Pages

Thursday, December 15, 2011

DPR Sarankan Pemerintah RI Buat Tank Sendiri



PT Pindad sudah memiliki prototipe tank yang cocok untuk Indonesia.

JUM'AT, 16 DESEMBER 2011, 10:47 WIB
Anggi Kusumadewi


Leopard 2A6
VIVAnews – Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyarankan pemerintah Republik Indonesia untuk membuat tank-tank sendiri daripada membeli dari pihak luar. Sebelumnya, parlemen Belanda menolak untuk menjual tank Leopard lama milik mereka ke Indonesia, dengan alasan catatan Hak Asasi Manusia (HAM) RI yang buruk di mata mereka.

Tubagus mengaku heran mendengar kabar tersebut, karena sebelumnya pemerintah sama sekali tidak pernah mendiskusikan rencana pembelian tank Leopard dengan DPR. Politisi PDIP ini mengira pemerintah berniat membuat tank sendiri, tidak membeli dari luar negeri.

“Tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan PT. Pindad untuk membuat prototipe tank yang cocok di Indonesia. Sekarang, prototipe itu sudah jadi, jenis tank kelas menengah yang cocok untuk jalanan di Indonesia,” papar Tubagus kepadaVIVAnews, Jumat 16 Desember 2011.

 “Tinggal alat bidik dan meriam yang perlu dibeli, tapi fisik tank-nya sudah oke,” imbuhnya. Oleh karena itulah Tubagus mempertanyakan berubahnya rencana awal pemerintah. “Ini sedang berjalan, kok lantas ada kebijakan baru untuk membeli tank Leopard,” kata dia.

Kini, setelah parlemen Belanda menolak menjual tank Leopard mereka ke Indonesia, Tubagus meminta pemerintah RI kembali ke rencana awal mereka. “Kalau pemerintah mau konsekuen dengan program mereka, teruskan pembuatan di Pindad,” tegasnya. Menurutnya, memproduksi tank sendiri akan menguntungkan Indonesia dari banyak segi.

“Berikan kesempatan kepada anak Bangsa. Produksi dalam negeri sama artinya dengan memberi kesempatan Pindad untuk bisa berkembang, karena biaya yang dibelanjakan pemerintah akan kembali kepada negara, berhubung Pindad adalah perusahaan negara,” jelas Tubagus.

Tank Leopard tidak cocok

Tubagus mengatakan Leopard tergolong tipe tank yang paling canggih, dengan kapasitas 62 ton. Namun kapasitas tank yang berat inilah yang membuat rencana pembelian tank tersebut kontroversial dan menjadi perdebatan di antara ahli-ahli sistem persenjataan RI.

“Ini banyak dipersoalkan, karena kapasitas tank Leopard dianggap terlalu berat. Padahal, jalanan di Indonesia memiliki daya tahan dengan kapasitas rendah. Tank seberat 62 ton akan sulit bergerak di jalanan di Indonesia,” papar Tubagus.

Parlemen Belanda, Tweede Kamer, menolak menjual tank Leopard ke Indonesia, dengan alasan tidak ingin terlibat dalam pelanggaran HAM yang menurut mereka kerap terjadi di Indonesia. Mosi penolakan penjualan tank Leopard ke Indonesia, disampaikan oleh dua partai Belanda yang duduk di parlemen.

“Kita tahu mereka (RI) telah memporak-porandakan Aceh, Timor-Timur. Baru-baru ini juga terjadi kerusuhan di Papua,” kata Arjan El Fassed dari Partai Kiri Hijau yang menginisiasi mosi penolakan itu, seperti dikutip Radio Nederland Siaran Indonesia, Rabu 14 Desember 2011.

Minat Indonesia atas tank Leopard Belanda sebetulnya mendapat sambutan postif pemerintah Belanda, yang segera mengutus Menteri Pertahanan mereka, Hans Hillen, untuk menyampaikan hal tersebut kepada Tweede Kamer. Kementerian Pertahanan Belanda ingin menjual tank-tank Leopard lama mereka kepada Indonesia, sebagai bagian dari langkah penghematan besar-besaran.

Pasca penolakan parlemen Belanda, pengamat militer Indonesia Salim Said berpendapat, keputusan itu berpotensi mengganggu hubungan bilateral kedua negara. “Pasti (penolakan penjualan tank itu) akan berdampak. Apalagi situasi papua sedang menghangat. Banyak kecurigaan dari Indonesia bahwa ada elemen-elemen Belanda yang masih bermain di Papua,” terang Said.
• VIVAnews

6 comments:

  1. Tubagus Hasanuddin tampaknya kurang peka dan kurang paham masalah. Pertama, harusnya DPR mengomentari kelakuan rekan parlemennya di Belanda itu, atau bahkan memikirkan tindakan balasan agar kita nggak seenaknya diinjak2 gitu. Kedua, MBT (main battle tank) diperlukan untuk efek getar. Negara2 tetangga sudah atau akan punya, kita nggak bisa terus tertinggal dong, nanti diejek terus. Kalau tidak cocok dgn kondisi jalan, so what, emangnya MBT mau jalan2 di kampung? Kan bisa dinaekin truk. Ketiga, membikin tank tidak semudah membikin Anoa, yang "cuman" rangka besi dikasi mesin (bahkan AC aja pake AC rumah tangga). Oke lah kita mungkin perlu mulai membikin sendiri, tapi kebutuhan MBT tetap diperlukan segera. Salam.

    ReplyDelete
  2. Dg berdasarkan pd kemampuan pertahanan yg dimiliki negara tetangga,sekaligus utk menyetarakan kemampuan tsb, sudah seharusnya Indonesia memiliki tank sekelas MBT.

    Fungsi MBT selain sbg sarana bantuan tempur berupa artileri yg juga diperankan pasukan ARMED,namun juga berfungsi sbg sarana tempur di garis depan,khususnya utk menghadapi pertempuran tank lawan tank. Menghadapi pertempuran tank di garis depan,tentunya tdk akan cukup hanya dg menggelar pasukan infanteri,jelas peran MBT akan sangat signifikan hasilnya.

    Secara teknis,postur tank roda rantai dg roda mobil berbeda,terutama dlm hal penyebaran beban muatan. Pd roda rantai,beban muatan yg menimbulkan gaya kinetik di tanah/jalan tersebar merata n tdk tertumpu pd 1 titik. Sedangkan pd mobil,beban muatan hanya terkonsentrasi pd titik2 roda. Berdasarkan perbandingan tsb, tanah/jalan akan lebih mampu menopang beban kendaraan roda rantai dibanding roda biasa pd bobot muatan yg sama.

    Walaupun di daerah tropis spt Indonesia,MBT akan tetap bisa berfungsi dg baik walaupun berbobot 60 ton. Pada sisi lain,memang MBT dirancang utk medan berat.

    Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas,kehadiran MBT layak digunakan oleh Indonesia.

    Kejadian penolakan Parlemen Belanda terhadap penjualan MBT ke Indonesia,sebaiknya dijadikan pendorong kemandirian produksi alutsista,khususnya tank,yaitu dg scr konsisten pengembangan industri setrategis, dg memberi kesempatan seluas2nya kpd anak bangsa. Namun,guna mendorong kemandirian rancang bangun juga membutuhkan waktu.

    Dg demikian,utk mengisi kekosongan hingga industri strategis kita mampu membuat tank,maka pengadaan MBT dari luar negeri masih tetap perlu dilakukan guna tercapai MEF.. Indonesia Jaya.. Indonesia pasti bisa..

    ReplyDelete
  3. MBT 62 ton...benar2 gak cocok...daerah indo kebanyak tanah gembur...jangankan MBT, truck batubara lewat saja sudah menghancurkan jalan.

    ReplyDelete
  4. apa mungkin maunya DPR, semuanya biar DPR aja yang urus, gitu...?? biar bisa tentuin berapa harga nya, gitu..?? biar bisa di tambahin n di simpen buat "dana taktis pribadi", gitu...?? heran...?? kapan mikirin bangsa sih wakil rakyat kita yang "terhormat"...??

    ReplyDelete
  5. padahal Tubagus mantan AD,kok malah gak kompak.lihat tuh polisi yg sdh pensiunpun masih mendukung polisi yg militeristik dan menentang RUU kamnas.lagi pula jangankan MBT, tak ringan aja bl ada wujudnya..emang seperti buat lemper.wujudya bisa MBT,tp dalamnya baru sekelas mobil esemka.nggak ada perang?trus utk apa negara tatangga beli alat perang canggih.kl keadaan darurat emang mau lo yg ngawai tank buatan pindad berhadapn dgn leopard atau MBT nya malaysia?atau DPR harus disuap apel wasigton dl spy setuju ?

    ReplyDelete
  6. yang namanya MBT sudah dirancang untuk bertempur pada medan berat, bukan kah memang tujuan itu? ini militer bung, kita tak bisa memanjakan alutsista kia dengan alasan tanah ga cocok lah dll, kalau memang mau bettle broven ya leopard wajar main di becek2 ini, ini tank bung, bukan mobil buat liburan keluarga.

    ReplyDelete

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK