Pages

Monday, February 21, 2011

Dua Pilot Libya Membelot Diinstruksikan Mengebom Tripoli

Dua pilot Angkatan Udara Libya mendaratkan pesawat mereka di Malta dan mencari suaka politik dari pemerintah Malta setelah mereka mengaku diinstruksikan untuk menyerang kumpulan masa yang berdemo anti-rezim Muammar Gaddafi, di Tripoli.
Dua jet itu mendarat kemarin (21/2) di Malta dan para pilotnya meminta suaka politik di tengah serangan brutal rezim Gaddafi terhadap rakyatnya.
Pilot Libya itu menyatakan kepada pihak berwenang Malta bahwa mereka membelot dari instruksi atasan untuk membombardir warga yang berdemo
Namun televisi nasional Libya mengutip keterangan putra Gaddafi, Seiful Islam, menyebutkan bahwa serangan udara yang dimaksud menarget kawasan terpencil, jauh dari perumahan. Targetnya adalah sebuah gudang amunisi. Seiful Islam juga menyangkal bahwa jet-jet tempur Libya menyerang para demonstran di Tripoli dan Benghazi.
Adapun televisi Aljazeera sebelumnya melaporkan bahwa jet tempur Libya telah menghujani para demonstran di Tripoli dengan peluru tajam kemarin (senin, 21/2). Televisi yang berbasis di Qatar itu mengutip keterangan para saksi mata.
Adel Mohamed Saleh, seorang saksi mata saat diwawancarai langsung mengenai serangan jet dan helikopter tempur militer Libya mengatakan, "Apa yang kami saksikan hari ini sungguh tidak terbayangkan. Helikopter dan pesawat tempur membombardir wilayah satu persatu tanpa belas kasihan. Banyak yang mati. Mereka akan menembak siapapun yang bergerak, bahkan meski di dalam mobil mereka, mereka akan menembak Anda."
Muhammad Abdul-Malek, seorang aktivis oposisi Libya yang berada di London setelah mengontak warga di Tripoli mengatakan, "Jet-jet tempur tempur Libya terbang rendah di atas ibukota pada malam hari sementara para penembak jitu juga ditempatkan di atap gedung-gedung, yang tampaknya dalam upaya menghentikan masuknya warga dari luar ibukota untuk bergabung dengan protes di Tripoli."
Jaringan komunikasi ke ibukota telah diputus dan kini warga tidak bisa lagi menerima telepon dari luar negeri.
Julien Barnes-Dacey, seorang analis di di lembaga konsultan Control Risk di London menilai serangan udara tersebut merupakan indikasi akhir yang dekat bagi rezim Muammar Gaddafi.
Dikatakannya, "Ini benar-benar merupakan tanda akhir dan keputusasaan. Jika Anda membom ibukota negara Anda sendiri, maka sulit terbayangkan Anda akan dapat bertahan." (IRIB/MZ)

IRIB

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK