itoday - Asing akan tetap melibatkan diri dengan urusan Papua. Itulah yang menjadi perhatian Hariyadi Wirawan ketika diwawancarai itoday, Senin (20/2). “Asing terlibat karena persoalan Papua tidak pernah selesai,” tutur pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia ini. Menurutnya, apa yang terjadi di Papua sekarang, jelas mengikuti skenario kemerdekaan Kosovo, yang berhasil memerdekakan dirinya dengan bantuan lembaga internasional. Hal ini terlihat dengan didaftarkannya kemerdekaan Papua Barat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu lalu. “Jika asing melihat masalah Papua sebagai sebuah isu internasional yang hangat, dan menganggap Indonesia tidak peduli. Maka kesempatan Papua untuk merdeka akan semakin besar,” jelasnya. Hariyadi mengingatkan, keberadaan AS di Darwin, Australia, walau sebenarnya adalah untuk membendung Cina, tetapi jika masalah Papua semakin memanas, dan memperoleh pengakuan lembaga internasional sebagai sebuah negara merdeka, maka pangkalan AS di Darwin akan menjadi pangkalan yang bersifat multifungsi. “AS akan mengerahkan pasukannya di Darwin guna melindungi Papua, jika Indonesia nantinya menolak kemerdekaan Papua yang disahkan PBB secara sepihak,” kata Hariyadi. Apa yang dikatakan Hariyadi mengenai ancaman pangkalan AS di Darwin memang tidak bisa dianggap enteng. Sebab posisi Darwin sangat untuk mendukung posisi AS di ASEAN dan Laut Cina Selatan, atas Cina dan Rusia. Tidak hanya itu, posisi Darwin juga memudahkan AS untuk mengirimkan pasukannya dengan menggunakan kapal selam dan kapal induk, ke berbagai belahan dunia, khususnya Asia Pasifik. Bagi Hariyadi, alasan mengapa masalah Papua tidak pernah selesai, karena pemerintah selalu menggunakan cara represif dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Sedangkan cara pendekatan lainnya kurang maksimal, sebab tim yang dibentuk selalu saja tidak bekerja dengan semestinya.* sumber : ITODAY baca juga Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun. Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956. Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga. MiliterIndonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. [1] Amerika Serikat tidak mendukung penyerahan Papua bagian barat ke Indonesia karena Bureau of European Affairs di Washington, DC menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat". Tapi pada bulan April 1961, Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang Dingin saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.[1] [sunting] DiplomasiIndonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Perancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua bagian barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.EkonomiPada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan UU nomor 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi seperti:
Konfrontasi TotalSesuai dengan perkembangan situasi Trikora diperjelas dengan Instruksi Panglima Besar Komodor Tertinggi Pembebasan Irian Barat No.1kepada Panglima Mandala yang isinya sebagai berikut:
Akhir KonfrontasiSurat perintah tersebut dikeluarkan setelah ditandatangani persetujuan antara pemerintah RI dengan kerajaan Belanda mengenai Irian Barat di Markas Besar PBB di New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang selanjutnya dikenal dengan Perjanjian New York. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menlu Subandrio sementara itu Belanda dipimpin oleh Van Royen dan Schuurman. Kesepakatan tersebut berisi.Konflik bersenjataSoekarno membentuk Komando Mandala, dengan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando. Tugas komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Belanda mengirimkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman ke Papua bagian barat. Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Papua bagian barat, dan sampai tahun 1950, unsur-unsur pertahanan Papua Barat terdiri dari:
[sunting] Operasi-operasi IndonesiaSebuah operasi rahasia dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua bagian barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, namun misi itu dilaksanakan sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.Hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali belum siap, bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau Jawa. Walaupun begitu, TNI Angkatan Darat lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan, dengan meminta bantuan TNI Angkatan Laut untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Papua bagian barat, dan juga meminta bantuan TNI Angkatan Udara untuk mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan menuju target yang ditentukan oleh TNI AL. Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU. Kepolisian Republik Indonesia juga menyiapkan pasukan Brigade Mobil yang tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa RTP Brimob ini digelar di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke Papua bagian barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) yang dipimpin Inspektur Tingkat I Anton Soedjarwo disiagakan di Pulau Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Papua bagian barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Papua bagian barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda. Pada tanggal 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal 18 Januari 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.[3] Pertempuran laut AruPertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 4°49' LS dan 135°02' BT. Menjelang pukul 21:00 WIT, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. Ketika 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut.[3]Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan.[3] Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran". Operasi penerjunan penerbang IndonesiaPasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Papua bagian barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. Penerjunan itu pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat angkut ringan C-47 Dakota yang kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, penerjunan itu dapat dicegat oleh pesawat pemburu Neptune Belanda.[1]Pada tanggal 19 Mei 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari Bandar Udara Pattimura, Ambon, dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah sekitar Kota Teminabuan untuk melakukan penerjunan. Saat persiapan keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, lalu mengadakan pemeriksaan kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03:30 WIT, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah Teminabuan. Dalam waktu tidak lebih dari 1 menit, proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat Neptune milik Belanda.[1] TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia.[4] Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut. Akhir dari konflikKarena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua, juga mengubah pendiriannya, dan mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS.[5][6]Persetujuan New YorkPada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi dari Persetujuan New York adalah:
Penentuan Pendapat RakyatPada tahun 1969, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang diatur oleh Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. Menurut anggota OPM Moses Werror, beberapa minggu sebelum Pepera, angkatan bersenjata Indonesia menangkap para pemimpin rakya_ Papua dan mencoba membujuk mereka dengan cara sogokan dan ancaman untuk memilih penggabungan dengan Indonesia.[7][8]Pepera ini disaksikan oleh dua utusan PBB, namun mereka meninggalkan Papua setelah 200 suara (dari 1054) untuk integrasi.[9] Hasil PEPERA adalah Papua bergabung dengan Indonesia, namun keputusan ini dicurigai oleh Organisasi Papua Merdeka dan berbagai pengamat independen lainnya. Walaupun demikian, Amerika Serikat, yang tidak ingin Indonesia bergabung dengan pihak komunis Uni Soviet, mendukung hasil ini, dan Papua bagian barat menjadi provinsi ke-26 Indonesia, dengan nama Irian Jaya. Setelah penggabunganSetelah Papua bagian barat digabungkan dengan Indonesia sebagai Irian Jaya, Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:
Setelah Jendral Soeharto menjadi Presiden Indonesia, Freeport Sulphur adalah perusahaan asing pertama yang diberi izin tambang dengan jangka waktu 30 tahun mulai dari tahun 1981 (walaupun tambang ini telah beroperasi sejak tahun 1972), dan kontrak ini diperpanjang pada tahun 1991 sampai tahun 2041. Setelah pembukaan tambang Grasberg pada tahun 1988, tambang ini menjadi tambang emas terbesar di dunia. Penduduk setempat dengan bantuan Organisasi Papua Merdeka memprotes berbagai tindakan pencemaran lingkungan hidup dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan Freeport dan pemerintah Indonesia dengan berbagai cara, termasuk peledakan pipa gas dan penculikan beberapa pegawai Freeport dari Eropa dan Indonesia pada tahun 1996. Dalam kejadian ini, 2 tawanan dibunuh dan sisanya dibebaskan. Pada tahun 1980-an, Indonesia memulai gerakan transmigrasi, di mana puluhan ribu orang dari pulau Jawa dan Sumatera dipindahkan ke provinsi Irian Jaya dalam jangka waktu 10 tahun. Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi provinsi Irian Jaya dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat.[10][11][12] Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada provinsi Papua untuk meredam usaha separatis. Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi provinsi: Papua dan Irian Jaya Barat (sekarang Papua Barat) melalui instruksi Presiden Megwti Soekarnoputri pada tahun 2001. sumber : WIKIPEDIA |
Sunday, March 11, 2012
AS Siap Kirim Pasukan untuk Memerdekakan Papua
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kalo dlm wkt dkt jd Konfrontasi, Hibah 30 Pesawat F-16 gak jd datang dong dan pembelian Heli Apache gk jd jg.
ReplyDeleteAkar masalah sebenarnya ada di Freport, Indo maksa beli 51% saham Freport gk di kasih, akhirnya dibikin rusuh sm OPM yg disuport US. PP nya bru di ttd Pak SBY Februari kemarin. Makanya pangkalan Darwin muncul krn Papua, bkn Laut Cina Selatan, Laut Cina Selatan mah kejauhan,... kesana harus mutar dulu. biasanya sembunyi2 lwt jalur Timur, tp sdh dipasangi Radar-radar....
Mantap, sprt apa kehebatan Indonesia lawan US.
Indonesia syp yg dukung ya? China & Rusia kah? Pantes lg Mesra ama china bikin Rudal C-705 & rudal lain-lainnya (Secret). Sejarah bantuan Rusia jg jngn dilupakan wkt Trikora dulu,...
Hati-hati dengan Amerika, itu negara bangsat. ayo semua rakyat Indonesia kita bersatu pertahankan PAPUA ke dalam NKRI. jangan biarakan negara bangsat AMERIKA itu merongrong kedaulatan NKRI. ingat kejadian yg dialami negara2 seperti Libya, mesir, suriah dan yaman dengan adanya aksi unjuk rasa untuk menggulinkan para pemimpin mereka, itu semua buatan AMERIKA BANGSAT lewat CIA untuk menjaga kepentingan mereka dari CHINA dan RUSIA, karna AMERIKA takut ladang minyaknya di timur tengah disabotase CHINA dan RUSIA, makanya AMERIKA menciptakan kerusuhan di negara2 itu. ingat selama masih ada AMERIKA, dunia tak akan pernah damai, karna AMERIKA adalah negara IBLIS.
ReplyDeletesaya pikir BAIS tidak sebaik jaman LB Moerdani, papua sudah dijadikan alat kekacauan oleh barat memang sejak lama, sy pikir NKRI harus menerapkan sistem keamanan yang berbasis anti akses seperti di china, karena dgn cara sistem IT kita yang lemah akan memudahkan akses barat masuk utk komunikasi dgn OPM, dan ini benar2 menjadikan kekalahan telak terhadap BAIS itu sendiri dan NKRI pada umumnya. makanya sebelum perang terbuka terjadi alangkah baiknya papua dijadikan pangkalan militer terbesar di NKRI karena secara geografis dan sistem keamanan sangat perlu dukungan penuh dari TNI utk menjaga kestabilan keamanan dan perekonomian. Penerapan pangkalan komando alangkah baiknya membagi wilayah NKRI menjadi 5 wilayah, yaitu barat, timur, utara, selatan, dan tengah. pusat komando bisa ditengah yaitu kalsel atau makasar, berdasarkan perkembangan zaman NKRI sudah tdk bisa lagi menerapkan strategi komando hanya meliputi barat dan timur yg walaupun lokasinya pun berada di jakarta dan jatim, ini sungguh tdk ideal apabila terjadi masalah di timur NKRI akan sangat memakan waktu utk infiltrasi pasukan atau pengiriman logistik TNI, sy pikir ide TNI AL utk mengembangkan wilayah komando menjadi 3 itu sangat baik dan mungkin akan lebih baik lagi apabila menjadi 5 komando ... bravo TNI
ReplyDeletemungkin inilah salah satu alasan pembunuhan Kennedy.. Kulit putih ditekuk kulit berwarna. TNI harus pesan Sukhoi 35BM 2 squadron & alutsista jarak jauh, sebagi persiapan perang. Aliansi dengan Rusia & China.
ReplyDeleteDemi kebaikan rakyat papua, janganlah menghujat negara lain...kita lihat dulu negeri sendiri dulu gmn...apakah pemerintah sdh berbuat byk terhadap rakyat papua..sdh sejahterakah rakyat papua di tanah mereka sendiri...jgn sok2an terhipnotis dgn kata2 sakti NKRI harga mati...kita mmg rela mati demi mempertahankan kedaulatan negara, tapi klo kita(rakyat papua) dibiarkan mati kelaparan sementara pejabat2 negara bergelimang kemewahan, mati konyol dong kita...
ReplyDeleteKeutuhan NKRI harga mati!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDeleteSebenarnya sebagian besar rakyat Indonesia sadar utk membela kedaulatan NKRI, namun yg membuat jengah n menyakitkan rakyat Indonesia adalah perilaku para pemimpin negara ini yg seakan tdk mempedulikan ancaman kedaulatan NKRI. Bagi pemimpin negara ini, kedaulatan NKRI hanya dijadikan retorika utk membela kepentingan individu, kelompok n golongannya. Mestinya pemimpin kita sgr sadar bhw kepentingan bangsa n negara adalah segala2nya..menyakitkan banget n sulit utk diharapkan tuk berubah menjadi lebih baik.
ReplyDeleteSaya sebagai rakyat kecil yg kecewa dg perilaku pemimpin negara ini, hanya bisa berharap agar kelak dimunculkan pemimpin2 yg lebih mengutamakan hati nurani tuk membela bangsa n negara..
Semoga n semoga, aamiin..
Sebenarnya sebagian besar rakyat Indonesia sadar utk membela kedaulatan NKRI, namun yg membuat jengah n menyakitkan rakyat Indonesia adalah perilaku para pemimpin negara ini yg seakan tdk mempedulikan ancaman kedaulatan NKRI. Bagi pemimpin negara ini, kedaulatan NKRI hanya dijadikan retorika utk membela kepentingan individu, kelompok n golongannya. Mestinya pemimpin kita sgr sadar bhw kepentingan bangsa n negara adalah segala2nya..menyakitkan banget n sulit utk diharapkan tuk berubah menjadi lebih baik.
ReplyDeleteSaya sebagai rakyat kecil yg kecewa dg perilaku pemimpin negara ini, hanya bisa berharap agar kelak dimunculkan pemimpin2 yg lebih mengutamakan hati nurani tuk membela bangsa n negara..
Semoga n semoga, aamiin..
Sebenarnya sebagian besar rakyat Indonesia sadar utk membela kedaulatan NKRI, namun yg membuat jengah n menyakitkan rakyat Indonesia adalah perilaku para pemimpin negara ini yg seakan tdk mempedulikan ancaman kedaulatan NKRI. Bagi pemimpin negara ini, kedaulatan NKRI hanya dijadikan retorika utk membela kepentingan individu, kelompok n golongannya. Mestinya pemimpin kita sgr sadar bhw kepentingan bangsa n negara adalah segala2nya..menyakitkan banget n sulit utk diharapkan tuk berubah menjadi lebih baik.
ReplyDeleteSaya sebagai rakyat kecil yg kecewa dg perilaku pemimpin negara ini, hanya bisa berharap agar kelak dimunculkan pemimpin2 yg lebih mengutamakan hati nurani tuk membela bangsa n negara..
Semoga n semoga, aamiin..
Papua harus dipertahankan..mereka adalah bagian dari negara kita sejak dulu..jangan biarkan negara lain mengobrak-abrik negara kita..kesejahteraan dipapua harus diupayakan..dan juga pemerataan pembangunan..harus dilaksanakan..buktikan kalau kita adalah negara kuat dan berdaulat..tidak satu negarapun didunia ini yang bisa memecah-belah negara kita..seluruh masyarakat Indonesia siap mempertahankan setiap jengkal wilayah Indonesia..bravo Indonesia.
ReplyDeleteMAKANYA PINDAD DI PORSIR SAJA PRODUKSI SENJATA UNTUK MENJAGA KEMUNGKINAN KEMUNGKINAN.hAL YG MENJADI PERTANYAAN ADALAH KENAPA KONTRAK DENGAN FRIPORT DI PERPANJANG mestinya tahun 2010 sudah habis. kenapa di perpanjang sampai 2041. (penjajahan ini namanya) apakah ada kometment politik mengenai Papua jika ia apakah setelah emasnya Habis Amerika masih mengakui Papua sbg bagian dari NKRI. dengan munculnya Pangkalan DARWIN ada indikasi demikian INDONESIA HARUS WASPADA. intenskan kerjasama dg Rusia. lakukan lagi politik Transmigrasi jika terjadi Voting maka kemungkinannya lepas dari NKRI sangat Kecil.DGI ( iptn ) PRODUKSI PESAWAT TEMPUR, PINDAD produksi TANK dan persenjataan kan bahan baku (Baja ) indonesia is the best, PAL perbanyak Produksi kapalperang Kapal Selam. biar mata Dunia Melihat Who is INDONESIA. JANESVEVA JAYAMAHE
ReplyDeletesebenarnya rakyat kit a sudah sadar tetapi para pemimpin nya yang tidak perduli . mungkin mereka ada yang disusupkan dari dalam untuk membela kepentingan asing tersebut alias penghianat bangsa, mereka ada di sekeliling para pemimpin kita.mari rakyat iNdonesia pantau gerak gerik mereka.
ReplyDeletepangkalan us didarwin dan beberapa dinegara ASEAN...
ReplyDeletesudah jelas yg diincar sapa lagi???
sabotase sudah dilakukan sejak lama...
para petinggi sudah pasti tau hal ini, tidak mungkin kalau tidak tau...
otosus sudah dilakukan oleh pemerintah...
tetep satu kalimat NKRI Harga Mati...
Bapak bapak saya tinggal di papua, saya rasa tidak ada pendekatan yg paling pas selain kesejahteraan. Rasanya miris melihat ternyata di pedalaman saudara2 kita masih sgt jauh dari kehidupan yg baik dan higienis. Otsus tidak gagal pak, tp aparatur negara di sini yg bobrok. Bayangkan pak dgn dana otsus yg sedemikian besar buat jalan menghubungkan antar daerah saja sulitnya setengah mati. Alasannya medan sulit lah bergunung2 lah, tp freeport ternyata mampu tuh buat jalan dari pelabuhan sampe gunung.
ReplyDeletemaaf saudaraku di papua, kesejahteraan kalian akan terwujud jika para oknum penghianat bangsa sudah pada terlibas keserakahan mereka sendiri, saat ini saudara kita di tni sedang mempersiapkan diri untuk kemungkinan antisipasi dari keserakahan negara barat,...yang telah terindikasi intel kita, barat sudah panik dengan ekonominya karena dalam hitungan tertentu mata uang dollar mereka tidak laku,..hanya emas yg mereka andelin krn nilainya tetap bahkan selalu naik, mangkanya mereka terus mengeksploitasi kekayaan kita di papua,..padahal pemerintah sudah minta agar setengah lebih, harus balik kenegeri ini dalam 10 thn, tapi mereka sepertinya enggan,..krn selama 41 thn ekploitasi tidak pernah memberitahukan keuntungan mereka,..malah memperbanyak antek2 mereka untuk memprovokasi tidak hanya di papua tapi di jakarta,..tetaplah bersatu Bangsaku,..kembalikan harkat dan martabat bangsa,..usir freeport,...stop ekploitasinya dengan tegas,...dan untuk para penghianat bangsa,..segera sadar,...demi kejayaan Bangsa dan Negara yang kita Cintai
ReplyDeletemas2 semua yang lebih bangsat dari amerika adalah anggota DPR K1 dan LSM mereka antek2 asing lihat aja TNI diobok DPR dan LSM, Mereka tak tahu sedikitpun tentang alutsista koar2, MBT ambeles, indonesia 50 tahun kedepan takkan perang jd tak pelu beli alutsista, Mark Up sukhoi lah,
ReplyDeleteanjing DPR K1
anjing LSM : ICW, IPW, Kontras
coba DPR naikin anggaran alutsista otomatis negara lain akan segan dan takkan berani obok2
coba LSM berpikir jernih tentang papua yg sebenarnya dirugikian itu siapa
bangsat kalian semua
AN OPEN LETTER TO ALL JEWISH LEADERS
ReplyDeleteBenjamin Netanyahu
Barack Obama
David Cameron
Nicholas Sarkozy
Julia Gillard
John Key
PEMIMPIN BESAR KAMI SOEKARNO MENGAJARKAN TENTANG KONSEP DUNIA YANG DAMAI TANPA PENYAKIT MENJIJIKKAN DAN MENULAR YANG BERNAMA IMPERIALISME, KOLONIALISME, EKSPANSIONISME, AGGRESIONISME, DAN ROBBERISME/GARONK-ISME YANG MENJANGKITI SELURUH SENDI KEHIDUPAN UMAT MANUSIA. BANGSA KAMI TELAH MEMBUKTIKAN BAGAIMANA SULITNYA BANGSA ZIONIS BELANDA MENGUASAI DAN MENJAJAH TANAH ACEH DAN HARUS KEHILANGAN JENDERAL KOHLER PADA MEDAN PERTEMPURAN DIHALAMAN MASJID BAITURRAHMAN.
DIBAWAH KOMANDO JENDERAL BESAR SOEDIRMAN, BANGSA ZIONIS INGGRIS JUGA TELAH KAMI SIKAT HABIS SAMPAI MAMPUS PADA DUA MEDAN PERTEMPURAN PALING LEGENDARIS SEPANJANG ZAMAN YAKNI PALAGAN AMBARAWA DAN PALAGAN SURABAYA. KAMI TELAH KALAHKAN TENTARA SAS BANGSA ZIONIS INGGRIS DAN TENTARA BAYARAN ZIONIS INGGRIS GURKHA PADA DUA MEDAN PERTEMPURAN TADI. DAN INGGRIS HARUS KEHILANGAN JENDERAL MALLABY TANPA MENGETAHUI SIAPA PEMBUNUHNYA. SHAME ON YOU !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
BANGSA KAMI SANGAT MEMBENCI PENYAKIT MENJIJIKKAN DAN MENULAR YANG BERNAMA IMPERIALISME, KOLONIALISME, EKSPANSIONISME, AGGRESIONISME, DAN ROBBERISME/GARONK-ISME. KAMI BANGSA HEBAT DAN BESAR TETAPI TAK PERNAH SOMBONG SEPERTI ANDA, BANGSA ZIONIS. PATRIOT DAN SATRIYA TANGGUH KAMI YANG BERNAMA PANGLIMA / MAHA PATIH GAJAH MADA DARI NEGARA BESAR YANG BERNAMA MAJAPAHIT TELAH MENGUASAI HAMPIR SELURUH DARATAN ASIA TENGGARA PADA ABAD 15 DAN PADA SAAT ITU KALIAN HANYA SEGEROMBOLAN BANGSA TOLOL YANG TAK MENGERTI APA-APA.
BAGAIMANA JIKA KAMI TAWARKAN ANDA, WAHAI PARA PEMIMPIN ZIONIS KETURUNAN IBLIS AGAR SEGERA DENGAN CEPAT MENGALIHKAN SELURUH PERUSAHAAN KALIAN YANG TERANGKUM DALAM KONSORSIUM VOC (VERENIGDE OOST INDISCHE COMPAGNIE) SEPERTI : MACDONALD, EXXON, SHELL, CONOCO, CHEVRON, CALTEX, FREEPORT, NEWMOUNT, DAN DANONE KEDALAM DASAR NERAKA AGAR SELURUH SENDI KEHIDUPAN UMAT MANUSIA BEBAS DAN NYAMAN TANPA WUJUD PENYAKIT MENJIJIKKAN DAN MENULAR YANG BERNAMA IMPERIALISME, KOLONIALISME, EKSPANSIONISME, AGGRESIONISME, DAN ROBBERISME/GARONK-ISME. JIKA TIDAK KALIAN SEMUA AKAN KAMI KIRIM KE DALAM DASAR NERAKA SELAMANYA DAN MENGHAPUSKAN DATARAN TANAH TEMPAT KALIAN MENGHUNI TENGGELAM KEDALAM LAUTAN !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
kalau benar barat mau mengganggu kedaulatan NKRI,kita menjawab dengan tantangan perang..perang..perang,kita harus keluar dari traktat bebas ujicoba nuklir,NKRI harus membangun bom nuklir sebagai jawabanya.NKRI harga mati!!!
ReplyDeleteMulai dari sekarang program transmigrasi ke Papua harus digalakkan dan pemindahan kekuatan TNI dan Polri ditingkatkan kalau perlu Pasukan Marinir 3 dan Kopassus Grup Timur diaktifkan kembali dan berpangkalan permanen disana karena langkah dan itikad AS didaerah Australia Utara cukup mencurigakan sesuai dengan pengamatan Hariyadi Wirawan dari UI dimana model Balkan bisa diterapkan di Papua karena masalah kepentingan tertentu dan sumber daya alam yang luar biasa, kalau FMM/Freeport MacMoran Corp.tidak berhasil menggaruk habis gunung emas Graasberg ditahun 2041 maka Papua harus dipotol dari NKRI seperti yang terjadi di Sudan maka pemerintah RI harus bertanya dengan jelas maksud dan tujuan pembentukan Komando Asia Timur baru di Australia. Kita jangan berkecil hati dan takut terhadap perkembangan ancaman ini karena performa kekuatan asing ini dimedan Irak dan Afghanistan tidak begitu hebat dimana mereka kewalahan dan tidak bisa mengalahkan Taliban yang mereka anggap primitif setelah 10 tahun lebih dalam perang asimetri kan kita ahli dalam peperangan semacam ini dan yang penting lagi kita harus mewaspadai program latma dan pendidikan dengan mereka untuk menghindarkan pengaruh dan penanaman sel tidur ditubuh TNI dan POLRI. Kalau Presiden Obama tergusur oleh partai Republik bulan Nopember mendatang pemotolan Papua mungkin bisa dipercepat dan tidak ada jalan lain kita harus merangkul PRC dan Rusia untuk membela diri, sejarah berulang kembali Neo Kolonialisme.
ReplyDeleteReady for war! Kita harus siap uji hydrogen dan nuklir balistic langsung ke Darwin, dan semua negara yang mendukung lepasnya Papua.
ReplyDeleteAmerika emang bangsa kebon binatang depannnya doang In God We Trust tapi isinya uanglah Tuhannya ngga ada yang lebih munafik dari Amerika sok demokrasi dan pembela ham menurut saya tutup saja freeport itu lebih banyak mudaratnya gunung kok dibabat abis freeport adalah lambang keserakahan manusia Allah pasti murka gunungNya dirusak seperti itu.
ReplyDeleteKILL ALL THE JEWS AND GENOCIDE ALL THE JEWS AROUND THE WORLD KILL ALL THE JEWS AND GENOCIDE ALL THE JEWS AROUND THE WORLD KILL ALL THE JEWS AND GENOCIDE ALL THE JEWS AROUND THE WORLD. ADOLF HITLER SAID I LEFT SOME OF JEWS FOR YOU TO KNOW HOW DANGEROUS THEY ARE FOR THE LIFE OF ALL HUMAN KIND IN THE UNIVERSE. THE JEWS ARE TOTALLY A LETHAL PEST FOR THE LIFE OF ALL HUMAN KIND IN THE UNIVERSE.
ReplyDelete"ICH KONNTE ALL DIE JUDEN IN DIESER WELT ZU ZERSTOREN, ABER ICH LASSE EIN WENIG DREHTE-ON, SO KNNEN SIE HERAUSFINDEN, WARUM ICH SIE GETOTET"
"I COULD DESTROY ALL THE JEWS IN THIS WORLD, BUT I LEAVE A LITTLE OF LIFE, THAT YOU WILL BE ABLE TO FIND OUT WHY I KILLED THEM."
"BISA SAJA SAYA MUSNAHKAN SEMUA YAHUDI DI DUNIA INI, TAPI SAYA SISAKAN SEDIKIT YANG HIDUP, AGAR KAMU NANTINYA DAPAT MENGETAHUI MENGAPA SAYA MEMBUNUH MEREKA."
Kilas balik sejarah papua jangan dilihat sejak penjajahan belanda tapi sejak zaman majapahit, klo majapahit untuk menyatukan bangsa sedangkan Belanda untuk mengeksploitasi, masa penjajahan sebagai patokan. Barat memang bangsat.Kita harus mencontoh Amerika, kemulian dan kehormatan ada pada kekuatan senjata, yang salah saja dianggap benar karena Amerika sebangsa binatang makanya mereka menggunakan hukum rimba.
ReplyDeletemending papua merdeka aja deh dari pada mereka tertindas....kasihan mereka kan perlu sejahtera juga
ReplyDeleteklo nylesain OPM pake operasi militer sulit belum lagi pihak asing ap lagi amerika bilang TNI melanggar ham seperti operasi seroja kecuali kalo operasi militer nya kayak pemberantasan PKI
sulit mencari pemimpin ahli berpolitik untuk sejahtera kan rakyat seperti bung karno....tapi klo yang korup iya
reset itu pemimpin bosok, baru negara tercinta nkri bisa kuat. pemimpin bosok lupa kalau negara ini merdeka di bayar dengan darah para pahlawan.... pemimpin yg urat malunya sudah putus. muka seperti tembok, memperkaya diri sendiri saja. bangsat kalian. kalau pahlawan - pahlawan bisa bangkit dari kubur, pasti di jewer kuping kalian......
ReplyDeletekatanya bangsa amerika tidak ikut campur masalah dalam negri negara lain, dinegara manapun amerika punya kepentingan, indonesia salah satu negara yang di bidik....di aceh gagal, skrng amerika membidik papua dan maluku, hati hati para pemimpin negara ini..agar pengalaman timor timur lepas dari NKRI itu tidak terulang dengan propinsi yang lain, yahudi sudah punya target untuk memecah belah NKRI...kalau papua dan maluku sampai lepas dari NKRI saya siap jihad sampai mati untuk mempertahankan NKRI...
ReplyDeletehati-2 dgn as negara yang melukan tehnik dan strategi politik standar ganda seperti yg udah lalu karna begitulah negara dajjal mengekploitasi kekayaan negara lainx
ReplyDeleteRakyat Indonesia selalu siap menjaga keutuhan NKRI.
ReplyDeletemakanya agan2 yang pade rame di DPR cuekin aja..pokoknya alutsista kuatinn teruss...bila perlu perkuat kerjasama denga China dan Rusia..dalam sejarah pan jelas,,kita pernah ditakuti lawan dan disegani kawan waktu kerjasama ame Uni Sovyet...lanjut NKRI HARGA MATI
ReplyDeletePosisi Papua sudah sangat kritis dalam NKRI,Hal ini terlihat dengan didaftarkannya kemerdekaan Papua Barat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu lalu, menurut Hariyadi Wirawan pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia: Asing akan tetap melibatkan diri dengan urusan Papua (baca selengkap nya pada blok ini : Sunday, March 11, 2012
ReplyDeleteAS Siap Kirim Pasukan untuk Memerdekakan Papua). Saya sangat setuju program Transmigrasi pada tulisan sebelumnya terutama untuk menjaga kemungkinan jajak pendapat kemerdekaan papua, kirim transmigrasi dari maluku, flores dan lain-lain yang ras nya hampir sama warna kulitnya. Moderenisasi Persenjataan Meliter Kita hingga kapanpun, bangun pusat-pusat komando/ Pusat pertahanan rahasia di papua termasuk dipedalaman hutan/dalam laut papua,ide pembentukan armada tempur yg baru ( misal dilaut armada laut samudra hindia, pasifik dll). Disamping persenjataan dimoderenisasi, kita harus mengubah haluan politik yang sudah usang dengan dibuat Aliansi pertahanan dengan mempunyai daya gentar kekuatan meliter yg ditakuti, seperti rusia, china dll guna untuk posisi supaya disegani (Berganing )dan negara lain tak berani menganggu kedaulatan indonesia, diplomasi persahabatan dengan amrik tetap berjalan, kita tak bisa pungkiri kekuatannya, yang paling terpenting mobilisasi rakyat indonesia siap untuk mati untuk NKRI, kita punya historis perjuangan rakyat yang menjadi psikologis rakyat indonesia siap bela negara.Satu lagi yang ingin saya tambahkan rubah kembali nama papua menjadi Propinsi Irian Jaya, agar dokumen negara kita dan di PBB historisnya tetap sampai generasi akan datang. Tulisan ini semoga jadi masukan bagi petinggi meliter kita,mengingat ke ikut sertaan orang tua kami dalam perjuangan kemerdekaan RI dan paman kami sebagai prajurit TNI AD yang ikut turut pembebasan Irian Barat yg pernah terjun payung di irian barat, sebagai anak kolong kami merasa terpanggil melalui tulisan ini, walau kami sipil jiwa kami tetap meliter, Merdeka
sby dan dpr telah tertipu dengan permainan amerika dalam menghibahkan pesawat tempur F16, padahal pesawat tersebvut sudah tidak dipakai lagi oleh mereka,,, kenapa di hibahkan ke indonesia... karena amerika sama sekali tidak menginginkan militer indonesia maju dengan membeli peralatan tempur rusia, jika terjadi konflik karena masalah papua dengan mudah tentara amerika yang berada di darwin australia menghancurkan pesawat F16 yang mereka hibahkan... sekali lagi buat pemimpin negeri ini dan DPR Pakai OTAK MU>>>> jangan pakai perasaan.... kayak perempuan aja lhoooo....
ReplyDeleteAPAPUN CARANYA NKRI TETAPLAH HARGA MATI. UNTUK PARA PEMIMPIN WAKIL RAKYAT SEMOGA KESADRAN MEREKA TERBUKA DEMI INDONESIA TERCINTA.
ReplyDeletePak SBY sbg keluaran besar akademi militer shrnya mampu menyelesaikan papua masih dlm NKRI, jangan samapai kalah dg suharto lulusan militer capa dan kalau anda kalah maka kami menyarankan AKMIL hrs dihapuskan dr Indonesia diganti dg baru yaitu ( Spesialis Militer Indonesia = SPESMI ).Setiap warga negara Indonesia, yg sdh berusia 17 tahun,sehat jasmani dan belum nikah boleh menjadi Spesmi.
ReplyDeleteAmerika keparat...setan dunia!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDelete