Bulan Maret
2012 merupakan bulan bersejarah bagi Pustekbang dan khususnya Tim UAV, karena
pada bulan itu untuk pertama kalinya
dilakukan uji terbang UAV hasil manufaktur para engineer Pusat Teknologi
Penerbangan bekerja sama dengan Industri Kecil Menengah (IKM). Bertempat di
Bandara Nusawiru, Pangandaran, pada tanggal 8 s/d 10, uji terbang dilakukan
pada dua unit UAV hasil didesain sendiri yang di manufaktur oleh IKM
(FADEX), dan hasil didesain IKM yang
dimanufaktur oleh para engineer dan teknisi Pustekbang (Zen 1). Serta dilakukan
pula uji terbang Airborne RS dan Skywalker pada sesi uji terakhir. Selain uji
terbang hasil desain dan manufaktur, diuji juga sistem avionic seperti: sistem
navigasi dan control (way point test), sistem telemetri dan tracking (TTC) long
range dengan Mobile TTC, data handling dan sistem payload camera lengkap dengan
sistem gymbalnya.
Uji terbang
sistem kendali navigasi arah (way point system) dilakukan pada R Botix system
yang bersifat autonomous arah terbang dengan menggunakan pesawat Zen 1 yang
memang didedikasikan untuk test bed sistem avionic. Pesawat ini berukuran
sedang dengan kemampuan terbang sampai ketinggian 800 m, air speed hingga 90
km/jam dan endurance hingga 2.5 jam. Pesawat ini seterusnya akan digunakan
untuk aplikasi nyata seperti untuk pertanian, mitigasi bencana, pemantauan
iklim dan lain-lain, bergantung bagaimana sistem payload dan avionic yang akan
dimuatkan ke pesawat tersebut. Para
engineer Pustekbang telah berhasil melakukan manufaktur Zen 1 setelah pada tahun
lalu mengambil kursus untuk membuat ulang pesawat yang belum di beri nama
tersebut di Bandung. Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam dunia
UAV di Pustekbang.
FADEX (First
Aircraft Design Experiment) merupakan pesawat dengan enginee turboshaft yang
diharapkan menjadi embrio untuk pengembangan High Speed Surveillance System
(HSSS) yang mempunyai misi untuk melakukan pengintaian, pemotretan secara cepat
dan tepat dan kembali dengan cepat pula. Dalam uji pertama FADEX dilakukan uji
taksi-taksi untuk menguji kekuatan landing gear, kecepatan awal, maneuver
sederhana secara ground test, dan tentunya menguji enginee secara terintegrasi.
Dalam hitungan desain, pesawat ini diharapkan terbang dengan kecepatan minimal
160 km/jam, dengan kemampuan membawa payload hingga 12 kg. Dengan kondisi
tersebut lama terbang (endurance) awal yang bisa dilakukan adalah sekitar 1 –
1.5 jam.
Uji terbang
Airborne RS dilakukan dengan memberi beban antara 10 hingga 15 kg. Pesawat
Airborne RS ditujukan untuk mampu menerbangkan muatan Centralized
Polarization-Syntetic Aperture Radar (CP-SAR) dengan berat sekitar 20 kg yang
merupakan muatan experiment dari Chiba University. Pesawat dengan bentang
hampir 3.5 meter ini berhasil take off dengan mulus, dan menjalani uji
kesetimbangan terbang baik pada posisi crusing maupun loiter beberapa kali
sampai akhirnya landing dengan mulus juga, pada uji terbang berikutnya akan
ditempatkan autonomous system di dalam system elektroniknya.
Pada sesi
pengujian terakhir dilakukan uji terbang pesawat skywalker untuk persiapan
aplikasi pemotretan kubah Gunung Merapi bulan depan. Pengujiannya meliputi
pemotretan dengan sistem payload camera lengkap dengan sistem gymbalnya dan
terbang selama hampir 1 jam full autonomous dengan mengikuti jalur yang telah
ditentukan.
Banyak
pengalaman yang didapat dari Uji Terbang pertama ini, dari masalah sistem
navigasi arah, sistem uji coba, pemotretan sampai manajemen uji coba untuk autonomous
system. Langkah awal ini cukup membuat kita yakin bahwa para engineer mampu
menguasai teknologi UAV tersebut.
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK