China rupanya punya bukti kuat bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatanlah yang memicu ketegangan di Semenanjung Korea setelah keduanya memutuskan untuk melakukan latihan militer gabungan di Laut Kuning. Pantaslah China diam saja terhadap aksi Korea Utara yang menembakkan artilerinya ke beberapa daerah di Korea Selatan.
Ketegangan tersebut terjadi satu tahun setelah Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat meluncurkan hubungan antara AS dan China dengan disertai jaminan strategis untuk para antek Amerika di Asia, dan setelah AS melakukan berbagai upaya untuk menjaga hubungan tersebut.
Analis mengatakan bahwa ketegangan di Semenanjung Korea bukanlah antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan antara Amerika dan China. Hal itu karena tuntutan AS terhadap China agar menaikkan nilai mata uangnya, Yuan, terhadap dolar.
Akan tetapi, China dengan keras menolak tuntutan tersebut dengan alasan bahwa masalah tersebut bukan masalah China, melainkan masalah dalam negeri Amerika. Akibatnya, neraca perdagangan Amerika mengalami defisit terhadap China. Amerika lalu mengubah perlakuannya menjadi perlakuan bersahabat, jauh dari perlakuan agresif. Akan tetapi, China tidak mengubah sikapnya, bahkan tetap bersikeras dengan kebijakannya.
Karena itu, Amerika lalu mencetak uang ratusan juta dolar untuk menaikkan kurs mata uang China. Amerika berhasil melakukannya, tetapi Amerika menghadapi masalah inflasi keuangan di dalam negerinya sendiri dan perekonomiannya bertambah lemah.
Atas kejadian ini, China malah bertambah kuat dalam menghadapi Amerika. Atas dasar itu, Obama kemudian menyatakan, “Amerika akan menghadapi ambisi-ambisi China bukan hanya secara regional.”
Lalu dimanakah posisi Indonesia di dalam permasalahan ini? Apakah Indonesia bersama Amerika atau China? Ataukah Indonesia mengambil sikap netral, terutama setelah Amerika Serikat mengikat perjanjian dengan Pemerintah Indonesia dalam apa yang disebut dengan “Kemitraan Komprehensif”?
Benar, krisis ini diinginkan Amerika untuk memukul China ketika China menolak keinginan Amerika. Amerika ingin menarik China ke medan Perang Korea. Kemudian Amerika hendak memukul China dengan dukungan sekutu dan antek-anteknya.
Alasannya, karena China telah mengancam keamanan kawasan dan regional. Amerika telah memobilisasi negara-negara Asia untuk mengepung China. Ini tentu saja bukan permasalahan Indonesia. Karena itu, Indonesia wajib tidak berdiri di sisi Amerika ataupun China, betapapun upaya Amerika atau China untuk menarik Indonesia di sisi masing-masing di antara keduanya.
Sebab, berada di sisi China ataupun Amerika tidak akan memberikan manfaat bagi Indonesia, baik sekarang ataupun pada masa depan. Indonesia yang merupakan negeri kaum Muslim terbesar di dunia harus menjadi kekuatan yang mandiri, memiliki kehendak yang independen, dan Indonesia memiliki potensi untuk itu.
Akan tetapi, China dengan keras menolak tuntutan tersebut dengan alasan bahwa masalah tersebut bukan masalah China, melainkan masalah dalam negeri Amerika. Akibatnya, neraca perdagangan Amerika mengalami defisit terhadap China. Amerika lalu mengubah perlakuannya menjadi perlakuan bersahabat, jauh dari perlakuan agresif. Akan tetapi, China tidak mengubah sikapnya, bahkan tetap bersikeras dengan kebijakannya.
Karena itu, Amerika lalu mencetak uang ratusan juta dolar untuk menaikkan kurs mata uang China. Amerika berhasil melakukannya, tetapi Amerika menghadapi masalah inflasi keuangan di dalam negerinya sendiri dan perekonomiannya bertambah lemah.
Atas kejadian ini, China malah bertambah kuat dalam menghadapi Amerika. Atas dasar itu, Obama kemudian menyatakan, “Amerika akan menghadapi ambisi-ambisi China bukan hanya secara regional.”
Lalu dimanakah posisi Indonesia di dalam permasalahan ini? Apakah Indonesia bersama Amerika atau China? Ataukah Indonesia mengambil sikap netral, terutama setelah Amerika Serikat mengikat perjanjian dengan Pemerintah Indonesia dalam apa yang disebut dengan “Kemitraan Komprehensif”?
Benar, krisis ini diinginkan Amerika untuk memukul China ketika China menolak keinginan Amerika. Amerika ingin menarik China ke medan Perang Korea. Kemudian Amerika hendak memukul China dengan dukungan sekutu dan antek-anteknya.
Alasannya, karena China telah mengancam keamanan kawasan dan regional. Amerika telah memobilisasi negara-negara Asia untuk mengepung China. Ini tentu saja bukan permasalahan Indonesia. Karena itu, Indonesia wajib tidak berdiri di sisi Amerika ataupun China, betapapun upaya Amerika atau China untuk menarik Indonesia di sisi masing-masing di antara keduanya.
Sebab, berada di sisi China ataupun Amerika tidak akan memberikan manfaat bagi Indonesia, baik sekarang ataupun pada masa depan. Indonesia yang merupakan negeri kaum Muslim terbesar di dunia harus menjadi kekuatan yang mandiri, memiliki kehendak yang independen, dan Indonesia memiliki potensi untuk itu.
Global Review
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK