bermakna strategis Amerika Serikat di Asia Tenggara. Pangkalan Subic dan Pangkalan Udara Clark menjadi ukuran tingkat kepentingan Amerika Serikat di kawasan itu.

Clinton tidak secara langsung menyebut China, yang Filipina dan Vietnam tuduh melakukan taktik-taktik semakin agresif dalam sengketa-sengketa wilayah di Laut China Selatan.

Tetapi Menteri Luar Negeri Filipina, Alberto Del Rosario, juga berbicara dari kapal USS Fitzgerald yang berpangkalan di Kalifornia itu, bahwa pernyataan itu merupakan satu sinyal kuat mengenai sengketa-sengketa dalam apa yang ia sebut Laut Filipina Barat itu.

ANTARA