Wednesday, October 20, 2010
Sistem Pemantau Nusantara
Memiliki belasan ribu pulau yang tersebar luas dan kerap kali tertutup awan, tidak mudah bagi Indonesia memantau kondisi sumber daya alamnya secara menyeluruh sepanjang tahun. Penginderaan jauh sistem radar dapat mengatasi kendala itu. Namun, sistem tersebut telah berkembang jauh.
Sistem observasi jarak jauh ini telah dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan dengan menggunakan pesawat tanpa awak dan satelit kecil.
Observasi permukaan bumi dalam segala cuaca ini memerlukan keandalan sistem, baik pada sensor maupun wahana yang menjadi tumpangannya. Untuk sistem pemantauan yang berfungsi sebagai ”mata”, penggunaan Synthetic Aperture Radar (SAR) di Indonesia terbukti dapat berfungsi baik untuk memetakan wilayah yang tertutup awan.
Sensor ini bukan hanya digunakan di wilayah Nusantara yang sebagian besar wilayahnya selalu tertutup awan. Dan, karena bekerja sama dengan gelombang radio, sensor ini dapat dioperasikan pada malam hari sehingga 24 jam dapat digunakan untuk mengamati permukaan bumi dan informasi lapisan bumi di dalamnya.
Apabila sensor optik seperti kamera hanya mengetahui informasi permukaan bumi saja, sensor SAR dapat digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi di kedalaman sampai beberapa meter dari permukaan bumi, tergantung dari kondisi permukaan dan gelombang mikro yang digunakan oleh sensor ini.
Sistem SAR ini dikembangkan lebih lanjut oleh Josaphat Tetuko Sri Sumantyo dari Center for Environmental Remote Sensing, Universitas Chiba, Jepang. Sensor baru ini disebut Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR).
Beberapa kelebihan dapat dicapai pada CP-SAR dibandingkan sensor radar konvensional. ”Dengan sistem SAR yang lama digunakan beberapa antena. Untuk menyimpan citra diperlukan dua memori dan unit penyuplai daya berukuran besar. Sedangkan sistem baru hanya menggunakan daya lebih kecil sehingga sistem tersebut lebih kecil dan ringan,” kata Josaphat.
Ringannya alat tersebut dicapai CP-SAR yang hanya menggunakan satu antena. Dengan pengembangan sistem sensor yang baru tersebut, aplikasinya untuk kegiatan search and rescue (SAR) dapat lebih cepat untuk menampilkan citra hasil penginderaan jauh.
Dengan CP-SAR dapat dilakukan sistem pantulan gelombang melingkar. Datanya dapat langsung diklasifikasi oleh stasiun penerima citra. Pada sistem SAR lama, analisis citra satelit memakan waktu beberapa hari.
Sistem ini dikembangkan Josaphat sejak 2005. Peneliti yang pernah bergabung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini juga mengembangkan aplikasi SAR pada satelit dan pesawat tanpa awak. Uji coba sensor pada simulasi pesawat tanpa awak telah dilakukan di Jepang pada 2008.
Josaphat berharap, pengujian sensor CP-SAR dengan wahana satelit dapat dilakukan pada 2014 sejalan dengan program Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang menargetkan peluncuran roket pengorbit satelit empat tahun mendatang.
Untuk aplikasinya pada wahana satelit dan pesawat tanpa awak, Josaphat bekerja sama dengan peneliti dari Lapan. Uji coba SAR yang baru ini dengan menggunakan pesawat tanpa awak akan dilakukan Desember mendatang di stasiun peluncuran roket di Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat, dan Bandara Margahayu, Bandung.
Sementara itu, uji coba di Jepang akan dilakukan di Shikabe Hokkaido dan Pulau Iwojima.
Pesawat tanpa awak
Pemantauan permukaan bumi dari udara untuk berbagai keperluan telah lama dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang dan satelit. Selain itu, dikembangkan pula pesawat terbang tanpa awak (PTTA).
Wahana tak berpilot ini dari beberapa aspek memiliki kelebihan dibandingkan dua sarana tersebut. Untuk kegiatan survei udara, PTTA biaya produksinya lebih rendah. Wahana nir-awak ini mampu menjelajah medan berbahaya yang tidak mungkin dilakukan pesawat biasa, seperti terbang rendah untuk pemantauan wilayah kebakaran hutan dan wilayah perbatasan.
Saat ini telah ada empat prototipe PTTA, termasuk model unmanned aerial vehicle (UAV-530). Tiga prototipe lainnya dibuat oleh ITB, Robo Aero Indonesia, dan UAVindo.
Pembuatan UAV-530 sendiri merupakan program riset khusus bidang teknologi pertahanan di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang melibatkan instansi pemerintah dan swasta nasional, di antaranya Lapan, BPPT, Balitbang TNI AU, dan Balitbang Kementerian Pertahanan. Untuk komponennya, rancang bangun, dan rekayasanya didukung PT Pindad, PT LEN Industri, PT Dirgantara Indonesia, dan ITB. Program ini dimulai Maret 2007 dan berakhir tahun ini.
Pesawat UAV-530 memiliki beberapa kelebihan, yaitu struktur sayap dapat dilipat sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil. ”Untuk pemantauan yang memerlukan terbang lambat, sayap itu direntangkan dengan sistem kendali jarak jauh,” kata Hari Purwanto, Staf Ahli Menristek Bidang Hankam.
Pesawat tersebut dikendalikan melalui sistem komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted vehicle (RPV). Pada UAV-520 ada dua sistem komunikasi, yaitu sistem kendali dan kamera yang secara real time menampilkan citra di layar monitor di darat.
Sebelum mencapai tahap UAV-530, hingga Desember 2007 telah disiapkan tiga prototipe berkecepatan rendah dan berkecepatan tinggi. Prototipe berkecepatan rendah hingga 180 km per jam. Wahana tanpa awak ini mampu melayang di atas ketinggian sekitar 1 km dan radius operasional 15 km.
Prototipe kedua memiliki kecepatan 380 km per jam dengan kemampuan jelajah di atas ketinggian 1 km. Dua prototipe PTTA ini menggunakan minyak tanah. Namun, UAV-530 menggunakan avtur seperti pesawat terbang umumnya.
Sumber: KOMPAS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...
BACA JUGA:
-
▼
2010
(1649)
-
▼
October
(276)
- Jabatan Ketua ASEAN Harus Jadi Posisi Tawar Indonesia
- Staf Khusus Bantah Pemerintah Lamban Atasi Bencana
- ST Marine Pamerkan Konsep LHD
- RI-Singapura Rayakan 30 Tahun Kerja Sama Angkatan ...
- Negosiasi Secangkir Kava di Sirec
- Mematangkan Perencanaan Menuju Pertahanan yang Tan...
- Inggris, Prancis di Ambang Kemitraan Pertahanan Am...
- Frigate Baru AL India Akan Tembakan BrahMos
- Polri dan PDRM Selidiki Abu Sayyaf
- Indonesia Butuh Armada Pesawat Ampibi
- Indonesia Harapkan Rusia Dorong Perundingan Enam P...
- Presiden Persilakan Negara Sahabat Bantu Rekonstru...
- Presiden Persilakan Negara Sahabat Bantu Rekonstru...
- Obama Datang, TNI Siapkan Tentara Terbaik
- Presiden: Rencana Utama Keterhubungan Nasional Sel...
- 2 KRI Pengangkut Bantuan Tiba di Mentawai
- Anggota Kopassus Belajar HAM
- TNI Bangun MCK Bagi Pengungsi Merapi
- TNI AU Kirim Helikopter ke Mentawai
- Pengamat Rusia : Yak-130 bisa menang tender Untuk ...
- Pidato Obama di Indonesia soal Islam dan Demokrasi
- Indonesia Resmi Ketua ASEAN
- Indonesia Ingin Ekspor Senjata ke Vietnam
- Indonesia Macan Asia …? Pada Kompas, Sabtu 2 Agust...
- Dampak Militerisme Jepang Dibahas di Jakarta
- Danjen Kopassus: Video Kekerasan Harus Jadi Pelajaran
- Indonesia Usulkan Integrasi Kerjasama ASEAN-PBB
- Pasukan Korut Tembak Pos Militer Korsel
- TNI Siagakan Empat KRI untuk Mentawai
- KASAD: Tiga Batalyon TNI AD Dikerahkan ke Lokasi B...
- TNI AD Kembali Jawara AARM 2010
- Singapore Takes Part in Exercise Bersama Padu 2010
- 400 Marinir Berangkat ke Wasior
- Rusia Uji Coba Tiga Rudal Strategis
- KRI Soeharso Tetap Bertolak ke Wasior
- Bom Nuklir Kini Tak Butuh Misil, Cukup Taruh di Ka...
- Medvedev dan Obama Akan Bertemu di Jepang
- NATO, Antara Gitar, Google, dan Senjata
- Militer Korsel Siaga Penuh
- Ambisi Nuklir Burma Bahayakan Wilayah ASEAN, Terma...
- Peneliti CSIS: Bom Nuklir Tak Berguna, Cuma Untuk ...
- Perbatasan Malaysia Tak Ingin Indonesia Tumbuh
- Norwegia tawarkan 4 Hercules seharga US$ 66 juta ...
- TNI Kerahkan 6 Kapal dan 2 Hercules untuk Bantu Ko...
- Sistem Pertahanan Rudal AS Dipindah ke Turki
- Russia, India to begin design of 5G-fighter in Dec...
- Kepolisian Malaysia Tangkap Militan Aceh
- Daya Tempur Udara Masih Butuh Kerja Keras
- Sukhoi TNI AU Mempunyai Kemampuan Diatas Negara Te...
- TNI AD Kerahkan Dua Batalyon di Mentawai
- Awasi Perairan Yang Disengketakan, China Perkuat A...
- TNI AL Kirim Bantuan Korban Gempa Mentawai
- KRI Dewaruci Pererat Hubungan TNI-AL Dengan India
- KRI Soeharso Batal ke Wasior Menuju Mentawai
- TNI-AU Perlu 10 Skuadron
- China Merambah Timor Leste, Australia Iri
- Rusia Inginkan Kesamaan Dalam Perisai Rudal NATO
- Indonesia Layak Masuk Kelompok BRIC
- RI-Vietnam Tandatangani MoU Kerjasama Pertahanan
- Dialihkan ke Mentawai, KRI Soeharso Batal ke Wasior
- KSAD Korea Selatan Temui Panglima TNI
- No title
- Pesawat Tanpa Awak Pantau Perbatasan
- TNI AL Awasi Laut China Selatan dan Natuna
- Lima Kapal Penghancur Koarmabar Siaga di Perbatas...
- RSF Kecam Kebijakan AS Tekan Wikileaks
- Satuan Kapal Cepat Perkuat Koarmabar
- Publikasi Wikileaks ancam pasukan AS
- Salut! Pelajar Indonesia Kembali Ukir Prestasi Int...
- Litbang TNI AU Ujicoba Payung Udara Barang
- Presiden Meminta Kementerian dan Lembaga Negara La...
- Polisi Sita 6.980 Detonator dari WN Malaysia
- Athan Australia Kunjungi Lanud Adisutjipto
- Analis : Meningkatnya Alutsista Indonesia
- Kemhan Ingin Bangun Alutsista Multipurpose Untuk D...
- Menteri Harus Dukung Modernisasi Alutsista
- "Bapak Presiden Mengatakan `Court Marshall"
- KRI Karang Unarang-985 Akhiri Pengabdian
- KODE NUKLIR Salah Pencet, Hancur Dunia!
- INDOBATT PERINGATI HUT KOMANDO PASKHAS TNI ANGKATA...
- Kenapa Israel Diam Ketika US Menjual Alutsista Ke ...
- PM Malaysia Tentang Debat Ras "Destruktif"
- Korea Selatan Target Ekspor Alutsista
- AS: Iran Inginkan Bank di Negara Muslim Untuk Hind...
- Pangdam Ingatkan Kemungkinan Skenario Asing di Ind...
- Para Analisis India Menyarankan Pembelian F-35
- RI Siapkan 120 Hektar Lahan untuk Kerjasama Perkap...
- ASEAN Perlu Waspadai Prediksi Perang Pasifik II
- Indonesia Harus Miliki "Blue Water Navy"
- Sistem Pemantau Nusantara
- IAEA Akui Kesiapan Indonesia Bangun PLTN
- KRI Teluk Amboina-503 Angkut Pasukan ke Merauke
- China Tawarkan RI Bekerjasama di Bidang Pertahanan
- Indonesia set to continue buying arms from Russia
- Indonesia Melanjutkan Pembelian Alutsista Dari Rusia
- Tambah Anggaran Alutsista Rp 50 Triliun, Pemerinta...
- US buys Russian helicopters for Afghanistan
- Menhan Serahkan 3 Heli ke TNI AD
- Inggris Pertahankan Program Nuklir Trident
- Patroli Terkoordinasi ke-16 India–Indonesia 20 Okt...
-
▼
October
(276)
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK