Pages

Thursday, September 23, 2010

India Borong 10 Pesawat C-17 dari AS

Rabu, 22 September 2010 NEW DELHI, KOMPAS.com - Setelah menjajaki kemungkinan penjualan senjata senilai 60 miliar dollar AS kepada Arab Saudi pekan lalu, Amerika Serikat saat ini dikabarkan siap menandatangani transaksi penjualan peralatan militer senilai 3,5 miliar dollar AS (Rp 31,3 triliun) dengan India.

Penandatanganan transaksi militer terbesar yang pernah dilakukan dua negara itu diduga kuat akan dilakukan saat Presiden AS Barack Obama mengunjungi India, November mendatang. Demikian dilaporkan harian The Economic Times di New Delhi, Rabu (22/9), seperti dikutip Agence France Presse. Transaksi sebesar itu, lanjut laporan tersebut, adalah nilai pembelian 10 pesawat angkut militer C-17 Globemaster III oleh Angkatan Udara India.

Pesawat angkut buatan Boeing tersebut akan menggantikan armada pesawat angkut Ilyushin IL-76 buatan Rusia, yang sudah tua dan menjadi andalan AU India selama ini. Laman berita pertahanan India, www.india-defence.com, menambahkan, negosiasi di antara kedua negara sudah mencapai tahap akhir. Harga setiap pesawat yang menjadi andalan Angkatan Bersenjata AS di Irak dan Afganistan itu adalah 300 juta dollar AS. Setelah ditambah suku cadang dan biaya perawatan, harga totalnya menjadi 350 juta dollar AS per unit.

Pihak Boeing mengonfirmasi pemesanan C-17 oleh India ini. Di laman resmi www.boeing.com, Boeing menyatakan surat permohonan pembelian dari Menteri Pertahanan India dan AU India telah diterima Pemerintah AS pada Januari lalu. ”Boeing sangat gembira India tertarik membeli C-17 guna memodernisasi kemampuan angkut udaranya. Kami yakin C-17 bisa memenuhi kebutuhan India akan angkutan udara untuk keperluan militer dan kemanusiaan,” ungkap Vivek Lall, Wakil Presiden Boeing Defense, Space & Security, yang juga menjabat kepala cabang Boeing di India, dalam siaran pers tertanggal 8 Januari.

Transaksi terbesar

Mark Kronenberg, Wakil Presiden Boeing Defense, Space & Security untuk Pengembangan Bisnis Internasional, menambahkan, begitu transaksi ini ditandatangani, India akan menjadi negara dengan armada terbesar C-17 di luar AS.

Saat ini, baru ada lima pihak di luar AS yang sudah memiliki armada C-17, yakni Inggris (6 pesawat), Kanada (4), Australia (4), konsorsium Strategic Airlift Capability-NATO (3), dan Qatar (2). Setidaknya ada dua negara lagi yang berminat membeli C-17, yakni Uni Emirat Arab dan Kuwait. India-defence.com menyebutkan, transaksi ini bukan yang pertama antara India dan AS.

Tahun lalu, India menandatangani pembelian delapan pesawat patroli maritim P-81 (versi militer dari Boeing 737-800NG) senilai 2 miliar dollar, enam pesawat angkut C-130J Super Hercules buatan Lockheed Martin senilai 1 miliar dollar AS, dan awal tahun ini ditambah dengan pembelian 24 rudal antikapal Harpoon Block III senilai 170 juta dollar.

India juga dilaporkan membeli pesawat VVIP untuk presiden dan perdana menteri dari Boeing. C-17 sendiri adalah pesawat angkut strategis berkemampuan tinggi. Boeing menyebutkan, dengan muatan maksimum 74.797 kilogram, pesawat itu mampu lepas landas dari landasan sepanjang 2.133 meter, lalu menempuh jarak lebih dari 4.000 kilometer, dan mendarat di landasan darurat sepanjang 914 meter.(AFP/DHF/Ars)

Sbr : Kompas

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK