Pages

Saturday, January 14, 2012

Skadron Elang Katulistiwa siap tempur dan Pesawat Tanpa Awak Pun Akan Dipersenjatai

Sungai Raya – Pesawat tempur Hawk
di Skadron Elang Khatulistiwa siap
tempur dan menghalau penyusup,
sebagaimana pencegatan pesawat
Falcon 900 yang ditumpangi Wakil PM
Papua Niugini, Belden Namah,
November tahun lalu, oleh Shukoi
TNI AU.
“Pesawat tempur ini harus standby
selama 24 jam. Jika dibutuhkan,
dengan cepat pesawat Hawk 100-200
ini akan bergerak,” ungkap Kolonel
(Pnb) Kustono SSos, Danlanud
Supadio kepada Yuniardi dari Equator
di ruang kerjanya, Kamis (12/1 ).
Skadron Elang Khatulistiwa yang
berpangkalan di Lanud Supadio
memang disiapkan untuk menjaga
kedaulatan NKRI. Dengan pesawat
Hawk 100-200, setiap harinya
menyiapkan flight pesawat tempur.
Sehingga jika sewaktu-waktu ada
pesawat asing tanpa izin melintas
masuk ke wilayah udara Indonesia,
jajaran Komando Pertahanan Udara
Nasional (Kohanudnas), dalam hal ini
Pos Sektor (Posek) 1, bisa langsung
meng-airborne-kan pesawat hawk
dari Pontianak untuk mengidentifikasi
pesawat asing yang melintas.
“Pesawat hawk ini akan segera
diberangkatkan untuk
mengidentifikasi. Sedangkan untuk
penindakannya, tentu saja semua
tergantung perintah dari panglima,”
tegas Kustono.
Kesiapan 24 jam, menurutnya, untuk
mengidentifikasi dan menyampaikan
laporan saja. Apakah itu diusir,
dipaksa mendarat, atau yang lainnya,
mengingat ada klasifikasi yang harus
dilaksanakan.
Tentu saja pihak Lanud Supadio akan
berkoordinasi dengan Posek 1 yang
ada di Jakarta. Koordinasi dibantu
monitoring menggunakan radar sipil
yang ada di Angkasa Pura khususnya
di wilayah udara Kalimantan Barat
dan sekitarnya. Pasalnya TNI AU yang
ada di Kalimantan belum memiliki
radar.
“Radar sipil yang ada di Angkasa Pura
ini sudah terintegentrasi (koneksi)
dengan Kohanudnas di Jakarta,”
katanya.
Makanya, kendala Lanud Supadio saat
ini adalah belum memiliki radar untuk
memonitoring wilayah pertahanan
udara khususnya di Kalimantan Barat.
Untunglah radar sipil milik Angkasa
Pura bisa digunakan.
Selain itu, Skadron 1 juga selalu
melaksanakan latihan rutin, di
antaranya latihan terbang malam.
Tujuannya untuk meningkatkan
profesional para penerbang dalam
mengantisipasi kemungkinan akan
terjadi gangguan, ancaman serta
pelanggaran wilayah kedaulatan
hukum nasional oleh pihak lain.
Sebab, lanjut Danlanud, untuk
meningkatkan dan mempertahankan
kemampuan serta tetap
terpeliharanya keahlian terbang, para
penerbang tentunya membutuhkan
latihan yang berkesinambungan.
Terbang dengan kondisi cuaca
maupun situasi siang ataupun
malam. Dengan begitu para
penerbang dapat mengatasi berbagai
tantangan tugas yang dihadapi.
“Bagi para penerbang tempur,
terbang malam bukan merupakan hal
yang luar biasa. Namun perlu untuk
pembiasaan terutama pada saat
lepas landas dan mendarat yang
sangat mengandalkan instrumen yang
ada. Di samping visual dengan alat
bantu lampu penerangan di dua sisi
landasan. Untuk itu para penerbang
dituntut lebih teliti dan hati-hati
dalam menerbangkan pesawat serta
melakukan manuver-manuver
tertentu,” paparnya.
Tak hanya itu. Menjaga wilayah
perbatasan di Kalimantan Barat,
Lanud Supadio Pontianak akan
diperkuat dengan pesawat tanpa
awak. “Pesawat tanpa awak di
Pangkalan Udara Supadio diarahkan
untuk memperkuat kemampuan
pemantauan termasuk daerah
perbatasan di Kalimantan Barat.
Bahkan juga dioperasikan untuk
pengawasan di pulau Kalimantan,”
katanya sembari mengatakan kalau
pesawat tersebut juga dapat
dipersenjatai serta dilengkapi dengan
peralatan pendeteksi untuk kondisi
malam dan siang hari.
Sumber : Equator news

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK