Oleh: Firman Hidranto AMSTERDAM (Bisnis.com): PT Dirgantara Indonesia dan Xian Aircraft akan mengembangkan N-235 New Generation jenis pengangkut penumpang dan kargo sebagai bagian negosiasi lanjutan penyelesaian pembelian 15 unit MA 60 yang sempat menjadi sengketa Indonesia dan China.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan kerja sama industri pesawat kedua negara itu untuk mengembangkan jenis pesawat menengah dengan kapasitas 30 tempat duduk – 50 tempat duduk “Tercapainya kesepakatan itu merupakan bagian dari negosiasi penyelesaian pembelian pesawat MA-60 buatan Xian Aircraft untuk memenuhi kebutuhan PT Merpati Nusantara Airline. Dari negosiasi itu, pemerintah bisa melakukan penghematan US$90 juta,” ujarnya hari ini.
Menurut dia, rencana pengembangan N-235 New Generation antara PTDI dan Xian Aircraft itu meliputi riset dan pengembangan (R&D), desain pesawat hingga produksi pesawat. Nantinya, lanjutnya, produksi dari industry dirgantara Indonesia dan China itu juga memenuhi pasar kelas 30-50 tempat duduk di kawasan Asia, juga memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama MNA.
Berkaitan dengan hasil negosiasi dengan Xian Aircraft, Mustafa mengemukakan itu tidak terlepas dari etikad kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah pembelian pesawat tersebut.
Kasus ini berawal dari ketika Merpati berencana membeli 15 unit pesawat dari Xian Aircraft, namun dibatalkan karena diduga terjadi penggelembungan (mark up) harga, dan ketidakjelasan spesifikasi pesawat yang akan dipesan.
Kontrak kerja sama dilakukan pada 7 Juni 2006. Dua dari 15 pesawat pesanan telah tiba di Jakarta pada 6 September 2006, tetapi sampai sekarang Merpati belum mengambil 13 pesawat lainnya.
Belakangan, harga pesawat yang ditawarkan senilai US$15 juta per unit dinilai terlalu mahal, dari harga normal pesawat sejenis yakni sekitar US$11 juta. Bahkan, ketika ada transaksi pembelian MA-60 disebut-sebut merupakan bagian dalam klausul perjanjian program pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt antara pemerintah Indonesia dan China.
“Yang jelas, kita telah menyelesaikan negosiasi itu. Bahkan, PTDI dan Xian Aircraft bisa bekerja sama untuk mengembangkan pesawat jenis menengah, termasuk yang dipesan oleh MNA tersebut,” ujar Mustafa.
Sebelumnya, MNA pada tahun ini dipastikan mengoperasikan sebanyak 15 unit pesawat MA-60 produksi Xian Aircraft setelah rencana itu sempat tertunda sejak tahun lalu. “Kondisi keuangan Merpati hingga Mei masih cukup parah, sehingga dia menyambut baik kepastian datangnya armada baru Xian MA-60 itu, guna mempertajam penetrasi di pasar penerbangan,” kata Direktur Utama Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo.
Adapun, saat ini jumlah armada Merpati yang aktif sebanyak sembilan unit pesawat jet (termasuk dua unit MA-60) dan delapan unit pesawat baling-baling. Mulai Juli, sebanyak tiga unit MA-60 akan datang, Agustus dan September juga tiga unit, dan pada Oktober ada empat unit.
“Untuk operasi di rute mana saja, akan kami bahas lebih lanjut. Yang jelas, salah satu cara mendongkrak kinerja Merpati adalah dengan pengadaan armada," katanya. (mrp)
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan kerja sama industri pesawat kedua negara itu untuk mengembangkan jenis pesawat menengah dengan kapasitas 30 tempat duduk – 50 tempat duduk “Tercapainya kesepakatan itu merupakan bagian dari negosiasi penyelesaian pembelian pesawat MA-60 buatan Xian Aircraft untuk memenuhi kebutuhan PT Merpati Nusantara Airline. Dari negosiasi itu, pemerintah bisa melakukan penghematan US$90 juta,” ujarnya hari ini.
Menurut dia, rencana pengembangan N-235 New Generation antara PTDI dan Xian Aircraft itu meliputi riset dan pengembangan (R&D), desain pesawat hingga produksi pesawat. Nantinya, lanjutnya, produksi dari industry dirgantara Indonesia dan China itu juga memenuhi pasar kelas 30-50 tempat duduk di kawasan Asia, juga memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama MNA.
Berkaitan dengan hasil negosiasi dengan Xian Aircraft, Mustafa mengemukakan itu tidak terlepas dari etikad kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah pembelian pesawat tersebut.
Kasus ini berawal dari ketika Merpati berencana membeli 15 unit pesawat dari Xian Aircraft, namun dibatalkan karena diduga terjadi penggelembungan (mark up) harga, dan ketidakjelasan spesifikasi pesawat yang akan dipesan.
Kontrak kerja sama dilakukan pada 7 Juni 2006. Dua dari 15 pesawat pesanan telah tiba di Jakarta pada 6 September 2006, tetapi sampai sekarang Merpati belum mengambil 13 pesawat lainnya.
Belakangan, harga pesawat yang ditawarkan senilai US$15 juta per unit dinilai terlalu mahal, dari harga normal pesawat sejenis yakni sekitar US$11 juta. Bahkan, ketika ada transaksi pembelian MA-60 disebut-sebut merupakan bagian dalam klausul perjanjian program pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt antara pemerintah Indonesia dan China.
“Yang jelas, kita telah menyelesaikan negosiasi itu. Bahkan, PTDI dan Xian Aircraft bisa bekerja sama untuk mengembangkan pesawat jenis menengah, termasuk yang dipesan oleh MNA tersebut,” ujar Mustafa.
Sebelumnya, MNA pada tahun ini dipastikan mengoperasikan sebanyak 15 unit pesawat MA-60 produksi Xian Aircraft setelah rencana itu sempat tertunda sejak tahun lalu. “Kondisi keuangan Merpati hingga Mei masih cukup parah, sehingga dia menyambut baik kepastian datangnya armada baru Xian MA-60 itu, guna mempertajam penetrasi di pasar penerbangan,” kata Direktur Utama Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo.
Adapun, saat ini jumlah armada Merpati yang aktif sebanyak sembilan unit pesawat jet (termasuk dua unit MA-60) dan delapan unit pesawat baling-baling. Mulai Juli, sebanyak tiga unit MA-60 akan datang, Agustus dan September juga tiga unit, dan pada Oktober ada empat unit.
“Untuk operasi di rute mana saja, akan kami bahas lebih lanjut. Yang jelas, salah satu cara mendongkrak kinerja Merpati adalah dengan pengadaan armada," katanya. (mrp)
BISNIS.COM
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK