Seoul (ANTARA News) - Ketika Korea Utara menembakkan artileri melintasi perbatasannya pekan ini, Korea Selatan membalas tidak hanya dengan tembakan artileri tetapi juga satu senjata yang rezim garis keras itu takuti-- balon-balon.
Menurut laporan-laporan media, Seoul segera meluncurkan satu serangan propaganda yang bertujuan untuk merongrong kekuasaan tangan besi Kim Jong Il dengan mengirim selebaran-selebaran anti Pyongyang yang dibawa balon-balon melitasi perbatasan yang dijaga ketat itu, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Kami melepaskan balon-balon yang membawa selebaran-selebaran sebagai tindakan balasan terhadap penembakan itu," kata seorang pejabat militer yang dikutip surat kabar Joongang Ilbo.
"Selebaran selebaran itu bertuliskan kecaman terhadap Kim Jong Il dan suksesi keturunan genarasi ketiga, kata pejabat yang tidak disebutkan namanya mengacu pada penyerahan kekuasaan kepada putra bungsu Kim Jong Il, Kim Jong-Un.
Seoul enam tahun lalu menjanjikan kepada Pyongyang untuk menghentikan perang urat syaraf seperti itu, atau operasi-operasi psikologi, tetapi Korsel kabarnya memulai kembali kegiatan itu setelah Korut, Selasa menembaki sebuah pulau Korsel yang menewaskan empat orang.
Sekitar 400.000 selebaran yang mengecam kepemimpinan Korut itu bertebaran di sepanjang Zona Demiliterisasi (DMZ) hanya beberapa jam setelah Korut menembakkan artileri ke pulau Yeonpyeong, kata laporan-laporan itu.
Selebaran-selebaran itu kabarnya telah dipersiapkan setelah tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel Maret, menewaskan 46 pelautnya yang Seoul dan tim pakar salahkan pada Korut yang mentorpedo kapal itu.
Para pejabat militer, yang menolak memberi komentar mengenai laporan itu, mengumpulkan lagi senjata kuat dalam perang gagasan untuk pertama kali dalam beberapa tahun belakangan ini-- pengeras-pengeras suara yang bervoltase tinggi.
Siaran-siaran itu bertujuan membangkitkan sikap anti rezim dan pesan-pesan pro demokrasi jauh di dalam wilayah perbatasan Korut--sejauh 24 kilo meter pada malam hari dan 10 kilo meter pada siang hari.
Sejauh ini mereka bungkam, tetapi kementerian pertahanan Korsel memperingatkan bahwa pengeras-pengeras suara itu menghidupkan tanggapan terhadap setiap provokasi baru lintas perbatasan.
Korut, salah satu dari negara-negara paling tertutup di bumi, pada masa lalu mengacam akan menembaki pengeras-pengeras suara itu jika diaktifkan dan lokasi-lokasi dari mana balon-balon propaganda dilepaskan.
Kedua Korea secara teknis masih berada dalam perang, karena konflik mereka tahun 1950-1953 diakhiri dalam satu gencatan senjata, bukan satu perjanjian perdamaian.
(ANT/A024)
Menurut laporan-laporan media, Seoul segera meluncurkan satu serangan propaganda yang bertujuan untuk merongrong kekuasaan tangan besi Kim Jong Il dengan mengirim selebaran-selebaran anti Pyongyang yang dibawa balon-balon melitasi perbatasan yang dijaga ketat itu, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Kami melepaskan balon-balon yang membawa selebaran-selebaran sebagai tindakan balasan terhadap penembakan itu," kata seorang pejabat militer yang dikutip surat kabar Joongang Ilbo.
"Selebaran selebaran itu bertuliskan kecaman terhadap Kim Jong Il dan suksesi keturunan genarasi ketiga, kata pejabat yang tidak disebutkan namanya mengacu pada penyerahan kekuasaan kepada putra bungsu Kim Jong Il, Kim Jong-Un.
Seoul enam tahun lalu menjanjikan kepada Pyongyang untuk menghentikan perang urat syaraf seperti itu, atau operasi-operasi psikologi, tetapi Korsel kabarnya memulai kembali kegiatan itu setelah Korut, Selasa menembaki sebuah pulau Korsel yang menewaskan empat orang.
Sekitar 400.000 selebaran yang mengecam kepemimpinan Korut itu bertebaran di sepanjang Zona Demiliterisasi (DMZ) hanya beberapa jam setelah Korut menembakkan artileri ke pulau Yeonpyeong, kata laporan-laporan itu.
Selebaran-selebaran itu kabarnya telah dipersiapkan setelah tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel Maret, menewaskan 46 pelautnya yang Seoul dan tim pakar salahkan pada Korut yang mentorpedo kapal itu.
Para pejabat militer, yang menolak memberi komentar mengenai laporan itu, mengumpulkan lagi senjata kuat dalam perang gagasan untuk pertama kali dalam beberapa tahun belakangan ini-- pengeras-pengeras suara yang bervoltase tinggi.
Siaran-siaran itu bertujuan membangkitkan sikap anti rezim dan pesan-pesan pro demokrasi jauh di dalam wilayah perbatasan Korut--sejauh 24 kilo meter pada malam hari dan 10 kilo meter pada siang hari.
Sejauh ini mereka bungkam, tetapi kementerian pertahanan Korsel memperingatkan bahwa pengeras-pengeras suara itu menghidupkan tanggapan terhadap setiap provokasi baru lintas perbatasan.
Korut, salah satu dari negara-negara paling tertutup di bumi, pada masa lalu mengacam akan menembaki pengeras-pengeras suara itu jika diaktifkan dan lokasi-lokasi dari mana balon-balon propaganda dilepaskan.
Kedua Korea secara teknis masih berada dalam perang, karena konflik mereka tahun 1950-1953 diakhiri dalam satu gencatan senjata, bukan satu perjanjian perdamaian.
(ANT/A024)
Antara
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK