9 Mei 2012, Jakarta: Kepala Pusat
Komunikasi Publik Kementerian
Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind
Asrin mengatakan saat ini belum ada
bantuan atau hibah alat utama sistem
persenjataan (alutsista) dari negeri
Cina kepada Indonesia.
"Tetapi Cina sudah merencanakan
(untuk) memberi bantuan
(alustsista)," kata Hartind di kantor
Kementerian Pertahanan, Jakarta,
Selasa, 8 Mei 2012, malam. Namun, ia
belum mengetahui persis bentuk
hibah alutsista yang akan diberikan
Cina.
Menurut Hartind, saat ini petinggi-
petinggi negeri tirai bambu masih
melakukan berbagai kunjungan ke
Indonesia untuk mengetahui
kebutuhan alutsista di Indonesia.
"Kira-kira apa yang diawasi dan apa
yang perlu dibantu," ujar dia.
Jika Cina setuju menghibahkan
alutsista, Hartind mengatakan
bantuan dalam bentuk kapal patroli
akan sangat berguna bagi Indonesia.
"Kapal patroli kita masih kurang.
(Padahal) dua per tiga wilayah kan
laut," ucapnya. "Tetapi belum
diputuskan pemerintah." Atas niat
Cina menghibahkan alutsistanya,
Hartind menguraikan pemerintah
menyambut dengan
positif."(Pemerintah) menerima.
Prinsipnya kan politik bebas aktif,"
kata dia.
Bagi Indonesia, hibah alutsista dari
negara lain bukan hal asing. Saat ini
Indonesia tengah menunggu
kedatangan 24 unit pesawat tempur
jenis F-16 hasil hibah dari Amerika
Serikat. Kedatangan 24 pesawat
tempur itu akan dilakukan secara
bertahap mulai pertengahan 2014
mendatang.
Sumber: Tempo
selama tdk menjadi beban kedepannya saya pikir hibah alutsista yg penting masih dlm kondisi siap tempur dan sesuai strategi ya terima saja, selain menambah kekuatan juga memberikan kemudahan bagi TNI dgn banyaknya pilihan alutsista yg bisa beroperasi di NKRI, dgn rencana china menghibahkan alutsistanya sebaiknya NKRI meminta yg kemungkinan alutsista dgn daya getar yg kuat seperti Mig-21 mungkin, atau kapal patroli, atau sistem radar utk menutupi pulau2 terluar, dll.
ReplyDeleteSetuju dengan komentar sebelumnya untuk menerima hibah MIG-21 tersebut tentunya bukan 1 atau 2 sekuadron aja dan jangan lupa TOT nya, karena dapat menjadi landasan percepatan dalam proses produksi pembuatan jet tempur Srikandi dari PT. Dirgantara sebagai pesawat tempur buatan Indonesia
ReplyDelete