Pemerintah Jerman yang dituding menjual senjata dan logistik militer kepada rezim diktator dan mendukung pemerintahan anti-demokrasi di berbagai kawasan termasuk Afrika Utara dan Timur Tengah, kini berniat menjual 200 unit tank moderennya, Leopard, kepada Arab Saudi.
IRNA mengutip laporan Speigel menyebutkan, Berlin dengan keputusannya menjual persenjataan beratnya kepada negara-negara despotik termasuk Arab Saudi, pada hakikatnya telah menyatakan dukungan terhadap rezim-rezim tersebut.
Dewan Keamanan Federal Jerman yang dianggotai oleh kanselir, menteri pertahanan, dan menteri luar negeri itu, pekan lalu menyetujui penjualan senjata berat ke Arab Saudi.
Arab Saudi menyatakan ingin membeli lebih dari 200 armada tank Leopard 2A7+ namun, Berlin hanya menyetujui penjualan 200 unit saja.
Speigel menambahkan, industri persenjataan Jerman berharap dapat kembali sigenjot dengan transaksi senjata senilai milyaran melalui penjualan tank baru, model lama, atau bekas.
Pemerintah Riyadh telah terlebih dahulu melakukan negosiasi langsung dengan perusahaan senjata milik Amerika Serikat yang berada di Spanyol yang memegang hak produksi tank tersebut. Kini Arab Saudi langsung berhubungan dengan perusahaan utama produsen tank Leopard di Jerman.
Menurut Speigel, pemerintahan Berlin sebelumnya, berulangkali menangguhkan pembelian tank-tank tersebut kepada Arab Saudi karena pertimbangan keamanan rezim Zionis Israel. Namun kini tampaknya, Israel tidak menganggap tank tersebut sebagai ancaman.
Speigel menambahkan, penjualan senjata-senjata berat itu disepakati di saat Raja Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir tidak menunjukkan peran damainya di kawasan dan bahkan membantu menumpas protes damai rakyat Bahrain.
Dalam iklan videonya, disebutkan bahwa tank Leopard dapat menakut-nakuti demonstran dan dapat membersihkan rintangan yang menghadang jalannya. Tank tersebut merupakan salah satu unggulan ekspor senjata Jerman dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Di Jerman, tercatat 80 ribu orang bekerja di bidang industri persenjataan dan industri terkait. Perusahaan-perusahaan senjata dan militer Jerman memiliki peran besar dalam transaksi senjata di tingkat global, dengan banyak menjual tank bekas dan model-model lama.
Berdasarkan data Pusat Perdamaian Stockholm, Swedia, antara tahun 2006 hingga 2010, negara pengimpor terbesar senjata dari Jerman adalah, Yunani dengan 15 persen, Afrika Selatan dengan 11 persen, Turki dengan 10 persen, Korea Selatan sembilan persen, dan Malaysia dengan tujuh persen.
Sejak tahun 1998, Jerman berhasil mendongkrak tingkat ekspor persenjataannya, dan jika sebelumnya berada di urutan kelima, pada tahun 2009 Jerman menduduki posisi ketiga. Adapun Amerika Serikat dan Rusia tetap menduduki posisi pertama dan kedua.
(IEIB/MZ/AR)
IRIB
IRNA mengutip laporan Speigel menyebutkan, Berlin dengan keputusannya menjual persenjataan beratnya kepada negara-negara despotik termasuk Arab Saudi, pada hakikatnya telah menyatakan dukungan terhadap rezim-rezim tersebut.
Dewan Keamanan Federal Jerman yang dianggotai oleh kanselir, menteri pertahanan, dan menteri luar negeri itu, pekan lalu menyetujui penjualan senjata berat ke Arab Saudi.
Arab Saudi menyatakan ingin membeli lebih dari 200 armada tank Leopard 2A7+ namun, Berlin hanya menyetujui penjualan 200 unit saja.
Speigel menambahkan, industri persenjataan Jerman berharap dapat kembali sigenjot dengan transaksi senjata senilai milyaran melalui penjualan tank baru, model lama, atau bekas.
Pemerintah Riyadh telah terlebih dahulu melakukan negosiasi langsung dengan perusahaan senjata milik Amerika Serikat yang berada di Spanyol yang memegang hak produksi tank tersebut. Kini Arab Saudi langsung berhubungan dengan perusahaan utama produsen tank Leopard di Jerman.
Menurut Speigel, pemerintahan Berlin sebelumnya, berulangkali menangguhkan pembelian tank-tank tersebut kepada Arab Saudi karena pertimbangan keamanan rezim Zionis Israel. Namun kini tampaknya, Israel tidak menganggap tank tersebut sebagai ancaman.
Speigel menambahkan, penjualan senjata-senjata berat itu disepakati di saat Raja Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir tidak menunjukkan peran damainya di kawasan dan bahkan membantu menumpas protes damai rakyat Bahrain.
Dalam iklan videonya, disebutkan bahwa tank Leopard dapat menakut-nakuti demonstran dan dapat membersihkan rintangan yang menghadang jalannya. Tank tersebut merupakan salah satu unggulan ekspor senjata Jerman dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Di Jerman, tercatat 80 ribu orang bekerja di bidang industri persenjataan dan industri terkait. Perusahaan-perusahaan senjata dan militer Jerman memiliki peran besar dalam transaksi senjata di tingkat global, dengan banyak menjual tank bekas dan model-model lama.
Berdasarkan data Pusat Perdamaian Stockholm, Swedia, antara tahun 2006 hingga 2010, negara pengimpor terbesar senjata dari Jerman adalah, Yunani dengan 15 persen, Afrika Selatan dengan 11 persen, Turki dengan 10 persen, Korea Selatan sembilan persen, dan Malaysia dengan tujuh persen.
Sejak tahun 1998, Jerman berhasil mendongkrak tingkat ekspor persenjataannya, dan jika sebelumnya berada di urutan kelima, pada tahun 2009 Jerman menduduki posisi ketiga. Adapun Amerika Serikat dan Rusia tetap menduduki posisi pertama dan kedua.
(IEIB/MZ/AR)
IRIB
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK