Pages

Saturday, October 9, 2010

Angkatan Udara China dan Turki Adakan Pelatihan Bersama

Washington (ANTARA/Reuters) - Angkatan udara China dan Turki telah melakukan pelatihan bersama, dalam kegiatan yang tampaknya akan menjadi pelatihan pertama sejenisnya yang melibatkan Beijing dan sebuah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Turki telah menjamin Amerika Serikat negara itu akan "berhati-hati sepenuhnya" untuk melindungi teknologi AS dan NATO yang sensitif, kata Letnan Kolonel AD AS Tamara Parker, seorang jurubicara Departemen Pertahanan AS, Jumat.
Ia melukiskan pemerintah Turki sebagai berkomitmen pada aliansi NATO dan keberlanjutan hubungan yang kuat dengan AS.
"Sepanjang pengetahuan kami yang pasti, pesawat tempur F-16 buatan AS tidak dilibatkan dalam pelatihan itu," kata Parker. Ia merujuk seorang penilpun ke pemerintah Turki untuk memperoleh perincian mengenai manuver itu.
Kantor atase pertahanan Turki di Washington tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.
Menurut laporan-laporan pers Turki, pelatihan itu terjadi pada 20 September hingga 4 Oktober di pangkalan udara Konya di wilayah Anatolia di Turki tengah.
Beberapa pakar AS melukiskan pelatihan itu sebagai menekankan kemampuan China untuk beroperasi melewasti wilayahnya.
David Finkelstein, direktur Studi China di kelompok riset CNA di Alexandria, Virginia, mengatakan, mungkin akan menjadi yang pertama kali angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China terlibat dalam pelatihan gabungan dengan sebuah negara NATO.
"Sesungguhnya, ekspedisi PLA yang baru mulai sedang dilakukan," kata Finkelstein.
Pejabat Pentagon lainnya, yang minta tidak disebutkan namanya, mengatakan indikasi yang ada bahwa angkatan udara Turki telah menerbangkan pesawat-pesawat tempur Phantom F-4, yang digunakan secara luas pada saat Perang Vietnam, sementara China menerbangkan SU-27 buatan Rusia.
Manuver China-Turki itu terjadi sebelum kunjungan ke Turki pekan ini oleh Perdana Menteri Wen Jiabao. Turki dan China bermaksud melipat-tigakan perdagangan dua arah menjadi senilai 50 miliar dolar setahun pada 2015 berdasar "kemitran strategis" baru, kata Wen pada konferensi pers di Ankara, Jumat, dengan Perdana Meneri Turki Tayyip Erdogan.
James Clad, wakil pembantu menteri pertahanan untuk Asia dari 2007 hingga 2009, menyatakan, pelatihan itu menekankan kebijakan luar negeri "barmacam arah" Turki.
Ketidaksenangan Turki dan dunia Muslim terhadap kebijakan China di China barat "tidak akan hilang segera", tambah Clad, yang sekarang bekerja di Universitas Pertahanan Nasional Kementerian Pertahanan.
Hubungan Turki dengan China tegang kadang-kadang, khususnya karena pendekatan keras Beijing pada kerusuhan di Xinjiang, yang menampung etnik minoritas Muslim Turki Uighur China.
"Tampaknya Turki memilih untuk menanggapi tawaran dari China yang, dengan pembatasan teknologi yang tepat, dapat terbukti bermanfaat dalam menilai kemampuan udara China," kata Clad.

YAHOO/ANTARA

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK